Zian jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis berwajah manis yang kemudian hari dia ketahui gadis itu bernama Alula. Kisah cinta nan manis pun terajut. Namun, sisi kelam kehidupannya Alula membuat Alula akhirnya memilih pergi tanpa alasan.
Lima tahun kemudian mereka dipertemukan kembali sebagai komandan Zian Wibisana dan Dokter Alula Putri Tanoe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Kesayangan
Setelah berpamitan dengan semua keluarganya Zian, Alula digandeng Zian masuk ke dalam mobil.
Saat mobil tengah melaju pelan menuju ke jalan besar, Alula menoleh ke Zian dan berkata dengan hati-hati, "Zian, aku pengen ke kafe Papaku"
Zian menoleh kaget ke Alula, "Bukankah Omku tadi bilang kalau kita akan ke sana nanti sore"
"Tapi, aku pengen ke sana sekarang" Alula mengerjap dua kali di depan Zian.
Zian mengusap pucuk kepala Alula sambil kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Saat memutar mobilnya ke jalan besar, Zian berkata, "Baiklah"
Alula menarik tangan Zian dari atas kepalanya lalu meletakkan tangan itu di atas pangkuannya, menggenggamnya erat dan berkata, "Kamu sekarang kenal sama Alula yang keras kepala"
Zian melirik tangannya yang ada di atas pangkuan Alula dan tersenyum senang saat dia melihat tangannya digenggam hangat sama gadis manis itu. Lalu, Zian berkata, "Aku sudah tahu kalau kamu keras kelas pas kamu menuduhku merusak gembok sepeda kamu dan kamu memarahi aku waktu itu. Padahal gembok sepeda kamu tidak rusak lho"
Alula mendengus geli, "Maaf kalau aku membawa kesan menakutkan di perjumpaan pertama kita" Alula memainkan jari jemari Zian yang dia genggam di atas pangkuannya.
Zian melirik jari jemarinya yang dibuat seperti mainan boneka kecil oleh Alula. Zian tersenyum geli lalu berkata, "Itu bukan perjumpaan pertama kita"
"Hah?" Alula menarik lebar-lebar rahang bawahnya sambil menoleh ke Zian.
Zian terkekeh geli dan berkata, "Iya, benar. Itu bukan perjumpaan pertama kita"
"Oh, pantes. Pas tadi kamu bilang andai kamu nembak aku di perjumpaan pertama kita, kamu bisa gandeng aku lebih lama, tapi di otak aku yang ada, aku pasti nolak kamu karena kamu udah ngebuka gembok sepeda aku tanpa ijin" Alula lalu menggigit gemas tangan Zian.
Zian menoleh kaget ke Alula. "Jangan gigit di tangan bisa nggak? Sakit" Cowok tampan itu lalu meringis di depan Alula,
"Aku gigitnya nggak beneran. Mana ada sakit" Alula menunduk cepat lalu mengusap tangan Zian dan bibir gadis itu monyong beberapa senti.
"Tapi, sakit. Jangan gigit di tangan lain kali, ya" Dengus Zian.
Alula menoleh ke Zian. "Kalau aku gemas sama kamu, aku gigit di mana kalau bukan di tangan?"
Zian mengetuk bibirnya dengan tangan kiri, "Di sini"
"Ish! Mau tak gigit lagi tangan kamu?" Alula membuka mulutnya dan menarik tangan Zian ke mulutnya secara perlahan.
Zian menahan tangannya sambil tertawa lebar. "Kamu beneran keras kepala"
Alula ikut tertawa lebar lalu menarik tangan Zian ke dada dan bertanya ke Zian sambil memeluk erat tangan Zian yang masih dia genggam hangat, "Jadi kapan kita pertama kali bertemu?"
"Kamu juga cuek orangnya. Perjumpaan pertama kita tuh di perpus waktu kamu kasih aku buku yang aku cari" Zian melirik Alula dan saat dia menemukan kedua alis Alula bertaut, "Buku novel RF Kuang versi English, yang Babel," Zian bergegas menambahkan.
Alula refleks menarik tangan Zian ke bibirnya yang terbuka lebar karena terkejut. Lalu, gadis itu berkata dengan punggung tangan Zian menempel di mulutnya, "Astaga! Maafkan aku kalau aku nggak ramah waktu itu. Aku habis bertengkar sama Mamaku waktu itu dan rasa kesalku sama Mamakku kebawa seharian waktu itu. Maaf kalau kamu kena imbasnya"
Zian mendengus geli lalu berkata, "Berarti kamu juga tidak ingat pas kamu kasih biskuit gambar macan ke aku di depan meja peminjaman buku"
Alula menggigit tangan Zian saking kagetnya.
