Apa jadinya jika mika seorang remaja 17 tahun masuk ke dalam tubuh ratu di masalalu , ratu yang di musuhi oleh seluruh penghuni istana karena tak bisa memberikan keturunan pada sang raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rica Ricu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman
"Tolong buat aku secantik mungkin!" Perintah Viviene dengan nada yang ketus pada seorang wanita yang merupakan penata rambut.
"Baik nona"
"Alaric begitu mudah mengabaikanku dan berlari pada Anya?" Gerutunya dalam hati.
"Apakah yang mulia raja akan mengunjungimu malam ini nona?" Tanya penata rambut basa basi.
"Tentu saja, bukankah memang seharusnya begitu? Aku adalah ibu dari raja di masa depan" Ucapnya percaya diri.
"Memang seharusnya begitu, tapi aku sangat tidak mengerti kenapa yang mulia selalu mengutamakan ratu mandul itu" Cibirnya.
"Jangankan dirimu, aku juga tak mengerti, apa sebenarnya yang di inginkan raja pada ratu Anya, wanita itu tidak lebih dari seorang pengacau"
"Kau benar, jujur saja aku tidak menyukainya" Ungkap wanita itu.
Viviene tersenyum miring, memang itulah yang ia inginkan, tidak ada seorang pun yang memihak atau menyukai Anya.
"Kenapa kau tak suka dengannya?" Tanyanya pura pura.
"Dia sangat angkuh dan mudah marah setelah yang mulia raja menikah denganmu, aku sangat kesal saat menata rambutnya saat itu, tapi sekarang dia sudah tak pernah memanggilku, rambutnya selalu tergerai, biar saja aku juga sangat malas berurusan dengannya" Ungkapnya.
Viviene merasa sangat puas dengan jawaban wanita itu, hal ini semakin membuatnya yakin bahwa suatu saat nanti dirinyalah yang akan jadi ratu utama.
"Semua orang tak menyukainya disini, begitulah yang kutau" Balas Viviene.
"Kau benar nona, pasti dia merasa sangat cemburu pada kehamilanmu, karenanya dia mendorongmu ke kolam hari itu, jahat sekali" Katanya.
"Semua berjalan sesuai keinginanku, Anya sangat buruk di mata semua penghuni istana, aku sangat puas" Viviene membatin.
"Dia memang pencemburu" Kekeh Viviene.
"Kalau aku jadi raja aku pasti akan lebih memilihmu nona, kau bijaksana dan ramah" Katanya.
"Ya aku juga" Viviene tersipu malu karena pujian dari penata rambut tersebut.
"Perhatian yang mulia raja datang..." Peringatnya.
Viviene lekas berdiri dengan cepat saat mendengar kedatangan Alaric , apa yang pria itu lakukan di siang hari ini?
"Yang mulia?" Sapa Viviene dan juga seorang wanita lainnya.
"Ku kira kau sedang memiliki pekerjaan, apa yang membuatmu datang kembali, aku masih menata rambutku, ini belum selesai" Cicitnya.
"Kau terlihat cantik Viviene" Puji Alaric.
Viviene tampak tersenyum malu mendengar pujian raja yang berstatus sebagai suaminya tersebut.
"Terimakasih yang mulia"
"Aku ingin memberitahumu bahwa aku tidak bisa datang malam ini, maafkan aku" Sesal Alaric.
Senyum Viviene yang tadinya merekah kini meluntur secara perlahan, Alaric membatalkan niatnya untuk datang ke kamarnya malam ini, apa ini semua karena Anya?
"Apa yang terjadi yang mulia?"
"Aku akan bersama dengan Anya, akan ada yang kami bicarakan nantinya, jadi maafkan aku" Ucapnya lagi.
Viviene sudah menduga ini, lagi lagi Anya mengacaukan rencananya, wanita itu terlihat seperti Sengaja melakukan ini.
"Y-ya aku mengerti, tak masalah yang mulia" Jawabnya seramah mungkin , walaupun hatinya terasa dongkol namun Viviene lebih memilih untuk selalu menjaga citra baiknya di depan Alaric.
"Maaf Viviene, aku akan mengunjungimu lain kali" Katanya.
"Tentu yang mulia" Jawabnya ramah.
"Eumm bagaimana kakimu?" Tanya Alaric.
"Aku baik baik saja, tidak perlu Khawatir"
"Baiklah, jagalah dirimu aku akan pergi" Pamit alaric.
"Baik"
Alaric mengangguk singkat dan berbalik meninggalkan Viviene setelahnya.
"Anya! wanita itu lagi!"
Viviene mengepalkan telapak tangannya rapat rapat, ia sangat marah sekarang.
"Nona bagaimana dengan rambutmu?" Tanya seseorang di belakangnya.
"Keluarlah!" Bentaknya.
Wanita itu terkejut tentu saja, melihat perubahan sikap Viviene yang sangat drastis, padahal tadinya wanita itu sangat ramah dan lembut, ia juga baru saja memujinya, tapi apa ini?
