NovelToon NovelToon
Ruang Rahasia Di Kamar Tante Feronica

Ruang Rahasia Di Kamar Tante Feronica

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yan duwei

Mahen selalu membenci Tante Feronica, bibinya yang menghilang 10 tahun silam. Ayahnya selalu mengatakan bahwa Tante Feronica adalah orang jahat yang telah membuatnya mendekam dipenjara selama 12 tahun.

Namun, ketika Mahen mencoba mencari petunjuk atas apa yang terjadi 10 tahun lalu, dia tidak menyangka bahwa dia akan menemukan sebuah ruang rahasia di kamar Tante Feronica. Di dalam ruang itu, Mahen menemukan petunjuk-petunjuk yang membuatnya mulai mempertanyakan apa yang selama ini dia percayai.

Mahen mulai menyelidiki tentang apa yang terjadi di masa lalu dan mengapa ayahnya dipenjara. Namun, semakin dia menyelidiki, semakin banyak rahasia yang terungkap. Mahen harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya tidak seperti yang dia pikirkan.

Tante Feronica, yang selama ini dia anggap sebagai orang jahat, ternyata memiliki alasan yang kuat untuk melakukan apa yang dilakukannya. apakah Mahen akan bisa menemukan kebenaran dan memperbaiki kesalahan masa lalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yan duwei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENANTU DAJJAL

"mahen, kamu kenapa?" tanya mamahnya saat melihat Mahen yang terlihat gelisah. "nggak papa mah, agak kebelet aja" jawab Mahen sambil nyengir.

"ih.. ada-ada aja kamu ini" gerutu mamahnya.

setelah beberapa saat perjalanan akhirnya mereka sampai di lapas tempat pak Julian (papah Mahen) di tahan.

Mahen turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk kakek, nenek, dan mamahnya. setelah itu Mahen membuka bagasi lalu mengeluarkan barang bawaan mereka.

"mah, aku ke toilet dulu ya" ucap Mahen meminta izin pada mamahnya. "yaudah, tapi jangan lama-lama ya. nanti langsung nyusul ke dalem" jawab mamahnya seraya mengingatkan Mahen agar tidak berlama-lama di dalam toilet. Mahen menjawab dengan mengangguk mantap.

"ayo mah, pah, kita masuk dulu" ajak mamah Mahen pada orang tuanya sambil menenteng barang bawaan mereka. "ayo, tapi tolong nanti jangan lama-lama di dalem ya" pinta nenek Astrid. "iya mah, cuman sebentar kok" jawab mamah Mahen sambil tersenyum dan mengangguk.

berbeda dengan mamah dan kakek neneknya yang sudah masuk ke dalam lapas untuk menjenguk papahnya, Mahen justru sedang menatap dirinya sendiri di cermin toilet.

"nanti kalau papah bahas tentang bales dendam lagi aku harus jawab apa ya? apa langsung bilang aja kalau aku udah nemuin bukti dan cerita yang sebenernya? terus kalau papah ngamuk gimana? kan ada kakek. tapi nanti mereka semua jadi tau kalau aku pernah punya rencana bales dendam ke tante Fero dong?" Mahen berbicara pada cermin yang menampilkan bayangannya sendiri.

"eh? kakek udah masuk kan yak? waduh! kalau papah ngamuk gimana nih?! gue kesana gue kesana, gue harus kesana sekarang!" Mahen berlari terbirit-birit mencari mamah serta kakek dan neneknya yang sudah masuk terlebih dahulu.

pikiran Mahen sangat kacau, ia takut kakeknya sudah menjadi mayat karena di bunuh oleh menantunya sendiri. oh tidak! Mahen mempercepat larinya hingga beberapa kali ia hampir menabrak orang yang berpapasan dengannya.

namun, sesampainya di ruang besuk tahanan, Mahen melihat papahnya sedang duduk anteng berseberangan dengan mamah, kakek dan neneknya.

Mahen menghentikan langkahnya dan memilih untuk melihat dari kejauhan. Mahen melihat papahnya yang menatap tulus ke arah mamahnya. hanya mamahnya, papah Mahen tidak menatap atau melihat ke arah kakek dan neneknya sama sekali.

"gimana kabarmu lian?" tanya kakek Hardjo pada Julian. "baik pah" jawab Julian singkat. kakek Hardjo mengangguk dan tidak mengucapkan kata apapun lagi. sedangkan nenek Astrid sedari tadi hanya diam, tidak mengeluarkan satu kata pun untuk menantu Dajjal-nya itu.

"Felicia, mana Mahen? apa dia nggak ikut?" tanya Julian pada mamah Mahen. "ikut. lagi ke toilet" jawab mamah Mahen. "gimana kuliahnya?" tanya Julian lagi.

"baik-baik aja kok, kamu nggak usah khawatir." jawab mamah Mahen lagi. Julian mengangguk, raut wajahnya sangat tidak terbaca.

Mahen masih berdiri di tempatnya, menunggu kata yang keluar dari mulut papahnya untuk kakek dan neneknya meskipun hanya bertanya kabar untuk sekedar berbasa-basi.

namun hingga beberapa saat lamanya Mahen tetap tidak mendengar satu kata pun dari papahnya, ia pun memutuskan untuk mendekat.

"Mahen?" mata papahnya berbinar saat melihat Mahen yang sedang berjalan mendekati mereka. "pah," sapa Mahen sambil tersenyum ragu.

papahnya merentangkan tangannya seolah meminta agar Mahen memeluknya. Mahen yang paham pun maju untuk memeluk papahnya. namun, Mahen merasakan pelukan itu bukanlah pelukan hangat ayah dan anak, ia merasa pelukan itu sangatlah ragu dan dingin. ia tidak menemukan kehangatan sedikitpun di dalam pelukan itu.

