Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 23
Anya memeluk Kinan erat-erat, gadis kecil itu ketakutan. Pikiran Anya melayang pada Arga. Seharusnya Kinan belum boleh keluar rumah sakit saat itu, lukanya di tangan pun belum terobati. Namun, laporan anak buah David—yang melihat Arga di rumah sakit—memaksa Anya dan David mengambil keputusan cepat: membawa Kinan pergi.
Berita tentang Arga yang memerintahkan anak buahnya untuk mencari mereka menyusul. Setelah mendengar Arga menarik pasukannya, Anya berencana kembali ke luar negeri. Setidaknya di sana tidak ada musuh yang mengintai.
Namun, perjalanan mereka ke bandara dihadang Rangga, sekretaris Arga, beserta beberapa anak buahnya yang terlatih. Mereka tidak menyakiti Anya dan Kinan, tetapi anak buah David babak belur karena melindungi mereka. Perkelahian berhenti saat Anya memerintahkan Rangga untuk berhenti dan Anya akan mengikuti Rangga pergi. Kejadian itu membuat Kinan sedikit ketakutan.
“Kinan masih takut? Om belikan permen, mau?” tanya Rangga, mencoba mendekati Kinan dengan senyum ramah, namun paksaan tersirat dalam sorot matanya.
“Tidak mau. Om jahat,” jawab Kinan tegas, bibirnya mengerucut.
“Om minta maaf sudah membuat Kinan takut,” kata Rangga, nada suaranya terdengar tulus namun sedikit canggung.
“Gak mau. Om jahat,” ulang Kinan, menggelengkan kepala dengan kuat.
Rangga menatap Anya, memohon bantuan lewat tatapan matanya. Anya harus membujuk Kinan untuk memaafkannya dan berteman.
“Kinan Sayang, Om ini sebenarnya gak jahat. Dia hanya mengikuti perintah dari atasannya. Kalau gak ikut perintahnya, gajinya dipotong atau dihukum,” jelas Anya, dengan nada lembut dan penjelasan sesederhana mungkin agar Kinan mengerti.
Rangga ternganga. Bagaimana Anya bisa menjelaskan hal rumit seperti itu pada anak kecil? Dirinya dimaafkan, tapi bagaimana dengan Arga? Apakah Anya ingin menciptakan permusuhan antara ayah dan anak?
"Bos, ini bukan salahku. salahkan saja istrimu!" batin Rangga, penuh kegetiran.
“Berarti bosnya yang jahat?” tanya Kinan, matanya berbinar-binar polos.
“Buk…” ucapan Rangga terputus oleh Anya.
“Iya, Sayang,” jawab Anya, mengukuhkan pernyataan Kinan.
“Aku ingin bertemu bosnya,” ucap Kinan, penuh penasaran.
“Tidak perlu, Sayang. Mama saja yang bertemu bosnya. Ingin membuat perhitungan sama dia,” kata Anya, dengan sedikit nada mengancam.
“Orang jahat seperti itu tidak pantas menjadi seorang bos,” timpal Kinan, dengan ekspresi wajah yang serius.
"Bos, aku tidak akan ikut campur dalam urusan rumah tanggamu," gumam Rangga dalam hati, merasa lelah dengan situasi ini.
“Rangga, telepon dia untuk datang. Aku tidak mau terkurung di hotel ini,” perintah Anya, suaranya terdengar tegas.
“Setelah urusannya selesai, Tuan Arga pasti ke sini. Nyonya Anya bersabar saja,” jawab Rangga, mencoba menenangkan Anya.
Suara pintu terbuka, disusul langkah kaki tegas. Sebuah suara terdengar, “Sudah merindukan ku?”
“Tuan,” sapa Rangga, memberi hormat.
Arga berdehem, lalu dengan isyarat tangan menyuruh Rangga pergi. Tinggallah Arga, Kinan, dan Anya di kamar hotel.
“Om bosnya Om tadi?” tanya Kinan polos, menatap Arga dengan tatapan lugu.
