⚠️ Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)
Cinta itu buta, tidak memandang status. Sehingga yang terlarang pun akan terlupakan.
Luna adalah anak angkat dari Richard Owen, pengusaha sekaligus CEO perusahaan ternama di Hongkong. Sejak usia 1 tahun Luna sudah hidup bersama Richard. Luna sangat mengagumi, pria yang lebih sering dipanggilnya Daddy, itu.
Namun rasa kagum yang dimiliki Luna, bukanlah layaknya seorang anak yang mengagumi ayahnya.
Kenyataanya Luna mencintai Richard lebih sekedar ikatan takdir yang digariskan pada mereka.
“Dad, aku mencintaimu”
Begitulah kalimat yang sering Luna ucapkan untuk Richard.
“Dad juga mencintaimu sayang... ” Jawab Richard, dengan tatapan lembut seorang ayah kepada putrinya.
Akankah cinta Luna terbalaskan atau hanya akan bertepuk sebelah tangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Passionate Daddy Eps. 23
Beri jempol 👍 disetiap akhir episode yang kalian baca, sudah sangat cukup membahagiakan buat Author untuk selalu semangat berkarya.
💛Happy Reading💛
~Luna POV~
Apa ini mimpi? Jika benar aku berharap tidak akan pernah terbangun lagi.
...
Meskipun aku benar-benar tidak mengerti apakah Daddy akhirnya bisa membalas perasaanku padanya !
Aku tidak menemukan kalimat itu dari dirinya, tapi aku bisa mengartikannya seperti itu sekarang.
Setelah menghabiskan waktu sepanjang malam bersama dengan Daddy, aku benar-benar tidak ingin melakukan apapun selain hanya bersamanya, tapi aku juga tidak mungkin melewatkan kelas hari ini.
“Daddy... ”
“Apa sayang...”
“Maukah Daddy mengantarkan ku, ke sekolah hari ini...”
“Kenapa tiba-tiba sekali? Bisanya kau selalu menghindar dari itu.” Seru Richard, karena Luna lebih sering menolak berangkat bersama Richard beberapa minggu ini. Dan sekarang putrinya kembali meminta itu.
“Baiklah, jika Daddy tidak mau, aku akan berangkat bersama Pak Dan saja.. ” Ucap Luna melas.
“Bersiaplah, Daddy akan mengantarmu tuan putriku.” Mendengar perkataan Richard membuat Luna bersemangat sekali dan segera bersiap-siap.
Beberapa menit kemudian...
Richard kembali ke kamar tidur Luna, untuk memastikan bahwa putrinya itu sudah bersiap. Dari sela pintu kamar yang tidak tertutup sepenuhnya itu, Rich dapat melihat dengan jelas, Luna yang sedang duduk di depan meja riasnya, sembari menyisir rambut panjangnya.
“Sini Daddy bantu... ” Richard mengambil alih sisir yang dipegang oleh Luna.
“Dad.. aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menyisir rambutku sendiri.” Ucap Luna sementara Rich, masih setia menyisir rambut panjang Luna.
“Tidak masalah, aku ingin melakukan ini.” Terang Rich, sambil terus menyisir rambut Luna.
“Terima kasih Daddy.” Entah kenapa Richard menjadi semakin manis pada Luna, dan tentu saja itu adalah hal yang baik bagi Luna.
“Ada apa sayang? Apa kau memikirkan sesuatu lagi.. ” Richard menatap Luna dari pantulan cermin didepan mereka.
“Dad, aku sangat bahagia sekali memilikimu.” Celetuk Luna.
Richard hanya membalas ungkapan Luna dengan senyuman. Kemudian....
Cup..
Richard mencecap dan menautkan bibirnya, tempat di sisi kiri tengkuk Luna. Menarik nafas banyak, mencium aroma tubuh Luna yang sangat manis, aroma vanilla yang lembut.
“Kenapa kau wangi sekali sayang... ” Ucap Richard.
“Daddy, itu geli.... ” Luna tertawa kecil, karena perlakuan Richard padanya.
Tanpa sengaja Richard meninggalkan tanda kepemilikannya di tengkuk Luan. Dan itu membuatnya sedikit bersalah, apa lagi putrinya akan segera ke sekolah. Bagaimana jika ada seseorang yang menyadarinya, Luna pasti akan malu.
“Sayang... Ini berbekas, urai lah rambutmu untuk menutupinya.” Richard mencoba menjelaskan apa yang telah dilakukanya pada Luna.
“Daddy ....”
“Maafkan Daddy sayang.”
“Tidak masalah Dad ... Ayo kita berangkat... ” Luna tersenyum manis kearah Richard, tampak sekali bahwa dia tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Richard padanya.
