NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Unanswered Questions

Mengabaikan Treasure yang duduk anteng di sofa ruang tamu, K melipir agak jauh ke depan, menyisir foto-foto yang dipajang berderet di atas rak kaca. Foto-foto dalam bingkai berbagai ukuran, yang memiliki satu kesamaan: selalu ada Han Jean di dalamnya.

K mengambil salah satu foto tersebut, foto terbaru yang diambil tujuh bulan lalu. Dia mengetahui hal tersebut dari keterangan yang terdapat di bagian kanan bawah foto, keterangan yang muncul di foto-foto lainnya. Foto di tangannya itu ia perhatian dari satu sisi ke sisi yang lain, menggunakan kemampuannya mengamati dengan baik.

Dari pengamatannya, K mendapati wajah-wajah asing lain, yang tidak ditemuinya hari ini. Empat orang laki-laki, berbadan kekar, yang selalu berfoto dalam barisan yang sama dengan Treasure.

"Treasure," Dia berbalik, mengunci sosok kecil di atas sofa itu agar tidak gegabah mengalihkan pandangan. "Empat laki-laki yang foto di barisan kamu ini siapa?" tanyanya to the point.

Treasure memiringkan kepalanya sedikit, matanya menyipit. "Pekerja di sini," jawabnya, dengan kepala yang berangsur kembali lurus dan netranya menatap lekat pada manik K. "Kenapa?"

K mendekat ke sofa, berdiri beberapa langkah di depan Treasure. Foto tadi dibawanya ikut serta. "Terus sekarang mereka ke mana? Kok Bu Fatimah bilang beliau biasa terima kiriman sayur dari Pak Lukman cuma dibantu sama kamu?"

"Mereka berempat cuma kerja dari Senin sampai Sabtu," jawab sang gadis. Ia menatap foto di tangan K sebentar, lalu melanjutkan, "Kecuali kalau Om Jean datang, meski hari Minggu pun mereka tetap akan ke sini."

"Om Jean? Siapa dia?" tanya K, berpura-pura tidak tahu siapa gerangan yang Treasure maksud.

"Tuh," balas Treasure, menunjuk foto di tangan K menggunakan dagu. "Laki-laki yang foto di samping Bu Fatimah, itu namanya Han Jean, perwakilan dari Arc Corp. Kakak tahu Arc Corp?"

K mengangguk kecil. Malah akan mencurigakan memang jika dia bilang tidak tahu.

"Nah, perusahaan itu jadi salah satu donatur tetap di Rumah Kasih. Kata Bu Fatimah sih, sejak Rumah Kasih berdiri, merekalah yang menyokong operasinya."

"Kalau dia ini adalah urusan dari Arc Corp, kenapa kamu panggil dia Om? Kalian dekat?" selidiknya.

Treasure mengedik. "Saya juga nggak tahu. Beliau sendiri yang minta dipanggil begitu. Mungkin nggak mau terlalu formal kalau saya panggil Pak, tapi udah terlalu tua juga buat dipanggil Mas atau Kakak."

Semakin gatal rasanya lidah K, ingin mencaritahu lebih banyak langsung dari mulut Treasure. Tapi kalau dia ikuti dorongan itu, gadis kecil di depannya ini mungkin akan mulai menaruh curiga.

Maka sebagai pengalihan agar otaknya tidak merongrong agar pertanyaan demi pertanyaan kembali dilontarkan, K balik badan. Foto tadi dikembalikan ke tempat semula, dengan memperhatikan sudutnya.

Bertepatan dengan itu, ponselnya berdenting sekali, pertanda adanya pesan masuk. Dia mengintip sedikit dari pop up, lalu sudut bibirnya terangkat sedikit saat tahu agen yang ditugaskannya mencari tahu soal Treasure sudah memberi kabar.

Tapi kan dia tidak mungkin memeriksa data gadis itu sekarang, di saat yang bersangkutan ada di dalam satu ruangan dengannya. Untuk itu, dia menekan rasa penasaran sekaligus semangat yang membara di dadanya itu, lantas memasukkan kembali ponselnya ke saku celana.

Namun, saat dia berbalik, Treasure sudah tidak ada di tempatnya.

K celingukan. Runyam pikirannya menduga ke mana perginya sang gadis, serta apa yang tengah dilakukan. K yakin cuma sebentar fokusnya teralihkan. Mustahil kalau sampai tidak mendengar Treasure melangkah pergi, kecuali gadis itu memang pergi mengendap-endap.

Karena rasa hati semakin tidak enak, K pun melangkah pergi meninggalkan ruang tamu, setelah dia mencuri kesempatan memotret foto yang baru dikembalikannya itu, tepat di bagian empat laki-laki yang menurutnya mencurigakan.

Camilan yang disediakan Bu Fatimah sama sekali tidak disentuhnya. Hanya air pemberian Treasure yang sempat dia tenggak, dan handuk milik gadis itu pun masih utuh diletakkannya di atas meja.

Berhubung tadi dirinya digiring ke ruang tamu melalui dapur, K memutuskan mengikuti jalur yang sama. Rungunya waspada, tubuhnya sigap memasang kuda-kuda. Langkah demi langkah dirajutnya dengan hati-hati, dan selalu dengan cermat mengamati situasi.

Sampai akhirnya dia tiba di pembatas ruang tamu dengan ruang tengah, kaki K otomatis berhenti. Di ruang tengah itu, Treasure tampak sedang menenangkan seorang lansia perempuan. Gadis itu berjongkok di bawah kaki sang lansia, yang duduk di sofa panjang cokelat tua. Tangan dengan jemari lentik itu telaten mengusap wajah sang lansia, yang tampaknya basah oleh air mata.

K terpaku sesaat. Hampir terseret arus perasaan kala menemukan kelembutan dan ketelatenan uang Treasure tunjukkan.

Jika tidak sedang dalam sebuah misi penting, K mungkin akan terdorong melakukan tindakan yang impulsif. Seperti tiba-tiba bergabung dan bertanya apa yang bisa dia bantu, misalnya.

Akhirnya, yang K bisa lakukan adalah memutar langkah, kembali ke ruang tamu. Dia duduki sofa yang menawarkan diri padanya, namun ia cuekin sepanjang waktu tadi. Duduklah ia dengan paha terbuka lebar, dan di sana kedua tangannya saling bertaut dan tertumpu. Kaki kirinya bergerak perlahan, mengetuk-ngetuk lantai menggunakan ujung sepatu.

Sesekali diliriknya area pembatas ruang tamu dengan ruang tengah, memeriksa apakah urusan Treasure sudah selesai dan gadis itu sudah akan kembali padanya.

Sekitar enam menit K habiskan untuk menunggu. Treasure akhirnya kembali dengan mimik muka yang berubah. Gadis itu tampak merasa tidak enak atas sesuatu.

"Dari mana?" tanyanya langsung. "Saya tinggal ngedip sebentar, kamu udah ngilang aja."

Treasure mempercepat langkahnya. Semula tampak hendak duduk di ujung sofa yang lain, namun mendadak mengurungkan niat dan akhirnya hanya berdiri di dekat meja.

"Tadi ada salah satu Oma yang jalan ke sini, jadi saya buru-buru datengin dan ajak pergi." Sang gadis berucap dengan suara yang terdengar janggal. Ada percampuran antara rasa takut dan juga bingung.

"Emangnya kenapa harus kamu bawa pergi? Oma dan Opa di sini nggak boleh sembarangan ketemu sama orang lain?"

"Bukan gitu," sambar gadis itu. Kepalanya menunduk sedikit, kali ini bukan karena malu, melainkan gelisah yang membesar seiring waktu. "Nggak ada larangan khusus buat para Oma dan Opa ketemu siapa pun. Cuma..."

"Cuma apa?"

Kepala sang gadis terangkat. Ia tampak menggigit bibir bawahnya sedikit. Ragu-ragu tampaknya untuk mencurahkan isi kepalanya kepada K.

"Ya kalau nggak mau jawab sih nggak apa-apa," tandas K pada akhirnya. Dia pun bangkit. Pikirnya, mau dijawab atau tidak dia pasti akan mendapatkan jawabannya dengan caranya sendiri. Biasanya juga begitu. "Saya langsung pamit ya. Tolong sampaikan ke Bu Fatimah, makasih udah izinin saya buat istirahat di sini."

Tanpa menunggu Treasure merespons, K melenggang pulang lewat pintu depan. Diperiksanya ponsel setelah melewati pintu, untuk menemukan Angger baru saja mengiriminya pesan, memintanya segera pulang.

Apa pun yang Angger katakan adalah perintah mutlak bagi K, jadi dia pun bergegas pergi. Dalam sekejap mata melupakan apa yang sudah dilewatinya hari ini.

Bersambung....

1
Chalimah Kuchiki
jangan mati 😭😭😭
Chalimah Kuchiki
kok serem.. mudah2an nuansa ga diperkosa atau lecehkan sama para banjingan 🥹
Zenun
Hmm, ternyata Han Jean.. Apa sekiranya yang melatarbelakangi dia seperti itu? 🤔
Zenun
Suara Han Jean kah? Atau bapake?
irish gia
deg degaaannn...huhuu
Chalimah Kuchiki
hii saposeee ini.. jangan2 tunangan nuansa... angger tolong cepat datenggg
Chalimah Kuchiki
lagi adegan mendebarkan gini ada aja lawakannya 🤣
Zenun
Karena Angger dan K mengejar Nuansa. Dia tidak terkecoh
Zenun
siapakah itu? Masih belum bisa menebak itu siapa😁
Chalimah Kuchiki
penasaran...semoga angger yg nyelamatin nuansa.
Zenun
berarti hanya beda pandangan
irish gia
siapa ituuu????
R_Bell
aku penasaran poll
Ara putri
bagus ceritanya Kak, semangat💪
R_Bell
keren, aku penasaran
Chalimah Kuchiki
Ar ini siapa?
nowitsrain: Salah satu orangnya Angger
total 1 replies
Zenun
ya sapa tahu plot twist nya kamu ternyata penjahatnya, Amy😁
nowitsrain: Iya lagi wkwk BOOM sekali
total 1 replies
Chalimah Kuchiki
aku juga curiga...
irish gia
siapaaa
Zenun
iya, feeling aku juga sama kaya nyobes😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!