"B-baiklah nona saya permisi" Pamitnya.
"Akhhh!" Teriak Viviene sembari mengacak acak tatanan rambutnya
"Kenapa Anya! Kenapa selalu wanita sialan itu, akulah yang hamil Sekarang!" Teriaknya marah.
Viviene berusaha mengontrol emosinya yang menggebu, dadanya naik turun mencoba mengontrol napas berat karena amarahnya barusan.
"Dasar sial!"
Malam harinya.....
"Yang mulia raja?" Mia dan Levi membungkuk sopan menyapa kedatangan Alaric.
"Bagaimana dengan Anya?"
"Ratu tertidur yang mulia" Ungkap salah satunya.
Alaric menoleh ke arah ranjang dimana Anya terlihat tertidur menyamping dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya.
"Kalian boleh pergi" Katanya pada Mia dan Levi.
"Baik yang mulia" Patuh keduanya.
Sepeninggalan kedua pelayan Anya kini Alaric mulai melepas jubahnya, mendekati sang ratu yang tampak tak terganggu akan kedatangannya, Alaric mendudukan dirinya di ranjang dan memperhatikan wajah lelap Anya.
Lelaki 28 tahun itu mengulas senyum tipisnya, ia tak pernah memperhatikan cara Anya tidur, dirinya dan Anya akan selalu tidur di waktu yang sama, tapi sekarang Anya meninggalkannya tidur lebih dahulu, apa anya merasa sangat lelah?
"Apa kau lelah?" Tanyanya berbisik, tangan besarnya membantu menyampirkan helaian rambut Anya yang sempat membentang menutupi wajah indah sang ratu.
Hubungannya dengan Anya selalu bersitegang belakangan ini, namun Alaric merasa justru hal itu semakin membuat dirinya dekat dengan Anya, pertengkaran mereka seolah menjadi pengikis jarak yang selama ini tercipta dengan sendirinya.
Alaric merasa semakin mengenal dan mengetahui apa yang Anya inginkan setelah terjadi perdebatan belakangan ini, apa karena itu juga mereka jadi semakin terasa memiliki ikatan batin yang kuat dari sebelumnya, perseteruan yang terjadi antara mereka seolah menjadi jalan bagi keduanya untuk semakin mengenal satu sama lain.
Dulu Anya tak pernah melawannya, wanita itu hanya diam dan patuh, tapi Anya yang saat ini Alaric kenali adalah seorang wanita yang selalu berprotes akan ketidakadilan yang ia dapatkan, caranya yang terkesan menantang dan tidak sopan membuat alaric semakin bertanya tanya, apakah Anya sudah terlanjur sangat kecewa hingga ia memiliki perubahan sikap yang terbilang unik.
"Kenapa aku sangat menyesal tidak pernah bertanya apa yang selalu kau keluhkan?" Gumam alaric bertanya.
Belakangan ini ucapan Anya yang sangat menohok berhasil menggoyahkan keyakinannya, padahal Alaric menyadari dirinya adalah tipe orang yang sedikit egois dan cenderung tak mau mendengarkan orang lain, Namun melihat tangisan dan keluh kesah Anya belakangan ini membuatnya gelisah tak menentu, ratunya ini berhasil menggoyahkan hati dan kepercayaannya.
"Maafkan aku Anya, aku akan mencoba lebih mendengarmu lagi" Katanya.
Alaric tersenyum geli melihat cara tidur Anya, wanita itu tampak masih sangat menarik di matanya walaupun tidur dengan suara dengkuran yang halus
"Eungghh" Anya melengguh dan meregangkan badannya, wanita itu juga mulai membuka matanya perlahan.
"Maaf, apa aku mengganggu?" Tanyanya.
Anya mengangkat telapak tangan dan menempatkannya pada wajah Alaric.
"Kenapa kau sangat menyebalkan?" Tanyanya tiba tiba.
"Apa? menyebalkan kenapa?" Balas alaric.
"Tidak mempercayai istrimu ini, kau sangat menyebalkan Alaric" Kata Anya.
"Baiklah itu salahku, maafkan aku Anya" Sesalnya.
"Aku bukan Anya, jika wanita itu ada disini pasti dia akan mudah bilang iya dan mencium bibirmu, tapi aku bukan dia" Ungkapnya.
Alaric terkekeh ringan dengan ucapan Anya, apa wanita ini mengigau? Ucapannya terkesan melantur.
"Kenapa Anya memaafkan aku semudah itu?"
"Karena dia bodoh dan sangat mencintaimu, sayangnya aku tidak" Kekehnya pelan.
Ada sedikit rasa bingung saat mencerna ucapan Anya.
"Kau bilang Anya akan mencium dan memaafkanku begitu mudah kan?"
"Hmmm, tapi aku bukan dia, aku tidak akan mencium mu" Balas Anya.
"Tak masalah, kalau begitu aku yang akan menciummu"