cover diganti NT yah.
Kecelakaan membuat pasangan kekasih bernama Amanda Rabila dan Raka Adhitama berpisah dalam sekejap. Kehadiran ibunda Raka pada saat itu, membuat hubungan mereka pun menjadi bertambah rumit.
"Lima milyar!"
"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."
-Hilda-
Amanda pun terpaksa memilih pergi jauh meninggalkan Raka yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukan mereka kembali dalam kondisi yang berbeda. Amanda datang bukan lagi sebagai Amanda Rabila, melainkan sebagai Mandasari Celestine, bersama seorang anak lelaki tampan berusia 5 tahun.
Apakah Raka mengenali kekasihnya yang telah lama hilang?
Mampukah Raka mengungkap anak yang selama ini dirahasiakan darinya?
Temukan jawabannya di cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimana Amanda?
Beberapa hari kemudian..
Amanda telah membawa ibunya pergi keluar negeri menjauh dari keluarga Adhitama.
Ia pun memeriksa keadaan Sofi, teman kerjanya. Setelah memastikan Sofi dalam keadaan baik dan telah bisa menjalani kehidupan seperti biasanya, Amanda pun memilih pergi.
Ia membawa uang delapan milyar yang diberikan Hilda, untuk semua keperluan hidupnya mulai dari ia meninggalkan kota itu.
...----------------...
Di sebuah mansion mewah di kawasan kota
"Bagaimana? Apakah gadis jalang itu telah meninggalkan kota ini?" tanya Hilda sambil menegak kopi susu di tangannya.
"Sudah nyonya, gadis itu sudah pergi bersama ibunya meninggalkan kota ini."
Hilda pun menarik sudut bibirnya. Ia merasa puas karena akhirnya ia dapat menyingkirkan Amanda dari hidup Raka.
"Bagus, akhirnya aku bisa mencabut rumput liar yang tumbuh di sekitar Raka," tuturnya dengan senyum kepuasan.
"Ada lagi yang harus dilakukan nyonya?" tanya pengawal itu.
"Pastikan jika gadis itu tidak pernah bisa datang lagi ke kota ini, aku tidak ingin mereka bertemu kembali di masa yang akan datang," ujar Hilda dingin dan tegas.
"Baik, nyonya."
Setelah itu pengawal pun pergi meninggalkan Hilda. Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik itu pun meletakkan kopinya, lalu melihat sendiri foto-foto ketika Amanda pergi meninggalkan kota, yang dikirim oleh anak buahnya.
"Raka adalah putraku satu-satunya, seharusnya yang berada di sisinya adalah berlian, bukan rumput liar yang tiada harganya," gumam Hilda.
"Semoga saja Raka bisa melupakan gadis jalang itu."
Tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintunya.
"Maaf nyonya," sapa pria yang bertugas sebagai salah satu pengawal Raka.
"Ada apa?" tanya Hilda.
"Ada kabar dari rumah sakit, katanya Tuan Raka sudah sadar dari komanya, nyonya."
Hilda tercekat. Ia pun berjalan mendekati pria itu.
"Kau yakin?" tanya nya dengan raut wajah bahagia.
"Iya nyonya."
"Baiklah, aku akan ke rumah sakit," tutur Hilda lalu berjalan mendahului pria tersebut.
...----------------...
Raka menatap langit-langit kamar rawatnya. Beberapa menit membuka mata setelah tidur panjang, membuatnya sedikit melupakan dunia.
"Tuan Raka," sapa Dito yang tak pernah pergi dari sisinya.
Raka menolehkan kepalanya perlahan ke arah Dito yang tak jauh dari sisinya.
"Dito.."
Dito tersenyum seraya menundukkan kepala sejenak. Ia merasa bersyukur karena Tuannya telah melewati masa kritis dan tidak lupa terhadap dirinya.
Raka seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun bertepatan dengan kehadiran dokter dan beberapa perawat.
"Saya periksa dulu ya Tuan," tutur dokter bersemangat karena pasien komanya telah berhasil bangun.
Raka hanya menganggukkan kepalanya pelan dan membiarkan tim medis memeriksa dirinya.
