[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Uji Nyali
Di koridor utama Akademi Veltrana, Rio berjalan di samping gurunya, Laira Kagenami. Langkah mereka bergema di lorong yang dipenuhi cahaya matahari pagi dari jendela tinggi.
Rio menoleh dengan sedikit bingung.
"Guru... kita mau ke mana, nih...!?" tanyanya dengan nada santai.
Laira menjawab sambil tetap berjalan cepat.
"Ke ruang kepala akademi ini, la... apalagi."
Rio langsung terdiam, lalu tersentak kaget.
"Waduh, jadi harus ketemu kepala akademi langsung!?"
Ia menarik nafas panjang, lalu tersenyum kecil sambil membetulkan kerah bajunya.
"Yah... kalau gitu, aku harus perkenalkan diri dengan gaya keren nih... hehe."
Laira meliriknya sekilas dan terkekeh.
"Jangan macam-macam ya... kepala akademi orangnya serius."
Rio hanya mengangguk dengan senyum misterius, semangatnya makin terbakar.
Sesampainya di depan pintu besar yang dihiasi ukiran lambang Akademi Veltrana, Laira dan Rio akhirnya berhenti. Aura wibawa dari ruangan itu terasa bahkan sebelum pintu dibuka.
Laira melirik Rio sejenak, memastikan muridnya siap.
"Sudah siap?" bisiknya pelan.
Rio mengangguk, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Tanpa menunggu lebih lama, Laira mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kayu itu tiga kali. Suara ketukannya bergema tenang namun tegas di sepanjang koridor.
"Permisi, ini Laira Kagenami. Saya datang membawa seorang calon siswa," katanya dengan suara sopan namun penuh keyakinan.
Dari dalam, terdengar suara berat dan berwibawa menjawab,
"Masuklah."
Laira menoleh pada Rio sambil tersenyum tipis.
"Ayo, jangan gugup ya," bisiknya lagi.
Rio menarik nafas dalam-dalam, lalu melangkah masuk bersama gurunya ke ruangan yang akan menjadi awal dari lembaran baru hidupnya di Akademi Veltrana.
Kepala akademi itu menatap tajam ke arah mereka, lalu bersuara dengan nada datar namun mengintimidasi.
"Jadi... dia siapa?" tanyanya sambil melipat tangan di depan dada.
Rio berdiri tegak, tapi dalam hatinya, ia sempat bergumam,
"Jadi ini... kepala akademi Veltrana. Auranya beda…"
Laira melirik ke arah Rio dengan ekspresi serius.
"Rio! Cepat perkenalkan dirimu."
Rio yang sedikit gugup langsung tersentak.
"Ah...maaf!"
Ia maju satu langkah ke depan dan berkata dengan penuh semangat sambil tersenyum percaya diri.
"Nama aku Akagami Rio! Tapi kalau boleh jujur... aku lebih dikenal sebagai Assassin terhebat!" katanya dengan gaya santai dan penuh gaya.
Kepala akademi itu memejamkan matanya sejenak, lalu membuka mata dan menyebut nama itu perlahan.
"Akagami… Rio… hmm."
Suasana menjadi hening sesaat. Hanya suara detak jam tua di ruangan itu yang terdengar.
Laira memperhatikan ekspresi kepala akademi dengan sedikit tegang.
Rio pun menunggu, tak tahu apakah reaksinya akan pujian... atau ujian.
Namun tiba-tiba, kepala akademi itu membuka mata sepenuhnya. Aura dahsyat perlahan menyelimuti ruangan. Suara langkahnya nyaris tak terdengar saat ia berdiri dari kursinya.
"Begitu ya... tapi, apa kau bisa menahan tekanan aura ini?" ucapnya, suaranya berat dan bergema, seolah mengguncang dinding ruangan.
Dalam sekejap, atmosfer di ruangan berubah drastis. Udara terasa berat, seolah-olah gravitasi meningkat dua kali lipat. Aura milik kepala akademi menyapu bagaikan badai yang tak terlihat.
Rio yang berdiri di depan langsung terdorong satu langkah ke belakang. Keringat mulai mengalir di pelipisnya.
