[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Jian Yu yang mendengar penjelasan sistem langsung menelan ludahnya dengan kasar, karena tidak bisa membayangkan rasa sakit yang diucapkan sistem. “Kalau sumber daya untuk bertambah kuat sudah ada di depan mata, kenapa harus takut? Belum coba, belum tahu,” gumam Jian Yu dalam hati.
Ia pun menunggu sebentar, hingga bulan naik dengan sempurna di langit malam. Saat itu juga, mata air dalam kolam tiba-tiba mulai memancar keluar dari dasar kolam hingga penuh.
Jian Yu tidak menunggu lama. Ia langsung melepaskan pakaiannya dan melangkah masuk ke dalam kolam.
Jian Yu menatap permukaan kolam yang berkilau di bawah sinar bulan purnama. Airnya benar-benar bening, seperti kristal cair, namun Jian Yu bisa merasakan energi kuat yang berputar di dalamnya. Dengan napas dalam, ia menapaki langkah pertama, kaki menyentuh air yang dingin namun bergetar dengan intensitas energi. Begitu seluruh tubuhnya tenggelam, sensasi panas dan dingin menyerang bersamaan, membuat bulu kuduknya berdiri.
Tubuhnya mulai bergetar hebat, seolah setiap sel di tubuhnya dipaksa menyesuaikan diri dengan arus energi kolam. Sistem muncul di depannya seperti biasa, tampil dengan panel sederhana.
[Tuan, tubuh Anda mulai merespons energi kolam. Sensasi sakit adalah bagian dari proses penyerapan. Konsentrasi penuh dibutuhkan untuk menahan tekanan Qi yang masuk ke Dantian.]
Jian Yu menggigit bibir, menahan rasa sakit yang menembus setiap sendi dan ototnya. Dari dalam tubuhnya, ia bisa merasakan Dantian berdenyut lebih cepat, seperti ada ritme baru yang harus diikuti. Sakitnya bukan hanya fisik; ada tekanan dari dalam, seolah tubuhnya dipaksa menyesuaikan dengan energi yang terlalu besar untuk ukuran manusia biasa.
Ia menutup mata dan mulai merasakan aliran Qi masuk. Energi itu menyebar perlahan dari kaki ke panggul, lalu ke perut dan dada, akhirnya terkonsentrasi di Dantian. Tubuhnya bergetar hebat, wajahnya memerah, bahkan terdengar desisan napasnya yang berat. Dalam batinnya, ia melihat sebuah ruang putih bercahaya, Dantian yang sebelumnya redup kini mulai bersinar perlahan. Titik-titik energi merah dan biru berputar membentuk spiral, perlahan menghilangkan penghalang di sekitar inti Dantian.
[Tuan, Anda telah menyelesaikan tahap Pembentukan Dantian tingkat 3. Mulai naik ke tahap Pengolahan Dantian tingkat 1. Efek samping dapat berupa pusing, kelelahan ekstrem, dan nyeri otot. Jika berhasil, kekuatan fisik, ketahanan, dan kapasitas energi spiritual akan meningkat drastis.]
Jian Yu menahan desahan sakit saat tubuhnya terasa seperti diremas dari dalam. Otot-ototnya tegang, kulitnya terasa panas dan dingin secara bersamaan, dan ia hampir ingin pingsan. Namun setiap kali ia membayangkan kekuatan yang akan ia dapatkan, semangatnya kembali. Ia mulai merasakan perubahan halus: tulang-tulangnya terasa lebih kuat, paru-paru dan jantung bekerja lebih efisien, dan Qi yang masuk ke tubuhnya mulai stabil.
Selama berjam-jam ia berada di kolam, waktu di dunia luar terasa melambat. Air kolam yang bening berputar di sekeliling tubuhnya, membentuk pusaran cahaya merah muda dan biru. Rasa sakit itu seperti disertai denyutan energi hidup, dan setiap kali Jian Yu mengerahkan sedikit fokus, ia bisa mengarahkan aliran Qi itu masuk ke titik-titik vital Dantian, memperkuat inti yang sebelumnya rapuh.
