NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Koper dan Lingerie

"Kamu ngapain?"

Suara serak itu membuat Syima langsung membeku total di tempat. Jantungnya rasanya mau copot. Perlahan dia menoleh, dan benar saja, Devanka baru bangun dengan mata yang masih sayu tapi waspada

"Eh!" Syima panik total, tangannya langsung menutupi bagian dada bathrobe meski sudah cukup rapat. "Saya... ini... cuma mau ambil baju!" jawabnya terbata-bata sambil menunjuk koper dengan gerakan canggung.

Devanka mengucek mata sebentar, lalu duduk tegak di sofa sambil memijat leher yang pegal. Pandangannya turun ke bathrobe yang dipakai Syima, menampakkan sekilas paha gadis itu. Buru-buru Devanka beralih ke arah lain. Telinganya memerah.

"Oh... ya udah. Ambil aja," ucapnya sambil berdehem. "Saya mandi dulu."

Syima melotot kecil. "Mandi? Sekarang?" Jam di dinding menunjukkan hampir pukul satu pagi.

"Kenapa? Nggak boleh?" tanya Devanka sambil berdiri dan mulai membuka kancing kemejanya satu per satu dengan gerakan normal. Tapi bagi Syima yang tengah gugup, semua gerakannya terlihat melambat.

"Dih... ngapain buka baju disini? Kenapa gak di kamar mandi. Gak malu apa?!” gerutunya pelan, nyaris tidak terdengar, sambil memalingkan wajah, pipinya merah padam.

Sudut bibir Devanka sempat terangkat tipis. “Saya masih dengar, Syima."

Syima mendengus, seraya mempercepat langkahnya menyeret koper ke sudut ruangan. “Bapak ini kupingnya bagus banget, ya,” sahutnya ketus, menutupi rasa malu.

Devanka tidak menanggapi lebih jauh, hanya tersenyum sambil masuk ke dalam kamar mandi. Pintu kamar mandi tertutup. Suara air mengalir. Syima akhirnya bisa bernapas lega, meski jantungnya masih berdetak tak karuan.

Dengan gerakan terburu-buru, dia berjongkok di depan koper besar di sudut kamar, berharap menemukan kaos oversized atau celana training yang nyaman untuk tidur.

Tapi begitu koper terbuka, Syima langsung terdiam total. Matanya mengerjap tidak percaya. Wajahnya berubah pucat.

Koper itu... bukan miliknya.

Di dalam koper itu hanya ada dress-dress cantik, lingerie, sepatu heels, kosmetik branded, dan parfum mahal, semua ini barang-barang Syama.

"Oh no... ini koper Syama," bisiknya horror. "Berarti koper aku..."

Dia langsung teringat. Tentu saja ini koper Syama. Sebelumnya kamar ini kan milik Syama, pihak panitia pasti menyimpan kopernya disini. Sedangkan koper Syima yang berisi kaos-kaos nyaman dan celana training ada di kamarnya di lantai bawah.

Syima menatap isi koper dengan putus asa. Semua pakaian Syama entah kenapa selalu lebih feminin, lebih sexy, dan lebih terbuka, entah bagian dada atau paha. Tidak ada satupun yang cocok untuk situasi seperti ini.

"Masa aku harus tidur pakai bathrobe doang?" gumamnya sambil menatap horror pada lingerie-lingerie Syama yang terlipat rapi.

Dari dalam kamar mandi, suara shower masih mengalir. Syima menghitung waktu, berharap Devanka masih lama mandinya. Dengan gerakan panik, dia mulai mengaduk-aduk isi koper, berharap menemukan sesuatu, apa saja yang bisa dipakai tidur tanpa terlihat terlalu ter-ekspos.

"Masa koleksi baju tidurmu begini semua sih, Syama?" rutuknya pelan sambil mengangkat satu per satu lingerie yang membuat wajahnya semakin merah.

"Kalau isinya baju beginian, berarti kamu udah siap malam pertama. Terus kenapa kamu kabur, Syama?!" jengkelnya.

Syima makin kalut. Tangannya gemetar saat mengangkat sepotong lingerie tipis berwarna hitam transparan. Dia buru-buru melemparnya kembali ke koper, wajahnya makin panas.

"Astaga... ini sih bikin mati gaya, bukan mati lampu," desisnya, gigi menggertak kesal.

Suara shower berhenti.

Syima spontan membeku. "Ya ampun! Udah selesai aja?!" bisiknya panik.

Pintu kamar mandi terbuka. Uap panas keluar bersama Devanka yang sudah mengenakan celana training longgar, handuk putih masih melilit lehernya. Rambutnya basah, meneteskan air ke bahunya.

Mata Devanka langsung tertuju pada Syima yang masih bersimpuh di depan koper, dengan bathrobe yang sama sejak tadi. Alisnya terangkat.