Mahen melepaskan pelukannya lalu mundur beberapa langkah. entahlah, sejujurnya Mahen merasa sakit hati setelah mengetahui papahnya telah membohonginya. hal itu membuat Mahen merasa canggung jika harus berdekatan dengan papahnya.

Mahen juga masih tidak menyangka jika papahnya adalah orang yang rakus harta. bahkan jika melihat bukti yang ada papahnya sangat pantas di sebut sebagai orang yang tidak tahu malu.

"kenapa Mahen?" tanya papahnya saat melihat raut wajah Mahen yang berbeda dari sebelumnya. Mahen menggeleng sambil tersenyum lalu duduk di kursi kosong yang ada di sebelah mamahnya.

"kamu udah lama nggak kesini Mahen, biasanya setiap seminggu sekali kamu selalu kesini" ucap papahnya. "ya, aku sering kesini sebelum aku tahu kebenarannya. sekarang aku udah tau semua pah, tinggal nyari keberadaan tante Fero sama kak Monica aja" jawab Mahen dalam hati sambil menatap tajam ke arah papahnya.

entahlah, kenapa Mahen bisa seberani itu menatap papahnya. biasanya Mahen lebih sering menunduk jika sedang mengobrol bersama papahnya.

khem..

terdengar suara nenek Astrid yang berdehem. "yaudah, kami pulang dulu" pamit Felicia yang paham kode dari mamahnya.

Julian menatap istrinya lekat, istrinya terlihat sangat berbeda sekarang. terlihat lebih cantik, lebih elegan dan anggun. pakaiannya pun terlihat rapih dan mahal. Julian tidak tahu dari mana istrinya bisa hidup semewah itu.

yang Julian tahu, istrinya tidak mungkin hidup dengan biaya dari orang tuanya.

"kami pulang dulu Lian" pamit kakek Hardjo pada Julian. Julian hanya mengangguk tanpa berniat menyalami papah mertuanya itu.

melihat hal itu membuat Mahen melakukan hal yang sama. Mahen tidak menyalami papahnya dan berlalu pergi begitu saja tanpa berpamitan.

sikap Mahen membuat yang lain terheran-heran. bukankah biasanya Mahen paling akrab dengan papahnya, kenapa hari ini terlihat seperti ayah dan anak yang bermusuhan?

belum selesai Julian di buat heran oleh Mahen, istrinya juga pergi tanpa menyalaminya membuatnya merasa semakin heran. dulu istrinya masih mau bersalaman dengannya bahkan berpelukan, tetapi sekarang? menatapnya pun terlihat enggan.

"Mahen masuk ke dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk ketiga penumpangnya. pikiran Mahen benar-benar kalut setelah melihat sikap papahnya pada kakek dan neneknya yang sama sekali tidak mencerminkan sikap menantu kepada mertuanya.

"tapi kalau di pikir-pikir wajar aja sih papah bersikap kaya gitu ke kakek nenek setelah apa yang terjadi sepuluh tahun lalu. tapi ya nggak bisa gitu juga dong, kan papah sendiri yang salah" pikiran Mahen terus berkecamuk.

Mahen melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, untung saja jalanan sedang sepi. setelah ini Mahen berencana untuk membuat janji temu dengan Naomi dan teman-temannya yang lain. ia ingin segera menemukan keberadaan tante Feronica dan kakaknya.

"Mahen, jangan ngebut-ngebut dong!" pekik mamahnya saat mobil yang di kemudikan oleh Mahen melaju semakin kencang.

"Mahen ada urusan mah habis ini. jadi harus cepet biar nggak terlambat" ucap Mahen santai.

"urusan apa sampe bikin kamu buru-buru gini?" tanya mamahnya. "ada dehhh" jawab Mahen sambil memeletkan lidahnya ke arah mamahnya. Mahen mulai mengurangi kecepatan laju mobilnya saat sudah dekat dengan rumah kakeknya.

"sampai" ucap Mahen sambil memberhentikan mobil yang di Kendarainya di halaman rumah kakeknya yang luas.

Mahen membukakan pintu untuk kakek dan neneknya. "kalian nggak mampir?" tanya nenek Astrid. "lain kali aja mah, kerjaan aku lagi numpuk di rumah, Mahen juga kan katanya ada urusan" jawab mamah Mahen.

"yasudah, hati-hati di jalan. Mahen, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya" pesan nenek Astrid mengingatkan Mahen.

"siap nek" Mahen masuk kedalam mobil dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

1
Rahma Amma
aku suka ceritanya,, ngak muter2
lanjut....
D_wiwied
saingan cinta.. 😂
D_wiwied: mahennya masih bingung tu, antara nao apa oca.. tp menurutku keknya cenderung ke nao ya
Dwi Ade: waduh😱 saingannya detektif handal nih😄
total 2 replies
Celty Sturluson
ceritanya keren abis! Thor, kamu hebat!
Dwi Ade: hallo, terimakasih sudah membaca karya tulis saya. maaf jika karya saya masih banyak kekurangannya 🙏
kritik dan saran saya terima dengan hati😊🙏
total 1 replies
Takahashi HitomiLửa
Lanjutin dong, penasaran banget!
Dwi Ade: hallo, terimakasih sudah membaca karya tulis saya. maaf jika karya saya masih banyak kekurangannya 🙏
kritik dan saran saya terima dengan senang hati 😊🙏
total 1 replies
Kelestine Santoso
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
Dwi Ade: hallo, terimakasih sudah membaca karya tulis saya. maaf jika karya saya masih banyak kekurangannya 🙏
kritik dan saran saya terima dengan senang hati 😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!