Ketika rasa sakit mulai mencapai puncaknya, Jian Yu merasakan momen ledakan energi. Seolah ada gumpalan Qi besar yang memadat di Dantian, meledak dengan cahaya biru keperakan. Tubuhnya terangkat sedikit dari air, dan ia menjerit sekuat tenaga. Tubuhnya dihantam gelombang rasa sakit yang hampir membuatnya pingsan, namun kemudian energi itu menstabilkan, berputar lembut, dan akhirnya meresap dengan sempurna.
Ia terbenam ke air, tersedu, napas berat, dan perlahan menegakkan tubuhnya. Tubuhnya yang tadinya lemah kini terasa ringan namun kuat. Setiap tarikan napas membuat darah berdesir lebih cepat. Sistem muncul lagi.
[Tuan, tahap Pengolahan Dantian tingkat 1 berhasil dicapai. Kapasitas Dantian meningkat, ketahanan fisik meningkat signifikan, dan kesiapan untuk tahap berikutnya meningkat drastis. Disarankan keluar dari kolam untuk pemulihan sejenak.]
Jian Yu mengangguk, menatap kolam yang kini mulai tenang. Ia keluar perlahan, merasakan tubuhnya berbeda—otot lebih padat, sendi lebih lentur, dan setiap gerakan terasa lebih presisi. Walau tubuhnya masih lelah, ia bisa merasakan ketahanan yang sebelumnya mustahil dicapai.
Saat ia menatap langit malam, suara sistem terdengar lagi.
[Air kolam ini akan menghilang, tuan, dan akan muncul seribu tahun lagi. Kesempatan seperti ini hanya terjadi sekali setiap seribu tahun. Selamat, tuan, telah mendapatkan peningkatan signifikan. Perjalanan selanjutnya akan lebih menantang. Tuan harus tetap waspada.]
Jian Yu tersenyum lemah walau tubuhnya nyeri. Ia menyadari bahwa perjalanannya ke kota di lembah berikutnya akan jauh lebih berisiko. Banyak petualang dan kultivator kuat yang bisa menjadi rintangan. Namun sekarang, ia memiliki kekuatan baru, stamina baru.
Dengan menatap kolam yang mulai mengering sekali, Jian Yu melangkah keluar dari gua. Angin malam menyapu wajahnya, membawa aroma pepohonan dan tanah lembah yang segar.
Ia pun terus berjalan. Dalam perjalanan, ia tidak menemukan hewan buas. Ia justru menikmati pemandangan yang memukau dan indah untuk dipandang. Tak terasa, lima hari sudah berlalu. Jian Yu melangkah keluar dari hutan, udara pegunungan yang segar menyentuh wajahnya. Matahari pagi menyinari kabut tipis yang masih menggantung di lembah, memantulkan kilau keemasan pada dedaunan. Langkahnya mantap meski tubuhnya masih terasa lelah setelah proses Pengolahan Dantian tingkat pertama. Setiap tarikan napas membuat ototnya lebih lentur, setiap gerakan terasa ringan namun kuat.
Tiba-tiba, di tengah jalan yang membelah pepohonan, panel sistem muncul di hadapannya, terang dan jelas.
[Selamat datang kembali, tuan. Anda tidak login selama lima hari. Selama periode ini, sistem telah menyiapkan hadiah untuk pertumbuhan Anda.]
Di layar panel muncul daftar hadiah:
Pedang Pembelah Langit
3 Pil Penyembuhan Tingkat Rendah
1 Pedang Kelas Rendah
Setelah Jian Yu menekan “Terima”, barang-barang itu langsung masuk ke inventory sistemnya. Ia memeriksa pedang tingkat langit, bilahnya memantulkan cahaya perak dengan kilau tajam. Rasanya ringan, namun setiap serat besinya terasa padat, cocok untuk teknik pedang tingkat awal yang tengah ia pelajari.
“Baik… ini akan berguna,” gumam Jian Yu, menyimpan pedang dan pil di sabuknya.
Ia melanjutkan perjalanan, dan dari kejauhan terlihat kota besar yang terletak di ujung lembah. Gerbangnya tinggi, terbuat dari batu keras berukir simbol-simbol sekte dan keluarga bangsawan. Suasana kota ramai: para pedagang menata kios mereka, murid-murid sekte latihan bela diri di halaman, dan pendatang baru dari berbagai wilayah bergerak dengan tujuan masing-masing.