Arga tidak menjawab, hanya menatap Kinan intens. Wajah Kinan, versi kecil dirinya, hanya pupil matanya yang mirip dengan Anya yang indah.
“Kamu tidak memberitahu dia siapa aku?” tanya Arga pada Anya, suaranya terdengar dingin.
“Dia tidak perlu tahu.”
“Tidak perlu tahu, Anya, kamu…”
“Om jahat, jangan marahi Mamaku,” potong Kinan, melindungi Anya.
“Aku tidak memarahi Mamamu.”
“Tapi tatapan Om jelas memarahi Mamaku,” bantah Kinan, mempertahankan pendapatnya.
“Rangga,” panggil Arga, suaranya terdengar tajam.
Rangga masuk, bersiap menerima perintah.
“Bawa Kinan jalan-jalan. Aku perlu bicara dari hati ke hati bersama Anya. Sudah lelah jalan-jalan, bawa dia pulang ke rumah. Telepon orang rumah terlebih dahulu untuk menyiapkan kamar untuk Kinan.”
“Baik, Tuan.”
“Aku gak mau pergi. Aku mau sama Mama,” rengek Kinan, memeluk erat kaki Anya.
“Tidak, jangan bawa Kinan. Arga, jika ingin bicara, bicara saja. Jangan bawa Kinan pergi,” Anya memeluk Kinan lebih erat, melindungi anaknya dari Arga.
“Kamu yakin?” tanya Arga, alisnya bertaut. Anya tidak menjawab.
“Kinan, kamu ikut Om Rangga pergi beli es krim, beli boneka dulu ya. Kinan dengarkan ucapan Om Rangga, jangan berlarian di keramaian,” bujuk Anya, suaranya lembut, berusaha memisahkan Kinan dari dirinya.
“Baik, Mama. Om jahat jangan apa-apain Mamaku. Jika tidak, Kinan akan lapor Om Polisi,” ancam Kinan, dengan ekspresi wajah serius dan penuh ancaman.
“Tidak akan,” jawab Arga sambil mengelus rambut Kinan, berusaha meyakinkan gadis kecil itu.
Rangga mengajak Kinan pergi. Tinggallah Anya dan Arga di kamar hotel.
“Kamu tidak takut media datang ke sini?” tanya Anya, suaranya sedikit cemas.
“Tidak, aku pastikan tidak ada wartawan di sekitar sini. Kalau pun ada, siapa yang berani menerbitkan berita tanpa izin dariku terlebih dahulu,” jawab Arga, suaranya terdengar percaya diri, penuh dominasi.
"Ya, seperti kamu membiarkan media mengekspos setiap hubungan gelapmu dengan wanita-wanita di luar sana," batin Anya, mengingat semua skandal Arga di masa lalu.
“Kamu tidak takut istrimu akan tahu kamu bersama 'mantan istri' di sebuah kamar hotel?” tanya Anya, mencoba memancing Arga.
“Istri?” Arga mengerutkan kening dengan bingung.
“Tidak usah berpura-pura. Aku sudah dengar berita kalau kamu sudah menikah lagi dengan diam-diam dengan seorang wanita dari keluarga terpandang. Berita mu sangat heboh di media,” kata Anya, mengungkapkan apa yang diketahuinya, nada suaranya dingin dan penuh percaya diri.
“Kamu cemburu?” tanya Arga, sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, penuh arti.
“Denganmu? Ayolah, kita sudah tidak punya hubungan apapun lagi. Kita sudah selesai tiga tahun lalu,” jawab Anya, nada suaranya dingin dan tegas.
“Anya, kamu salah. Hubungan kita masih berlanjut sampai saat ini. Apalagi ada Kinan di antara kita,” Arga menatap Anya dengan tatapan intens, penuh makna.
“Tidak. Kinan anakku, tidak ada hubungannya dengan kamu.”
“Kamu masih mengelak setelah wajahku yang 100% ada di wajah Kinan?”