"Sial... apaan ini... Mukanya sih udah tua bangka, tapi auranya... monster kelas atas!?" gumamnya dalam hati sambil menggertakkan gigi.
Di sisi lain, Laira yang berada di dekat Rio langsung jatuh berlutut, tubuhnya bergetar menahan tekanan.
"Grh... seperti biasa... tekanan aura kepala akademi ini memang bukan main..." ucap Laira dalam hati, sambil mencoba bangkit tapi tubuhnya masih gemetar.
Rio mengepalkan tangan, menancapkan kedua kakinya kuat-kuat ke lantai.
"Kalau aku mundur sekarang... aku gak layak jadi muridnya lagi!" tekad Rio.
Senyum tipis muncul di bibir kepala akademi saat melihat Rio tetap berdiri meski jelas-jelas kesulitan.
Setelah beberapa saat, Kepala Akademi itu menarik kembali auranya yang menekan ruangan. Suasana perlahan kembali normal.
Ia menatap Rio sambil tersenyum tipis.
"Ternyata... nyali kau boleh juga, nak," ucapnya dengan suara berat namun mengesankan wibawa.
Kemudian dia berdiri perlahan dari kursinya, matanya masih tertuju pada Rio.
"Namaku Veldor Askran."
"Dan kau, nak Rio... datanglah ke sini lagi besok." ucapnya sambil menautkan kedua tangan di belakang punggung.
"Karena besok... akan ada banyak murid baru yang datang."
"Dan aku ingin menguji... seberapa besar kekuatan yang kau miliki."
Rio hanya diam menatap Veldor, lalu menunduk sedikit sebagai tanda hormat. Tapi dalam hatinya...
"Bjir... bisa gawat kalau aku langsung ketemu dengan putri raja itu..."
Setelah beberapa detik hening, Veldor Askran melangkah kembali ke mejanya dan duduk dengan tenang. Ia menatap Rio dan berkata dengan nada santai:
"Oke, itu sahaja yang aku boleh katakan kepada kamu untuk sekarang."
Laira langsung memberi hormat kecil.
"Baik, terima kasih banyak, Tuan Veldor." ucapnya sopan.
Rio pun menundukkan kepala sedikit.
"Terima kasih... Kepala Akademi."
Setelah itu, mereka berdua berbalik dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Saat pintu ditutup kembali, Rio menghembuskan napas panjang dan berbisik pelan ke Laira:
"Huhh... kakek tua itu auranya kayak naga tidur... serem juga ya..."
Laira tersenyum kecil sambil menatap ke depan.
"Itu sebabnya dia jadi kepala akademi, Rio."
Saat mereka keluar dari ruangan Kepala Akademi, suasana koridor terasa lebih tenang. Cahaya matahari sore menembus kaca jendela, menciptakan pantulan indah di lantai.
"Jadi... kamu nak pergi mana sekarang?" tanya Laira sambil melipat tangan di dada, menoleh ke arah Rio.
Rio melirik ke sekeliling dan menjawab santai:
"Aku...ingin keliling akademi dulu... kenal-kenal tempat... dan untuk sementara aku akan menetap di rumah guru."
Laira langsung terkejut.
"Hah!? Gak boleh!!" katanya dengan wajah memerah sedikit.
Rio langsung menatap Laira dengan senyum nakal.
"Boleh dong. Lagian... aku kan gak ada rumah di tempat ini, masa aku tidur di luar?"
"Itu bukan masalah rumahnya, tapi... ahhh!" Laira memalingkan wajah sambil cemberut.
"Lagipula... aku ini murid kesayanganmu kan~" kata Rio sambil mengangkat alis.
"Siapa yang bilang!?" jawab Laira cepat, namun pipinya mulai memerah.
Mereka pun terus berjalan menyusuri koridor sambil saling berbalas candaan, suasana jadi sedikit lebih hangat.
Langkah mereka menjauh, meninggalkan bayangan panjang di lorong akademi, menandai awal perjalanan baru Rio sebagai murid Akademi Veltrana.
[Bersambung ke Bab Selanjutnya…]
lanjut
semangattt/Determined//Determined/
kenapa gk dibuat 180 gitu thor, sekalian halunya🤣