"Ibu Ayah!”.
Seorang wanita cantik terisak melihat Ibu dan Ayahnya yang menjadi pusat perhatian orang-orang
Di tengah acara pesta ulang tahun sepasang suami istri paruh baya dengan rendahnya mengelap lantai di tengah kerumunan pesta, padahal pesta itu adalah pesta calon besan mereka.
.
.
Lily dan Roy sepasang kekasih yang sudah menjalani hubungan mereka selama 4 tahun, mereka hubungan mereka yang baik membuat kedua insan itu hendak melakukan hubungan lebih serius yaitu pernikahan
Tapi siapa sangka Ibu Roy tidak merestui mereka, karena latar belakang Lily yang hanya dari keluarga sederhana tidak seperti Roy yang memang dari kasta tinggi, segala cara Ibu Roy melakukan hal kezam untuk memisahkan dua orang itu
Hingga Lily akhirnya menyerah karena kedua orang tuanya, dia meninggalkan kesan kelam pada Roy dan keluarganya pergi dengan cara elegan membuat seorang pria dalam pesta itu tertarik kepadanya
.Guys yang ngerasa relate jangan lupa baca ya🥺☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon natural, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Keraguan
"Ohhh kau sudah bangun?". Alex menatap Lily membantu wanita itu mengenakan kembali pakaiannya "Jika kau lelah tidurlah lagi"
"Cih menyingkirlah, aku harus pulang aku tidak ingin menghabiskan waktu ku di sini". Lily menepis tangan Alex sebal, karena pria itu sudah memaksanya melakukan hal tidak senonoh padahal hanya menunggu hitungan hari sebelum mereka menikah, namun pria itu tidak ingin menunggu sama sekali
"Maafkan aku...". Pria itu tertawa kecil, Lily hanya berdehem saja sambil mengamati raut wajah pria itu hal yang terlintas pertama di benaknya adalah . Aneh
"Aku akan mengantar mu pulang".
Alex yang seolah melakukan hal seperti biasa pria itu lakukan dan tangan pria itu masih menggenggam tangan Lily dengan erat saat membawa wanita itu bersamanya, selama perjalanan pulang pun Alex tidak banyak bicara membuat Lily semakin merasa jika Alex sedang menutupi sesuatu
"Anda benar-benar tidak apa?". Tanya Lily melihat perubahan sikap pria itu
Namun Alex memberi senyuman secerah mungkin untuk memberi kepercayaan pada wanita itu jika dia tidak apa-apa sampai mereka berdua berada di are rumah Lily
Pria itu menurunkan Lily tanpa turun dari mobil menyapa wanita itu secukupnya dengan senyuman yang tidak sejenaka dulu "Dahh Ly...sampai ketemu besok". Ujar pria itu dengan senyum mengembang
Dia seperti menutupi sesuatu. Gumam Lily meski begitu dia tidak mengambil pusing karena ada hal yang harus di kerjakan oleh wanita itu, mengurus perusahaan sebelum hari pernikahan mereka dia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan untuk menghindari tumpukan pekerjaan setelah perikahan mereka
"Cih kenapa hati ku jadi cemas begini?". Ujar Lily menggelengkan kepalanya, rasa itu sama seperti saat dia cemburu kepada Roy semasa mereka pacaran
"Ku harap semua berjalan sesuai rencana". Gumam Lily sambil mengusap lehernya yang terasa dingin
Dari dalam rumah terlihat Ciara yang beru menyadari kedatangan putrinya langsung menyambut wanita itu dengan baik, menyadari jika sesuatu terjadi pada wanita itu
"nak...kau sudah pulang, duduklah sebentar....wajar mu terlihat sangat lelah"
"Ibu...kenapa leher ku selalu terasa tidak enak, ketika aku merasakan sesuatu yang tidak beres". Akhirnya Lily bertanya pada sang Ibu merasakan hal tidak nyaman yang tengah dia rasakan
Tapi sang Ibu justru hanya mengusap kepalanya dia juga sering merasakan hal yang sama seperti Lily ketika dia muda tapi tidak terjadi masalah besar karena itu, karena masalah yang dia hadapi akan berlalu begitu saja
"Tidak apa, paling sebentar lagi hilang...kau pasti sangat lelahkan, tidurlah dulu".
"Tidak Ibu, aku harus bekerja aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu ku, terutama membuat tuan Alderson kecewa...lagi pula sudah banyak hal yang ku lakukan sebelum kami menikah salah satunya in".
"Bukankah kau sudah bekerja semalaman? Kau baru saja pulang masa harus kerja lagi"
Seketika Lily terdiam dia mengingat jika dia berada bersama Alex semalaman dan menghabiskan malam panas mereka tanpa di ketahui siapapun . Sial tidak seharusnya aku mengikuti si sialan itu pulang ke Mansion kemarin
"Ah itu...baiklah aku akan tidur, ibu tahu pekerjaan ini membuat ku sedikit gila hehehehe...". Lily menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu masuk kedalam kamar tidka ingin sang Ibu bertanya lebih lanjut mengenai apa yang mereka lakukan kemarin malam
Yang benar saja aku melakukan ini.
Sampai berada di kamar Lily benar-benar membaringkan tubuhnya melepaskan penat dan sedikit ngantuk, karena jam tidurnya yang tidak beraturan belakangan ini
"Hufftt aku tidak bisa tidur". Gumam wanita itu mengambil ponselnya menyadari seseorang yang sudah lama tidak dia hubungi
"Elin!". Gumamnya menatap layar ponselnya di mana sahabatnya sudah mengirim puluhan pesan dengan nada kesal padanya . Sial aku hampir melupakannya
Lalu dengan cepat Lily menghubingi sahabatnya itu terdengar seseorang di sana sudah menerima panggil masuk dari ujung sana
"Kau masih mengingat ku hah?". Wnaita itu terdengar sangat cemberut hanya biisa membuat Lily tertawa kiku "Aku sudah berada di Jakar sejak dua hari lewat, jangankan menjemput ku kau bahkan tidak menghubungi ku sama sekali"
"Maaf lin.... Aku mengalami masalah selama sebulan ini, kau tahu...hidup ku sangat rumit sekarang"
'Apa karena nenek lampir itu lagi? Huh sudalah putus saja dengan Roy pria itu memang tidak bisa membela mu sejak dulu"
"Bukan....bukan itu aku malah sudah putus dengan Roy".
"What?! Jadi si bodoh itu memutuskan mu? Dia akan menyesal seumur hidupnya".
Lily hanya bisa menghela nafas mendegar keluhan sahabatnya , Elin terdengar sangat pliplan dia tidak menyuaki Roy tapi tidak ingin jika Lily dan Roy putus di saat yang bersamaan
"Aku yang memutuskannya Elin, tapi sekarang aku ada masalah lain....jadi dengarkan aku...."
'Ya baiklah, aku akan mendengarkan mu sekarang katakan ada apa?".
Sampai Lily menceritakan kejadian selama Elin bertugas di cabang luar negeri, dari dia putus dengan Roy dan pernikahannya yang akan datang dengan Alex
"Kau sungguh akan menikah dengan pak Alex?". Tanya Elin dengan nada lebih lembut di ujung sana "sungguh...?"
"Ya ini cukup mengejutkan bukan? Aku harus menjalaninya Elin, meski aku tidak sepenuhnya yakin...dan aku ingin bertanya padamu, saat kita bertemu nanti...kau sendiri bekerja di cabang perusaaan yang sama dengan Pak Alex kan"
Elin dari ujung sana masih terdiam tanpa jawabab "Baiklah Lily aku mengerti, kita akan bicara nanti...mari bertemu nanti malam"
"Baiklah".
Lily menutup ponselnya dia sedikit tenang saat berbicara dengan sahabatnya itu, Elin memiliki kecerdasan emosi yang baik dan mampu menjadi pendengar yang baik untuk wanita itu begitu juga sebaliknya
"Ku harap Elin bisa memberikan informasi mengenai Alex, aku belum sepenuhnya mengenalnya aku yakin ada yang di sembunyikan Alex dari ku"
Menatap layar ponsel yang kosong beberapa saat sampai sebuah notif kembali masuk kedalam layar ponsel wanita itu "Nomor tidak di kenal"
Sebuah pesan singkat yang berada di dalamnya membuat kening Lily mengerut "Siapa orang yang mengirim pesan dengan nomor asing begini? Cih buat susah saja"
"Mari bertemu nanti malam di cafe SC".
Lily yang awalnya mengabaikan pesan itu namun mendapati nomor asing itu mengirim sebuah foto yang tidak asing, gambar d mana Alex tampil mesra dengan seorang wanita cantik membuat hati wanita itu berdesir begitu saja.
maen" am hati perempuan
demi batu kali, kehilangan berlian
lotus putih
belum jadi besan sudah begitu, kasian ayah ibu
melow aku kalau sudah menyangkut orang tua