Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Mikha berlari menuju ruang administrasi di rumah sakit tempat neneknya dirawat. Keringat dingin membasahi dahinya, sementara pikirannya terus dipenuhi kekhawatiran akan kondisi neneknya. Sesampainya di sana, ia dengan panik bertanya kepada petugas.
“Bagaimana keadaan nenek saya? Apa operasinya sudah selesai?” tanya Mikha, suaranya bergetar.
Petugas di meja administrasi memandang Mikha dengan raut wajah serius. “Maaf, Nona. Operasi belum bisa dilakukan karena biaya administrasi belum dilunasi.”
Ucapan itu menghantam Mikha seperti petir. Tubuhnya terasa lemas, kakinya hampir tidak mampu menopang tubuhnya. Yani berjanji akan membayar biaya itu... tetapi ternyata bohong. Mikha menahan tangisnya. Bagaimana mungkin Yani tega melakukan ini?
Di tengah kepanikan itu, langkah kaki seseorang mendekat. Mikha mengangkat wajahnya dan mendapati Anand berdiri di hadapannya. Tatapan pria itu penuh kekhawatiran.
“Mikha,” Anand memanggilnya lembut. “Kamu nggak perlu khawatir soal biaya itu. Aku akan segera melunasi administrasi nenekmu. Semua akan baik-baik saja.”
Air mata Mikha mulai menggenang di pelupuk matanya. Tubuhnya terasa lemas, hampir jatuh jika Anand tidak segera memeluknya. Pelukan itu terasa hangat, memberikan rasa aman yang sejenak melunturkan rasa takut di hatinya.
Anand mengecup kening Mikha dengan lembut. “Aku sayang banget sama kamu, Mikha. Jangan khawatir, aku akan bantu kamu sebisaku,” ucapnya dengan suara yang penuh ketulusan.
Mendengar itu, hati Mikha semakin terasa berat. Ia merasa bersalah. Terlalu banyak rahasia yang ia sembunyikan dari Anand. Terlalu banyak hal yang tidak Anand tahu tentang dirinya.
Anand melepaskan pelukannya sedikit, menatap Mikha dengan penuh perhatian. “Kamu sudah makan? Wajah kamu pucat banget,” tanyanya lembut. “Kita istirahat sebentar, ya. Jangan terlalu lelah. Nanti kalau nenek sadar dan melihat kamu seperti ini, nenek pasti khawatir.”
Mikha hanya mengangguk kecil. Kata-kata Anand seperti angin sejuk di tengah panasnya badai masalah yang sedang melanda. Tapi di sudut hatinya, perasaan bersalah itu terus menghantui.
***
Di sebuah sudut rumah sakit, Mona dan Ranika terlihat sibuk mencari keberadaan Anand. Ranika memegang kotak makan siang yang sebelumnya Anand pesan untuk diantarkan. Namun, setelah beberapa kali mencoba menghubungi Anand, teleponnya tetap tidak aktif.
“Kau yakin dia bilang ingin makan siang diantar?” tanya Mona dengan nada sedikit kesal.
“Iya ma. Dia sendiri yang meminta. Tapi sekarang teleponnya mati,” jawab Ranika sambil menghela napas.
Mereka bertanya kepada beberapa teman Anand di rumah sakit, tetapi jawaban yang mereka terima seragam—Anand sedang istirahat, tetapi tidak ada yang tahu pasti di mana dia.
“Coba kita cari di ruangannya,” usul Mona.
Ranika mengangguk, dan mereka pun menuju ruang kerja Anand. Ketika mereka tiba di depan pintu ruangan, Mona berhenti sejenak. Matanya menyipit, mengamati sesuatu yang membuat darahnya mendidih.
“Lihat itu!” Mona menunjuk dengan gerakan tajam. “Itu Mikha, kan? Apa yang dia lakukan di dalam?”
Di balik pintu kaca, terlihat Anand sedang duduk di sofa, sementara Mikha tidur di pangkuan Anand. Suasana di dalam tampak begitu akrab dan hangat.
“Ma, jangan buat keributan,” bisik Ranika mencoba menenangkan ibunya yang sudah terlihat sangat marah.
“Jangan buat keributan? Kau lihat sendiri! Perempuan itu masih berani mendekati cucuku! Bukannya mereka sudah putus? Apa dia tidak tahu malu? Lihat mereka! Kelihatan mesra!” Mona mendesis dengan nada tinggi.
Mona hendak membuka pintu dan masuk, tetapi Ranika buru-buru menahan tangannya.
“Mama.., ini rumah sakit! Kalau mama masuk, suasananya akan jadi ribut! mama mau mempermalukan diri sendiri?” bisik Ranika tegas, mencoba menarik Mona menjauh dari ruangan Anand.
Namun, Mona tidak bisa tenang. Wajahnya memerah karena marah. Ia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan segera menelepon Yani.
Di tempat parkir, Mona berjalan mondar-mandir dengan telepon di telinganya. Begitu Yani menjawab, suara Mona langsung terdengar membahana.
“Kau ini penipu besar! Katanya anakmu sudah pergi dari kota ini! Apa maksudnya masih berkeliaran di sekitar cucuku?” bentak Mona dengan penuh emosi.
“Apa maksud nyonya??” jawab Yani, mencoba tenang.
“Jangan pura-pura tidak tahu! Mikha masih saja menempel pada Anand! Kau bilang kau akan menjauhkan dia dari cucuku! Dan uangku?! Kembalikan semua uangku kalau kau tidak bisa menjalankan janjimu!”
Yani terdiam sejenak, lalu berusaha menjelaskan, “nyonya, tolong tenang. Saya sudah mencoba... tapi Mikha bukan anak kecil yang bisa seenaknya saya kendalikan. Lagi pula, dia di rumah sakit mungkin karena neneknya—”
“Aku tidak peduli alasanmu!” potong Mona dengan kasar. “Aku sudah memperingatkanmu! Kau dan anakmu jangan pernah berharap bisa mendapatkan sepeser pun dari keluarga kami lagi!”
Mona menutup telepon dengan kasar, wajahnya masih penuh amarah. Ranika hanya bisa menghela napas panjang, tidak tahu lagi bagaimana cara menenangkan ibunya yang terus-terusan membuat keributan seperti ini.
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale