Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terperosok
"Xiu Ying!"
"Kakak!"
Jian Li langsung menyeburkan diri ke dalam kolam demi menyelamatkan Xiu Ying. Sementara itu, Ling Xi hanya berdiri mematung. Orang-orang sekitar menonton kejadian itu dengan penuh rasa ingin tahu. Jian Li berhasil mengangkat tubuh Xiu Ying dari air, dalam keadaan berantakan dan pastinya memalukan untuk ditonton banyak orang.
Perasaan Ling Xi saat itu campur aduk antara khawatir dan marah. Ia khawatir pada Xiu Ying, tapi juga marah pada Jian Li. Ia terpaku sejenak, sebelum akhirnya bertanya Xiu Ying dengan nada cemas, "Kak Xiu Ying, apakah ada yang terluka?"
Xiu Ying menjawab lemah, "Aku tidak terluka sedikit pun."
Pelayan yang ikut bersama mereka segera menyelimutkan kain kering ke tubuh Xiu Ying. Begitu memastikan kakaknya baik-baik saja, Ling Xi hendak pergi meninggalkan tempat itu. Namun lengannya tercekal.
Tangan Jian Li mencengkeram pergelangannya kuat, membuat langkahnya terhenti. Tatapan mata pria itu tajam menghunus sampai ke tulang.
Ling Xi meronta ingin dilepas. Ia tidak mau menjadi bahan tontonan lagi. Akhirnya Jian Li melepaskan cengkeramannya, namun kata-katanya menusuk, diucapkan dengan nada penuh tekanan.
"Kenapa kau mendorong kakakmu sendiri hingga jatuh ke kolam?"
"Aku tidak melakukan apa pun padanya, Jian Li."
"Tidak mungkin ia jatuh kalau tidak ada yang mendorong," tuduh Jian Li dengan mata berapi-api. Baginya, kali ini Ling Xi benar-benar sudah kelewatan.
Namun kenyataannya, Xiu Ying-lah yang menceburkan diri ke dalam kolam dengan gerakan halus seolah-olah terdorong oleh Ling Xi. Siapa pun yang melihat dari kejauhan pasti akan salah sangka.
"Sudahlah Jian Li, jangan menyudutkan Xi’er. Lagipula, dia sudah bilang tidak mendorongku. Mungkin saja aku yang kurang hati-hati," ujar Xiu Ying lembut.
Jian Li menarik napas panjang. Biasanya jika Xiu Ying yang meminta, ia akan menurut. Tapi kali ini berbeda. Ia menggamit lengan Ling Xi dan membawanya menepi untuk menjauh dari tatapan orang-orang. Ia ingin bicara lebih leluasa tanpa jadi tontonan.
"Jangan berbohong padaku, kenapa kau mendorong kakakmu sendiri hingga jatuh ke kolam? Apa karena kau sedang ingin membalasku?
"Aku sudah bilang tidak melakukan apa-apa padanya, Jian Li! Aku sudah jujur padamu, terserah mau percaya atau tidak. Aku tidak mendorong Kak Xiu Ying!"
"Aku memang tidak percaya dengan orang yang mudah pura-pura."
"Aku lelah dengan semua ini!" Ucap Ling Xi, akhirnya tidak bisa menahan diri. "Kau kekasihku, tapi rasanya seperti bukan kekasih. Kau selalu saja lebih memihak Kak Xiu Ying. Tatapanmu, perhatianmu… semuanya hanya untuk dia!"
Jian Li terdiam sejenak.
"Apa kau tidak menyadarinya? Kau bahkan lebih percaya padanya daripada aku, kekasihmu sendiri! Kenapa kau tidak putuskan saja hubungan kita, lalu menikah dengan Kak Xiu Ying?"
"Itu yang mau kubicarakan denganmu saat di kereta tadi." Kata Jian Li, membuat Ling Xi terhenyak.
Hati Ling Xi bagai dihantam palu. Jadi benar, Jian Li ingin mengakhiri hubungan mereka demi Xiu Ying. Dengan air mata yang menganak sungai, ia menepis tangan Jian Li. Tanpa berkata apa-apa lagi ia berlari sekencang-kencangnya, menjauhi Jian Li dan pesta rakyat yang terasa begitu menyesakkan.
Ia tidak tahu tujuan, yang ia inginkan hanyalah lari sejauh-jauhnya.
Aku tidak akan melepaskanmu, Ling Xi. Kau tetap harus mendapatkan hukuman. batin Jian Li.
Jian Li secara diam-diam memerintahkan kode ke pengawal pribadinya yang tersembunyi untuk mengikuti Ling Xi.
...****...
Ling Xi berlari tanpa henti, air matanya tidak lagi bisa dibendung. Setelah merasa lelah, ia berhenti di sebuah tempat sepi dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa begitu sesak dan dongkol terhadap Jian Li.
Setelah merasa sedikit lebih tenang, Ling Xi melongok ke sekeliling. Ia sudah berada di tempat yang sepi dan asing. Seberapa jauh ia berlari? Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki yang mengikuti. Benar, ada seseorang di belakangnya.
"Siapa kamu?!" Ling Xi berseru.
Orang itu mendekat, penampilannya seperti seorang ninja, seluruh tubuhnya tertutup kain hitam kecuali matanya. Ling Xi sontak berlari, namun orang asing itu mengejarnya. Ia berhasil menangkap Ling Xi dan membekap mulut gadis itu. Ling Xi meronta-ronta, tapi tenaganya tidak sebanding dengan orang itu. Ia akhirnya jatuh terduduk di tanah.
Orang itu lalu bergerak ambigu, tangannya mengelus pipi Ling Xi. Dengan sekuat tenaga, Ling Xi menggigit tangan tersebut. Sang penguntit sempat mengaduh kesakitan, tapi ia kembali membekap Ling Xi.
"Jangan punya hati yang jahat, terlebih pada saudara sendiri," bisik orang itu.
Deg.
Ling Xi terkejut mendengar ucapan itu. Ia langsung menggerakkan tangan sekuat tenaga untuk membuka penutup kepala. Berhasil. Alangkah terkejutnya Ling Xi ketika melihat wajah pengawal yang tempo hari berbincang dengan Jian Li.
Ia merasa seolah tersambar petir. Bisa-bisanya Jian Li setega ini padanya? Apa Jian Li masih menganggapnya bersalah atas insiden Xiu Ying yang tercebur? Mata Ling Xi mengedar, dan benar, ia melihat siluet Jian Li tengah menikmati bagaimana dirinya diintimidasi dari kejauhan.
Dengan sisa tenaga, Ling Xi menendang bagian vitaal pengawal itu lalu berlari kembali. Namun belum jauh ia berlari, Ling Xi justru terperosok ke dalam jurang. Tubuhnya terguling-guling, dan Ling Xi seketika kehilangan kesadaran karena tubuhnya banyak menghantam.
Melihat kejadian itu, Jian Li dan pengawalnya panik. Niat memberi pelajaran malah berujung petaka.
Dan dari sinilah awal kebangkitan itu tiba.
.
.
Bersambung.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit