"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Episode 4
***
Masih flashback yang terjadi sebelum Anna tiba-tiba menjadi istri Alexander Graham,
"Sayang, kau cantik sekali malam ini." Suara bisikan yang hangat, dan nafas yang memburu Alexander yang dalam pengaruh obat pe r a n g s a n g itu langsung memeluk Anna dengan erat.
Tangannya bergerak nakal membuat Anna kebingungan dan panik, dia belum pernah melakukan hal hal seperti ini sebelumnya dan pasti ada yang salah dengan semua ini.
"Tuan, tolong dengarkan saya, saya bukan Selena, saya Anna ..."
"Saya mohon, lepaskan saya Tuan ..."
Anna mencoba mendorong, melepaskan dirinya dari cengkeraman hangat lelaki dengan tubuh bidang yang proporsional ini.
Saat Anna mengatakan itu, mata Alexander yang berwarna biru itu seolah bersinar, senyuman nakalnya dan ekspresinya yang penuh rasa ingin membuat Alexander terlihat seperti predator yang hendak menyergap mangsanya.
"Hmmm ..." Alexander tersenyum kecil, tangannya menyelinap masuk ke dalam pakaian pelayannya dan saat itu Anna secara spontan berteriak kecil.
"Ah!"
Matanya melebar dan nafasnya menjadi berat, belum pernah terbersit sebelumnya jika dia akan mengalami hal ini.
"Tuan, ah ..."
"Saya mohon sadarlah, saya bukan Nona Selena ..."
Anna menangis meringis ketika pakaiannya sudah tak lagi menutupinya, dia menangis menutupi tubuhnya dan dadanya terasa sesak.
Tapi Alexander sama sekali tidak mengatakan apapun, dia sudah kehilangan akal karena obat p e r a n g s a n g itu.
"Diamlah sayang, kau pasti akan menikmati ini."
Bisik Alexander membuat segala upaya Anna yang mencoba melepaskan dirinya terlihat sia-sia.
Alexander terlalu kuat dan kokoh, apapun yang dilakukan Anna sama sekali tidak berguna, dia tidak bisa melakukan apapun dan berakhir melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
Ketika Alexander dengan buas menguasai tubuhnya, Anna dengan tubuh yang sangat lemah dan rasa sakit di hatinya menatap nanar ke arah jendela kaca besar yang terlihat megah di ruangan itu.
Hujan deras sedang turun dengan hebat, begitupula dengan air matanya.
"Aku harus pergi melihat Ayahku ..."
"Ayahku sendirian di rumah sakit, aku tidak ingin membuatnya kesepian."
"Tolong lepaskan aku."
Anna menangis dengan sangat pilu, air mata yang jika dilihat orang lain akan ikut merasakannya juga.
"Hah!"
"Sakit." Keluhnya mencengkram sprei ketika dia merasakannya untuk pertama kali, dia mengatupkan bibirnya dan tangisannya pecah.
Dia memejamkan matanya dan dia sudah kehilangan ke p e r a w a n annya, rasanya sangat sesak di dada, seolah-olah dia sedang dijatuhkan ke dasar laut terdalam sampai dia tidak lagi bisa melihat cahaya dan nafasnya tercekat.
"Ah, apa ini ..."
"Kenapa rasanya seperti ..." Alexander terlihat heran, dia melihat ke bawah dan ada sedikit darah di sana, menunjukkan jika wanita ini adalah p e r a w a n, saat itulah dia sedikit sadar jika wanita ini bukan Selena melainkan wanita asing yang wajahnya cukup familiar baginya.
"Ah! Kepalaku!"
Tetapi segalanya sudah terlanjur, dan dia juga sedang dalam pengaruh obat p e r a n g s a n g dan dia tidak bisa berhenti karena rasanya terlalu luar biasa.
Karena itu, dia melanjutkannya, bersikap seperti predator yang sedang memangsa buruannya, dia tidak menghiraukan rasa sakit yang terdengar dari bibir wanita ini, tangisannya yang menyedihkan pun tak ia hiraukan.
"Hahh!"
"Sakit!" Keluhnya lagi dengan rasa lelah yang luar biasa, dia tidak bisa membuka matanya dan melihat Alexander.
Lelaki yang sebenarnya adalah cinta pertamanya, tapi dia tidak pernah menginginkan hal ini sampai terjadi.
Anna menoleh ke arah hujan lebat itu, dia tetap ingat Ayahnya dan hatinya semakin terasa pedih.
"Ayah ... Maafkan aku."
"Aku tidak bisa segera datang ke rumah sakit sesuai janjiku."
"Ibu ... Maafkan aku."
"Aku tidak bisa menjaga diriku sesuai pesan mu, aku telah kehilangan segalanya, maafkan aku."
Anna menangis kesakitan, hatinya kosong dan tubuhnya terasa sangat lemas.
Kemudian saat mengatakan itu, dia pingsan karena terlalu lelah, dia tidak lagi bisa merasakan apapun karena hatinya yang kosong menyakitkan, dan rasa lelah akut yang ia rasakan.
***
Di kamar Arthur,
Arthur sedang dihubungi oleh suruhannya sambil menoleh ke jendela kaca megah yang ada di ruangannya, dia melihat hujan lebat sedang turun deras.
"Tuan, mohon maafkan saya, wanita itu baru saja menghubungi saya jika dia mengubah pikirannya, dia merasa hal ini tidak benar dan agar Tuan mencari wanita lain saja."
Suruhannya mengabarkan jika wanita yang dia pilih untuk cucunya tidak bisa datang karena berubah pikiran, hal itu membuat Arthur menghela nafasnya berat tapi dia sadar dia tidak bisa memaksa orang lain melakukan hal gila yang ia inginkan.
"Baiklah, tidak apa-apa."
Balasnya kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan nya di meja nakasnya di samping ranjang.
"Sekarang juga sedang hujan lebat, mungkin belum saatnya dia melakukan itu."
"Hatiku juga berat dengan rencana ku sendiri, walaupun aku sangat tidak suka dengan kekasihnya itu, entah kenapa aku merasa dia bukanlah wanita yang baik untuk cucuku."
Arthur menghela nafasnya berat, kemudian dia berbaring di atas ranjang, dia sudah tua jadi cepat mengantuk.
Karena itulah setelah dia mendapatkan informasi itu dia langsung terlelap.
***
Waktu akhirnya berlalu, malam yang dipenuhi air hujan akhirnya digantikan oleh matahari hangat yang cerah menyambut hari yang baru.
"Ahh, tubuhku sakit sekali."
Anna menggeliat karena tubuhnya terasa sangat sakit dan perih, hangat beberapa detik setelah itu dia terkejut dan bangun dengan mata membulat.
"Oh tidak ..."
Anna ingat apa yang terjadi tadi malam, dia dengan panik hendak bangkit dan dia syok sekali ketika melihat Tuan muda Alexander sudah duduk di sofa dekat ranjang dengan ekspresi yang benar-benar marah.
"Haaah!" Nafasnya berat sekali, dia meraih pakaiannya yang sudah tercecer sambil mempertahankan selimut yang ada di tubuhnya.
"Heh! Murahan sekali!"
"Bersikap sok suci padahal sudah menjual dirinya padaku! Menjijikkan sekali!"
Alexander berbicara dengan nada yang datar, seringainya yang mengerikan, dia merokok dengan ekspresi marah dan tajam, pintu menuju balkon juga terlihat sudah terbuka.
"Ma ... Maaf Tuan?" Anna tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Alexander, karena tadi malam jelas-jelas Alexander lah yang tiba-tiba menyerangnya dan apapun yang ia katakan untuk melepaskan diri tak didengarkan sama sekali oleh lelaki ini.
"Heh!" Ekspresi Alexander nampak semakin marah, matanya yang biru tajam itu menatap dengan cara yang mengerikan.
"Mau berpura-pura bodoh lagi!"
"Aku tahu wanita seperti mu, menyelinap masuk ke kamarku ketika aku sedang tidak stabil kemudian melakukan itu demi mendapatkan uang, mudah sekali ditebak!"
"Dari jenis semua orang, orang seperti mu adalah orang paling menjijikkan!"
Geram Alexander menjatuhkan harga diri Anna sepenuhnya, dia menoleh dengan tatapan nanar, bibirnya membisu tak bisa mengatakan apapun lagi.
***
Bersambung...
Alex mbo y ngomong ny baik2 dong , jan seperti itu ,jelas Anna ketakutan karna ngomong kamu selalu membentak gda lembut2 ny 🤪