Jian Yu menunduk sejenak, menyesuaikan ritme langkahnya. Tujuannya jelas: menjual pedang kualitas rendah miliknya yang baru ia dapatkan dari sistem. Pedang itu memang bukan kelas tinggi, tapi bisa menjadi modal awal untuk mendapatkan koin—mata uang yang cukup bernilai di dunia ini. Ia memasuki kota melalui gerbang besar, disambut derap kaki para penjaga bersenjata dan aroma makanan panggang dari kios-kios pinggir jalan.
Ia berjalan menuju pasar pedagang senjata, di mana pedang dan peralatan tempur dipajang. Jian Yu menaruh pedang kelas rendahnya di etalase sederhana yang disediakan untuk penjual baru. Seorang pedagang tua bernama Tao Min menatapnya, alis tebalnya bergerak menilai pedang itu.
“Pedang baru? Kualitasnya bagaimana?” tanya Tao Min.
“Ini pedang kelas rendah, tapi masih tajam dan seimbang,” jawab Jian Yu sambil mengangkat bilah pedang untuk memperlihatkan keseimbangan.
Tao Min mengangguk, tersenyum tipis. “Baiklah, kita bisa mulai dari harga standar. Pembeli di sini biasanya menghargai pedang dengan ketajaman yang jelas dan bentuk yang rapi. Jangan terlalu berharap bisa jual mahal.”
Jian Yu mengangguk, lalu menarik napas panjang. Tak lama, seorang pembeli muda datang menghampiri, mata berbinar saat melihat pedang yang dipajang. Ia memeriksa setiap lekuk dan bilah pedang, lalu menyerahkan koin perak kepada Jian Yu. Transaksi pertama itu sederhana, tapi memberinya rasa puas yang tak bisa diukur.
Seiring siang menjelang, Jian Yu berhasil menjual beberapa pedang kelas rendah. Setiap transaksi memberinya koin perak, beberapa koin emas kecil, dan sedikit koin tembaga—mata uang dengan nilai lebih rendah. Ia mulai menghitung persediaannya, menyadari bahwa meski langkahnya kecil, ini adalah fondasi awal untuk perjalanan yang lebih besar.
Di sela-sela kegiatan pasar, Jian Yu bertemu beberapa murid sekte lain. Ada Li Cheng, pemuda dengan aura sederhana tapi bersemangat, yang penasaran pada pedang milik Jian Yu, dan Shen Rui, seorang pedagang muda yang sedang mencari pembekalan senjata untuk latihan. Interaksi mereka ringan, bercampur dengan tawa dan obrolan tentang teknik pedang, kiat bertahan hidup di kota, dan tips menjaga pedang tetap tajam.
“Kalau kau terus berlatih, pedang itu akan terasa seperti bagian tubuhmu sendiri,” kata Li Cheng sambil menunjuk pedang Jian Yu.
“Ya, tapi yang penting sekarang, kita harus pastikan pedang ini laku dulu. Tanpa koin, tak ada apa-apa,” jawab Jian Yu sambil tersenyum.
Hari mulai sore, matahari menurunkan cahayanya ke kota, menyisakan kilau oranye di atas gerbang dan atap rumah. Jian Yu menatap pedangnya yang tersisa. Ia merasakan kepuasan sederhana: ia berhasil menjual sebagian pedangnya, mengumpulkan koin emas dan perak, serta mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan warga kota.
Sistem muncul lagi, menandakan catatan aktivitasnya.
[Hari ini, tuan telah berhasil menyelesaikan transaksi pertama. Koin emas: 3, koin perak: 15, koin tembaga: 7. Disarankan untuk melanjutkan latihan dan menjelajahi kota untuk peluang lain.]
Jian Yu menarik napas panjang. Ia menutup toko sementara, membawa pedang dan pil penyembuh ke penginapan sederhana di tepi kota. Malam itu, ia duduk di teras, menatap langit, sambil merasakan Qi yang kini mengalir lebih stabil dalam tubuhnya. Setiap tarikan napas menguatkan tekadnya: kota ini adalah awal, dan untuk menjadi kultivator yang tangguh, ia harus memanfaatkan setiap kesempatan dengan bijak.
Hari pertama di kota telah memberinya pengalaman, interaksi, dan sedikit keuntungan.