"Kamu... kok belum ganti?" tanyanya heran.

Syima menelan ludah. Tangannya buru-buru menutup koper. “Itu... soalnya... ini koper bukan punya saya,” jawabnya gugup.

Devanka mengerutkan dahi. “Maksudnya?”

"Ini... koper Syama. Punya saya ada di kamar bawah. Tapi... kuncinya dipegang sepupu saya," jelas Syima cepat-cepat, wajahnya sudah panas sekali. "Makanya... ya gini deh. Saya nggak ada baju ganti."

"Kenapa gak pakai baju tidur Syama aja?" tanya Devanka heran.

Syima mengangkat lingeri hitam yang tadi di pegangnya ke hadapan Devanka. "Isinya beginian semua. Aku gak bisa pakai ginian," ucap Syima terdengar menyedihkan.

Devanka terdiam beberapa detik, menatap Syima yang gelisah sambil mencengkram lingeri yang dipegangnya. Tanpa komentar panjang, Devanka berjalan ke sudut ruangan, membuka kopernya sendiri. Mengeluarkan beberapa pakaian dengan wajah santai. Sesaat kemudian, dia kembali ke arah Syima sambil membawa tiga pilihan, sebuah kaos oversize, celana training, dan celana pendek.

"Nih," katanya datar, menyerahkan semuanya ke Syima. "Pilih aja mana yang paling nyaman buat tidur."

Syima menatap pakaian-pakaian itu dengan mata melebar, lalu mendongak ke wajah Devanka. "Seriusan ini dipinjemin?"

"Kalau nggak, kamu mau tidur pakai bathrobe doang? Bisa masuk angin nanti." Ada senyum tipis menggantung di bibir Devanka.

Wajah Syima makin merah. Dengan cepat ia meraih kaos dan celana training, lalu memeluknya erat-erat. "Makasih," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

Devanka hanya mengangguk kecil, lalu kembali naik ke ranjang. "Cepat ganti. Saya udah ngantuk."

Syima memalingkan wajah, bergegas menuju kamar mandi sambil menggerutu dalam hati. Selesai berganti pakaian, Syima melangkah keluar dengan wajah masih memerah. Kaos oversize Devanka jatuh longgar di tubuhnya, menutupi hampir separuh paha. Celana training yang ia pilih juga sedikit kebesaran, tapi justru terasa nyaman.

Begitu menoleh, Syima sempat mengerutkan kening. Devanka ternyata tidak di ranjang, melainkan berbaring di sofa. Tubuh tingginya membuat kaki sedikit menekuk, jelas sofa itu terlalu kecil untuknya.

"Loh... kenapa tidurnya di situ, Pak?" tanya Syima heran.

Devanka membuka mata sebentar, menatapnya tanpa ekspresi. "Ya biar kamu bisa tidur di ranjang. Kamu pasti capek."

Syima mendengus pelan, hatinya agak bergetar entah kenapa. "Sofanya sempit gitu, nggak pegel, Pak?"

Devanka mengangkat bahu, lalu memejamkan mata lagi. "Gak apa-apa. Tidur aja. Jangan banyak mikir."

Syima menggigit bibir bawahnya, ragu. dia melangkah mendekat ke sisi ranjang, lalu menoleh sekali lagi ke arah sofa. "Tapi... kan Bapak yang punya kamar ini. Masa saya yang enak-enakan sendiri di ranjang?"

Devanka mendesah, membuka mata dan menatap Syima cukup lama. Tatapannya membuat Syima langsung salah tingkah.

"Kamu mau kita tidur seranjang?" tanya Devanka menimpali.

"Eh bukan gitu... Maksud saya, Bapak di ranjang, saya di sofa. Badan saya cukup kok tidur di sofa."

Devanka membuka suara, nada suaranya dalam dan tegas.

"Syima, sekarang kamu itu istri saya. Tanggung jawab saya sepenuhnya. Tapi saya juga tahu, kamu belum siap menerima saya sebagai suami."

Dia berhenti sejenak, menatap Syima lurus.

"Jadi saya nggak akan biarin kamu tidur di sofa. Jadi sekarang kamu tidur di ranjang. Titik. Jangan banyak protes lagi. Saya capek, mau tidur."

Syima terdiam. Jantungnya makin berdebar. Tanpa sadar, dia naik ke ranjang, menarik selimut di ranjang, lalu berbaring dengan hati-hati. Punggungnya kaku, seolah takut bergerak sedikit saja.

Di sofa, Devanka memejamkan mata lagi, berusaha tidur. Tapi dalam hening itu, Syima bisa mendengar napasnya yang berat... membuatnya semakin sulit memejamkan mata.

Ya Tuhan... malam ini bakal panjang banget.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!