\\\*
Disekolah jam istirahat sudah tiba. Luna tidak konsen belajar yang ada kepalanya hanya ada Richard dan... Bryan, entah kenapa orang itu juga begitu menggangunya. Apalagi Bryan sudah terang-terangan mengungkapkan perasaannya. Luna mencari keberadaan Bryan, tapi sebelum itu, dia harus menemani Vio ke kantin dulu.
“Lun, gue ke toilet dulu ya...”
“Ya udah gue tunggu dikantin ya Vi.. ” Jawab Luna.
“Ya udah bentar gue nyusul kok... ” Merekapun berpisah, Luna kearah kantin dan Vio kearah toilet.
Bukannya melangkah ke kantin, Luna malah berpikir untuk mencari Bryan digudang belakang, namun ia sama sekali tidak menemukan orang itu.
“Lun. dari mana aja dari tadi gue tungguin.” Ucap Vio heran.
“Maaf vi, soalnya gue nyariin Bryan dulu.”
“Lun, jujur deh. Loh sama Bryan pacaran ya?.” Tanya Vio dengan tatapan kecurigaan.
“Hussttt. Nggaklah Vi... ” Tolak Luna.
“Yakin, tapi loh kok jadi salah tingkah gitu.” Vio menatap keraguan diwajah Luna.
Tentu saja dugaan Vio meleset, Luna hanya ingin menjelaskan pada Bryan bahwa dia benar-benar tidak bisa membalas perasaan Bryan padanya. Karena dia dan Richard kini... Entahlah tapi dia merasa hubungannya dengan Richard sudah lebih baik dari sebelumnya.
Ting 1 pesan masuk ke ponsel Luna.
Bryan
Datanglah, bukankah kau mencariku.
Luna
Dimana kau?
Bryan
Ditempat biasa...
Luna
Baiklah tunggu aku disana !
Gudang sekolah ...
“Ada apa mencariku..?. ”
“Darimana kau tahu jika aku mencarimu orang aneh?.” Luna balik bertanya.
“Tentu saja karena aku melihatnya.”
“Menyebalkan sekali, kau tahu aku mencarimu, tapi kau malah membiarkanku begitu saja.” Kesal Luna.
“Jadi bagaimana, apa jawabanmu?.” Tagih Bryan. Tentu saja Luna mengerti apa yang dimaksud oleh Bryan.
“Ya... Aku tidak bisa menerimamu. Maafkan aku. Tapi aku memiliki seseorang yang kucintai.” Ungkap Luna.
“Lalu apa dia mencintaimu?.” Bryan meragu pada ucapan Luna. Karena sejak pertama kali berkenalan dengan Luna, ia melihat bahwa wanita itu tampak tak bahagia, bahkan dia mendengar dengan jelas bahwa Luna menyesali takdirnya.
“Entahlah. Dia tidak mengatakan itu, tapi aku yakin dia mencintaiku sekarang.” Yakin Luna.
“Benarkah? Bagaimana jika kau salah.”
“Jika ini salah, aku tidak akan menyesalinya.”
“Siapa dia? Apa itu.... ” Bryan mencoba menebaknya. Namun Luna kembali memotongnya.
“Tidak. Kau tidak mengenalnya.”
“Aku mengenalnya. Aku sudah bertemu dengannya. Kau mencintai Daddy mu, bukan?.” Bryan langsung menebak tanpa memberi Luna sedetik saja untuk menjelaskan.
“Pertama kali aku mengantarmu pulang karena kecelakaan itu, aku tahu ada yang tidak beres dengan tatapan ayahmu. Dan itu kembali terulang saat Daddy mu bersama dengan kekasihnya. Tatapan kecemburuan, itulah yang kulihat dari matamu.” Bryan terus mencerca Luna dengan perkataanya.
“Apa aku salah Luna? Maaf aku harus mengatakan ini, tapi dia adalah ayahmu Luna, yang notabennya kalian adalah ayah dan anak. Itu hal yang tidak masuk akal, siapapun tidak bisa menerimanya.”
“Cukup Bryan... Aku tidak meminta pendapatmu. Aku tahu kau mengatakannya karena aku sudah menolakmu. Kau kecewa karena itu, begitukan!. ”
Bryan tersenyum sinis kearah Luna.
“Kecewa? Itu bukan diriku Luan. Kau sangat tahu bagaimana aku. Ayolah. Aku tidak sedang meyudutkanmu. Hanya saja, kau mengerti maksudku, bukan? Ayahmu dan dirimu. Kuharap kau tidak akan kecewa, hanya itu yang kuinginkan.” Tandas Bryan. Meskipun itu terdengar sangat menyakitkan, Luna memahami ada sedikit kepedulian dari Bryan padanya melalui perkataanya itu.
Bryan hanya tidak ingin Luna kecewa, itu saja.
Bersambung...