Gigitan Alula tidak menyakitkan, tapi Zian berteriak lebay, "Ouch! Alula Wibisana! Kenapa kamu gigit lagi tanganku?!"
Alula membanting pelan tangan Zian yang masih dia genggam ke pangkuannya sambil menyemburkan, "Alula Putri Tanoe!"
Zian tertawa ngakak dan Alula kembali menggigit tangan Zian.
Zian mengaduh keras dan melirik tajam Alula, "Alula Wibisana, jangan main-main denganku ya?!"
Alula tertawa lebar lalu berkata, "Habisnya kamu seenaknya mengganti namaku"
"Kamu itu Istriku. Jadi, wajar kalau aku panggil kamu Alula Wibisana"
"Ish! Istri apa? Jangan ngawur! Kita ini masih pacaran"
"Tapi, kamu adalah calon Istriku"
Alula menepuk pelan punggung tangan Zian. Yang masih dia genggam, "Jangan bicara yang aneh-aneh! Kita baru beberapa jam jadian"
Zian menoleh sekilas ke Alula karena jalanan di depannya masih sangat padat. "Aku serius sama kamu dan hanya mau menikah sama kamu"
Alula kembali menepuk pelan punggung tangan Zian.
Zian mendengus geli lalu berkata, "Emm, aku jadi kepikiran kasih kamu nama panggilan kesayangan. Raymond punya panggilan kesayangan untukmu dan aku harus punya juga. Aku kan pacar kamu"
Alula mendengus geli. "Aku tidak pernah merasa kalau Raymond punya panggilan kesayangan untukku"
"Dia manggil kamu Lulu dan dia bilang itu panggilan kesayangan dia untukmu, cih! Menyebalkan! Dasar berengsek!" Zian memukul kesal kemudi mobil dengan wajah memberengut.
Alula mendengus geli dan berkata, "Raymond manggil aku Lulu sejak aku masih berumur lima tahun. Itu bukan panggilan kesayangan"
"Tapi dia bilang itu panggilan kesayangan dia untukmu. Maka aku harus punya panggilan kesayangan yang lebih keren dari dia. Aku, kan, pacar kamu"
Alula mengulum bibir menahan geli lalu berkata dengan lembut, "Oke, iya, baiklah, apa panggilan kesayangan kamu untuk aku?"
"Luna" Zian menoleh ke Alula dengan senyum lebar dan alisnya dia tarik ke atas dua kali. Zian bergegas mengarahkan pandangnya ke depan kembali saat dia harus belok kanan di perempatan besar.
"Luna?" Alula menautkan kedua alisnya.
"Iya. Luna itu singkatan dari Lula Wibisana. Keren, kan" Sahut Zian sambil memarkirkan mobilnya di depan kafe yang papan namanya bertuliskan 'La Tanoe'
Alula terkekeh geli. "Meskipun kamu tetep maksain nama Wibisana, aku suka nama panggilan kesayangan kamu untukku" Alula mencium punggung tangan Zian yang masih dia genggam hangat.
Zian membuka sabuk pengamannya dengan cepat karena dia ingin mendaratkan ciuman di keningnya Alula.
Alula tersenyum bahagia mendapatkan ciuman hangat dari kekasihnya di kening.
"Kenapa nama kafe Papa kamu, La Tanoe?" Zian bertanya sambil membuka sabuk pengamannya Alula.
"La itu panggilan kesayangannya Papa untukku. Papa memanggilku Lala. Makanya Papa kasih nama untuk kafenya, La Tanoe. Nama Papa Christian Tanoe"
"Wah, aku mendadak kesal nih" Zian melipat tangannya di dada dengan menghembuskan kasar napasnya.
"Kenapa kesal?"
"Karena aku orang ketiga yang kasih kamu panggilan kesayangan dan bukan yang pertama"
Alula kembali mendengus geli, "Kamu memang bukan yang pertama memberikan panggilan kesayangan untukku. Yang Raymond tidak aku hitung karena aku anggap itu panggilan yang biasa Raymond kasih ke aku sejak aku masih kecil. Kalau panggilan kesayangan dari mendiang Papaku membuat hatiku hangat dan panggilan kesayangan dari kamu membuat hatiku berdesir hebat"
Jantung Zian sontak berdegup kencang dan dia menerima tengkuk Alula untuk mendaratkan ciuman di kening Alula. Lalu, dengan suara serak, cowok tampan itu bertanya, "Bolehkah aku mencium bibir kamu, Luna?"
ck ck ck