Tradisi batak kuno yaitu harus menikah dengan pariban yang merupakan anak dari kakak perempuan dari ayah.
Tradisi kuno yang masih dipertahankan oleh kedua orangtuanya Nauli Rumondang di jaman modern ini.
Nauli Romandang yang baru wisuda dari sarjana hukum dan harus menjadi istri dari paribannya yang bernama Yosua.
Yosua adalah laki-laki yang hanya tamatan sekolah dasar karena malas, menjadi anak laki-laki dalam keluarga diantara 7 saudara perempuannya yang membuatnya manja.
Berhubung kedua orangtuanya adalah orang kaya sehingga Yosua menjadi pribadi yang manja.
Semua pernikahan diatur oleh mamaknya Yosua dan hingga kehidupan berumahtangga yang membuat Nauli menjadi kesal.
Ibu mertua yang sangat cerewet, perfeksionis dan suka mengatur sesuai dengan kehendak dan ditambah lagi kakak ipar dan adik ipar yang begitu menjengkelkan.
Bagaimana nasib Nauli?
Apakah Nauli bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jayapn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mamak Ingin Menggadaikan Rumah.
Lilis si anak camat yang sedang hamil dan saat ini sudah di rumah karena mamaknya telah mengusirnya.
Kini ada lagi perempuan lain yang tdi hamili oleh Jepri, benar-benar topcer juga si Jepri ini.
"Kalau boleh tau, Nurma kerja apa?" tanyaku padanya.
"Pernah ke pajak pagi? disana aku punya toko ulos yang terbesar di daerah kita ini dan bahkan ulos ku sudah sampai ke seluruh Indonesia....!"
"Berarti kau kaya?" tanyaku yang menyela ucapannya.
"Ngak terlalu kaya raya, tapi aku bisa membeli apapun yang ku inginkan. tapi siapa itu Lilis dan apa maksudnya ini?" tanya Nurma padaku.
"Kapan rencananya kalian menikah?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Nurma yang berusaha mengalihkan pembicaraan tentang Lilis.
"Bulan depan dan acaranya si tombol karena keluarga calon suamiku ini orang miskin.
itu ngak masalah bagiku, karena nanti aku dan Jepri bisa sama-sama bekerja....!" ucap Nurma.
Tapi ngak jelas ku dengar karena aku sibuk menebak apa yang terjadi berikutnya, drama apa lagi yang akan terjadi berikutnya dan hanya waktu yang akan menjawabnya.
Sebenarnya Lilis jauh lebih cantik dari perempuan ini, Lilis lebih muda dan lebih cantik.
Perempuan yang bernama Nurma sudah terlihat matang, mungkin Jepri tergiur akan uangnya.
"Maaf mengganggu, iya! kami mau pulang aja agar tidak menggangu kalian berdua." ucapku.
Lalu kutarik tangan Yosua agar kami pulang, aku ngak mau membuat hidup ku ribet, aku ngak tau bagaimana nasibku ke depannya.
Biarlah itu urusan Jepri dan perempuan itu, jika aku ikut campur nanti mamak memaki ku dan masalah ini bertambah panjang dan rumit.
Mungkin Jepri ingin poligami, punya dua istri sekaligus, masalah adat dan agama bisa di urus mamak asal ada uang.**
Sesampainya di rumah, kulihat Lilis yang sedang makan di dapur bersama kedua calon iparku yaitu Friska dan Merlin.
"Lama kali eda pulang gerejanya?" tanya Friska yang sok akrab.
"Tadi ngaspal jalan." sahut cuek dan aku langsung ke kamar.
Pakaian ku ganti, lalu aku keluar kamar untuk mengambil kain dijemuran yang sudah kering semuanya.
Ketiga calon iparku melirikku dan mereka pasti sedang bergosip, bodoh amat akan apa yang mereka bicarakan.
Lalu aku masuk kamar dan menyetrika pakaian termasuk seragam sekolah Samuel hingga akhirnya semuanya sudah rapi.
"Nauli...!" panggil mamak yang mendatangi ku di kamar ini.
Tapi tidak ku tanggapi dan aku tetap merapikan pakaian ku di lemari hingga semuanya rapi lalu aku duduk di ranjang dan mamak duduk disamping ku.
"Bisa ku pinjam surat rumah ini? mamak mau menggadaikan untuk tambahan biaya pernikahan adek-adek mu." pinta mamak.
"Ngak bisa, Mak! nanti mamak mau tinggal dimana?" sahut ku yang bertanya balik.
"Mamak gadiakan bukan mamak jual...!"
"Sawah sudah ditarik rentenir itu, kan? tadi si rentenir menemui ku pas digeraja.
si rentenir itu minta tandatangan ku untuk peralihan hak atas sawah yang mamak gadiakan.
bulan depan ladang itu yang akan diambil rentenir itu, kalau mamak menggadaikan ini rumah dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
rumah ini akan disita oleh rentenir dan mamak gelandangan." ucapku pada mamak.