“Itu karena aku… aku sangat membencimu hingga mempengaruhi bentuk wajah anakku. Bahkan David bingung melihat wajah anaknya yang mirip sama kamu,” jawab Anya, masih berusaha menyembunyikan kebenaran, dengan ekspresi wajah tegang.
"Wanita ini beraninya masih membohongiku. Masih mengatakan omong kosong bahwa Kinan adalah anak David," batin Arga, kesal dan kecewa.
“David? Kinan anaknya David?” tanya Arga, mencoba mengkonfirmasi, suaranya sedikit meninggi.
“Ya. Jadi biarkan kami pulang. David pasti sudah khawatirkan kami. Hubungi Rangga untuk membawa Kinan ke kediaman David,” kata Anya, berharap bisa mengakhiri pertemuan ini dengan cepat, penuh harapan.
Arga ingin marah, ingin menghukum Anya, tetapi ia menahan diri. Ia ingin mendapatkan Anya kembali.
“Anya, kapan kamu menikah dengan David?”
“Tiga tahun lalu saat di luar negeri. Jadi jangan ganggu hidupku lagi,” jawab Anya, tegas dan penuh penolakan.
“Oh. Lalu mengapa berita pagi ini mengabarkan bahwa David akan bertunangan dengan anak dari mantan Walikota?” Arga mengeluarkan kartu As-nya, dengan sedikit senyuman licik.
“Itu hanya gosip,” jawab Anya, gugup, suaranya sedikit bergetar.
“Anya, berhentilah membohongi dirimu, aku, dan Kinan. Mengapa begitu susahnya kamu mengakui Kinan adalah anakku?”
“Kinan anakku, bukan anakmu,” bantah Anya, mencoba mempertahankan pendiriannya.
Arga berlutut di hadapan Anya.
“Anya, apa yang kamu takutkan? Aku tidak akan merebut Kinan darimu. Dia anakku dan anakmu. Aku ingin mendapatkan kalian berdua. Aku mencintai kalian berdua. Kalian adalah hidupku.”
“Tidak. Oke, Kinan adalah anakmu, tapi kami tidak ingin hidup bersamamu. Jangan paksa aku,” kata Anya, masih ragu-ragu dalam suaranya.
“Anya, percayalah padaku. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungi kamu dan Kinan. Kembalilah padaku. Berikan aku kesempatan sekali lagi.”
Anya terdiam, memikirkan semuanya. Akan sangat baik jika Kinan memiliki seorang ayah, dan itu ayah kandungnya sendiri dan dengan kekuasaan Arga, Kinan dan dirinya akan terlindungi. Jika ia kembali pada Arga, ia tidak akan terpisah lagi dari pria yang dicintainya. Akan tetapi…
“Baiklah, aku akan memberikanmu kesempatan,” kata Anya akhirnya, luluh oleh rayuan Arga.
Arga tersenyum senang. Ia memeluk Anya erat. “Terima kasih, Anya.”
Anya mengangguk dalam pelukan Arga.
“Ayo kita pulang. Kinan pasti sudah khawatirkan aku.”
“Itu karena kamu mencuci otaknya bahwa aku ini orang jahat.”
“Kamu memang jahat. Kalau bukan karena kamu, karena keluargamu, aku dan Kinan tidak akan begini.”
“Ya ya, itu salahku. Maafkan aku. Ayo kita pergi.”
Mereka keluar dari kamar hotel. Saat lift terbuka, mereka melihat wartawan berkerumun. Arga dengan cepat menutup pintu lift dan kembali ke lantai atas.
“Bukankah kamu bilang media tidak ada di sini?” Anya memprotes, dengan nada sedikit marah.
“Aku tidak tahu mengapa mereka tiba-tiba ke sini.”
“Arga, aku tidak ingin media tahu,” kata Anya, panik.
“Kamu tenang saja. Aku akan membereskan ini. Kita kembali dulu ke kamar.”
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