Luka di sekujur tubuhnya masih dalam perawatan, dan semua hasil labnya menunjukkan bahwa or gan or gan nya masih berfungsi dengan baik.
Kecelakaan itu hanya membuat dirinya kekurangan banyak darah, namun hal itu telah ditangani disaat Raka koma.
"Bagaimana dok?" tanya Dito.
"Semuanya baik, hanya menunggu lukanya sembuh agar tidak kembali jadi pendarahan."
"Baiklah, terima kasih," sahut Dito sopan.
Dokter pun menganggukkan kepala seraya tersenyum. "Kalau begitu kami permisi."
Dito hanya menganggukkan kepala dan memperhatikan dokter keluar ruangan. Lalu ia pun berjalan ke sisi ranjang Raka.
"Dit.." panggil Raka.
"Ya Tuan."
"Dimana Amanda? Mengapa aku...tak..melihatnya?" tanya Raka.
Pertanyaan Tuannya itu membuat Dito terperangah. Ia pun tidak tahu Amanda berada dimana. Karena sedari tadi ia menghubungi wanita itu untuk mengabari kondisi terbaru Raka, ponselnya sudah tak bisa dihubungi.
Dito pun memerintahkan anak buahnya untuk mencari Amanda, namun berita yang ia terima adalah rumah Amanda yang telah rata dengan tanah, dan wanita itu menghilang sejak beberapa hari lalu.
Dito telah berusaha, tetapi ia benar-benar tidak tahu kemana perginya Amanda. Dan mengapa wanita itu menghilang sementara ia tahu bahwa Amanda sangat mencintai Raka?
Apa yang harus Dito jawab?
Pria ber IQ tinggi itu terlihat bingung dan sedikit membenarkan kacamatanya.
"Dito, kau tak mendengar ku? Dimana Amanda?"
"Maaf Tuan..."
"Maaf? Ada apa Dito?? Amanda baik-baik saja kan?" tanya Raka mulai gusar.
"Aku melihatnya saat itu, dia tidak terluka banyak Dit. Aku bahkan menggenggam tangannya sepanjang waktu!"
"Katakan padaku, apa yang terjadi padanya hah??" tanya Raka dengan kemarahan tertahan.
"No..nona Amanda baik-baik saja Tuan," sahut Dito pada akhirnya.
Mendengar itu Raka sedikit tenang. Ia pun menarik nafasnya panjang.
"Lalu dimana Amanda?" tanya nya pelan.
"Tadi saya menghubunginya belum tersambung. Nanti akan saya coba hubungi kembali," jawab Dito yang tidak menceritakan semuanya karena khawatir akan kondisi Raka.
Tiba-tiba saja pintu kamar Raka terbuka. Hilda bersama beberapa pengawalnya pun datang.
"Mami?" Raka tercekat melihat kedatangan ibunya.
"Kau sudah siuman Raka?" sahutnya tersenyum lalu duduk di sisi putranya.
"Kapan kau datang?"
"Beberapa hari lalu, ketika kau masih tak sadarkan diri."
"Begitu. Apa kau bertemu dengan kekasihku, Amanda? Dia pasti datang menjenguk dan menungguku bukan?" tanya Raka.
Hilda terdiam sejenak, lalu menyentuh puncak rambut Raka.
"Wanita itu telah pergi Raka."
"Pergi? Pergi kemana?"
"Dia telah pergi meninggalkanmu jauh dari kota ini," sahut Hilda.
"Apa? Mam..itu tidak mungkin," tutur Raka.
"Itu kenyataannya Raka. Amanda telah pergi bersama laki-laki lain. Ia bahkan membawa uang 8 milyar bersamanya."
Raka terdiam, bagaikan batu besar sedang menghantam hatinya. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Tidak mungkin!"
"Kau terlalu mudah percaya padanya Raka, padahal gadis itu tidak peduli kepadamu!" ujar Hilda.
Tidak.
Amanda..
Dia pergi setelah melakukannya denganku malam itu?
Raka pun menegang, tangannya mengepal kuat di sisi tubuhnya.
"Aku tidak percaya. Aku akan mencarinya dan menanyakan langsung kepadanya!"