Mamak terdiam dan lagi-lagi air matanya mengalir, bagiku itu air mata kebodohan dan sandiwara.
Mamak sudah persis seperti pemain antagonis di sinetron, gampang banget menangis.
"Kata Ramses dan Armadi, setengah biaya yang dikeluarkan untuk orang dalam pengurusan tentara itu...!"
"Sadar orangtua...! kedua anak mu itu ngak pernah mendaftar tentara tapi mereka berdua berpoya-poya bersama pacar-pacarnya menghabiskan uang itu.
hingga akhirnya membawa pacarnya pulang karena hamil setelah berpoya-poya dan berzinah.
jangan terlalu bodoh mamak ku, liat tubuh mu yang semakin kurus kering karena anak-anak mu...!"
"Sebentar lagi kau akan jadi ibu, kau akan merasa cinta kepada anak-anak mu dan kamu akan melakukan apapun demi kebahagiaan anak mu sendiri." sanggah mamak padaku.
"Kasih memang harus ada tapi bukan bodoh, lihat saja ketiga perempuan bodoh yang di dapur itu.
mereka di usir oleh orangtuanya karena tidak mengikuti aturan.
jika aku punya dan aku akan melakukan hal yang sama, jika anak ku menghamili anak orang lain dan jika putri ku hamil di luar nikah maka akan ku usir dari rumah.
aku ngak mau ribet mengurus hal seperti itu, hidup hanya sekali dan kita harus nikmati hidup kita ini." ucapku pada mamak.
Capek bicara sama mamak, susah untuk dijelaskan dan otaknya bebal.
"Daripada mamak repot-repot mencari uang untuk biaya pernikahan mereka bertiga, buat aja peneguhan pernikahan lalu pasu-pasu raja. ngak usah pesta adat pernikahan...!"
"Ketiga calon eda mu adalah putri para pejabat...!"
"Tapi mereka dibuang keluarganya, loh! keluarga malu karena mereka bertiga sudah hamil duluan.
mamak yakin bahwa para pejabat itu akan datang jika diadakan pesta adat pernikahan?" tanyaku pada mamak.
"Makannya dibuat pesta adat supaya mereka datang dan ketiga adik mu menjadi terhormat." sahut mamak.
Aku ngak paham konsep terhormat yang saat ini dibahas mamak, hamil duluan dan hanya bisa peneguhan pernikahan karena hamil duluan.
Bukan terhormat tapi terhina, belum tentu keluarga si perempuan akan datang menghadiri pernikahan itu nantinya.
Sinamot ku dari keluarga Yosua sudah menipis, sementara ada dua calon menantu yang harus diberikan sinamot atau mahar.
Kalau yang satunya malah keluarganya yang memberi uang karena sudah pasrah.
Tanpa sinamot maka keluarga mempelai perempuan tidak akan datang menghadiri pernikahan putrinya.
"Kenapa kau tak pernah kasihan pada mamak?" tanya mamak yang pura-pura menangis.
"Mamak ku sayang...! sejak kecil aku sudah kerja memelihara babi orang, lalu aku bisa membeli sawah dan ladang untuk mamak.
lalu rumah ini dan biaya renovasinya, sejak pertama kali mamak dan bapak menikah dan kalian berdua ngontrak rumah.
bukan hanya rumah tapi juga ladang dan sawah, setelah memeras tenagaku hingga akhirnya kita bisa punya rumah, ladang dan sawah.
kurang apalagi lagi coba? apa yang sudah diberikan oleh anak laki-laki mu padamu?
ngak ada, Mak! bahkan penderitaan yang mamak dapatkan.
mamak bahkan menjual ku pada Yosua agar mamak bisa menikahkan kedua anak laki-laki mu itu serta bisa membeli motor mereka...!"
"Kau terlalu banyak cakap, serahkan surat rumah ini karena mamak mau gadiakan." perintah mamak.
"Cari aja kalau dapat." ucapku pada mamak.
Mamak tidak akan menemukannya karena sertifikat rumah ini sudah ku titipkan pada oppung boru Dison.
Mamak tidak akan berani bertanya pada oppung boru Dison, karena sudah pasti di maki dan dipermalukan oleh oppung boru Dison.
"Kemana sertifikat rumah ini kau buat?" tanya mamak dengan suaranya yang kuat.
"Susun pakian mamak dan pakaian suamimu serta pakaian anak-anak mu, pergi dari rumah ku ini sebelum mamak ku bakar." teriak pada mamak.
Mamak terdiam dan terlihat ketakutan karena ku ancam pergi dari rumah, aku perduli jika di katai durhaka.