Setiap pria pasti ingin menikah dengan wanita sholeha. Tapi apa jadinya jika keadaan memaksa untuk menikahi gadis tengil yang menyebalkan? Seperti itulah yang dialami Saga Dirgantara, mimpinya untuk menikahi sang kekasih kandas karena wanita itu memilih untuk menikah dengan pria lain. Disaat hatinya hancur dan kariernya jatuh, terpaksa dia menikah dengan Anna, si gadis tengil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WANITA TERPILIH
Meski posisi ini tidak dia sukai, Saga memilih diam. Dia biarkan gadis tengil itu memeluknya sambil menyembunyikan wajah didada bidangnya. Sepertinya orang orang berjas hitam diluar memang sedang mencarinya.
"Katanya anak orang kaya, tapi dikejar kejar dept colektor."
"Heh, enak aja. Dia orang suruhan papa untuk menangkapku. Aku kabur dari rumah karena mau dinikahkan dengan pria tua." bohong gadis itu demi menarik simpati Saga.
Gadis itu adalah Anna, dia kabur dari rumah karena tak mau dikirim ke pesantren. Saat ini sedang dikejar oleh orang suruhan papanya. Tadi saat hendak memasuki cafe, Anna melihat mobil bodiguard papanya, tak ingin tertangkap, tanpa berfikir panjang dia masuk ke mobil Saga untuk bersembunyi.
"Apakah mereka sudah pergi?" Tanya Anna beberapa saat kemudian.
"Belum." Saga masih bisa melihat dua orang berada tak jauh dari mobilnya.
"Kenapa jantungmu berdebar debar?"
Seketika Saga gelagapan mendengar pertanyaan itu.
"A, a, aku..." Saga bingung untuk menjawab. Tak bisa dipungkiri, berada dijarak sedekat ini dengan seorang gadis memang membuatnya berdebar. Jangan salah paham, itu bukan cinta, mungkin hanya reaksi natural saat seorang laki laki dan perempuan berpelukan erat. Bahkan saking eratnya pelukan Anna, Saga bisa merasakan dua gundukan kenyal menekan dadanya. Bisa dibilang, Saga tak pernah melakukan hal seperti ini dengan lawan jenis. Meski dia memiliki pacar, tapi kontak fisik yang mereka lakukan tak pernah lebih dari berpegangan tangan.
"Aku bisa paham sih. Cowok mana yang tidak akan berdebar jika dipeluk oleh cewek secantik aku," ujar Anna dengan pedenya.
"Diam atau aku panggil mereka." Desis Saga yang mulai jengah.
Saga membuang nafas kasar lalu memejamkan mata. Dia berharap orang orang perjas hitam itu segera pergi dan dia bisa lepas dari pelukan si cewek tengil.
Saat membuka mata, Saga dikejutkan dengan kemunculan Rania. Entah sejak kapan kekasihnya itu telah berdiri didepan mobilnya, menatap tak percaya kearahnya. Buru buru Saga mendorong kasar tubuh Anna.
Dug
"Awww..." Pekik Anna sambil meringis kesakitan saat punggungnya terhantuk dashbord mobil. Cewek itu mengomel dan mengumpati Saga sambil mengusap punggungnya yang nyeri. Sementara Saga, dia tak menggubris sama sekali, cepat cepat keluar dari mobil untuk memberikan penjelasan pada Rania.
Rania, wanita cantik dengan hijab syar'i warna nude itu menatap Saga datar saat pria itu tergopoh gopoh menghampirinya. Meski rasa sakit karena cemburu itu ada, tapi dia adalah wanita yang tahu seperti apa harus bersikap. Bukan jenis wanita yang akan mengamuk, memaki, lalu menyerang wanita lain yang dianggap merebut kekasihnya.
"Ran, dengerin penjelasanku. Apa yang kamu lihat, tak seperti itu kejadiannya." Terang Saga sambil meraih tangan Rania dan menggenggamnya. Wajahnya kalut, takut Rania tak mau percaya dengan penjelasannya. Sedangkan Rania, wanita itu hanya diam.
"Ran, kamu percaya sama aku kan? Please, jangan diem aja." Tatapan Rania yang datar dan bibir yang setia tertutup, membuat Saga makin kalut.
Didalam mobil, Anna memperhatikan sepasang kekasih itu. Dalam hati, dia mengejek Saga yang terlalu bucin, terlihat sangat mencintai dan takut kehilangan.
Jadi seperti itu tipenya? Gak ada menariknya sama sekali, masih jauh cantikan aku.
Anna tersenyum mengejek sambil terus menatap mereka dari dalam mobil.
Saat melihat kearah arah mobilnya. Darah Saga dibuat mendidih melihat si sumber masalah malah enak enakan duduk manis dengan kedua tangan dilipat didada. Menyebalkan sekali, tak ada niatan untuk keluar memberi klarifikasi atau apapun. Benar benar definisi cewek tak tahu diri.
Saga melepaskan tangan Rania, berjalan cepat menuju pintu mobil sebelah kiri lalu membukanya. "Cepat keluar, jelaskan pada kekasihku jika tidak ada apa apa diantara kita." Saga menatap Anna nyalang sambil menariknya keluar dari mobil.
Meskipun malas, tapi Anna juga merasa jika sudah seharusnya dia memberi klarifikasi disini. Dia menuruti kemauan Saga, keluar dari mobil dan menghampiri Rania.
Rania, wanita itu bergeming menatap gadis dihadapannya. Pakaiannya sangat minim, sebagai sesama wanita, dia merasa malu untuk menatapnya. Hotpant yang sangat pendek memperlihatkan paha seputih susunya yang sangat mulus. Kaosnya yang sangat ketat membuat dadanya terlihat sangat menonjol.
Meski dia tak yakin mereka melakukan apa apa didalam mobil, tapi melihat penampilan gadis itu, dia jadi berfikiran yang tidak tidak. Bagaimanapun, Saga tetaplah seorang laki laki, dan laki laki mana yang tidak tergoda jika disuguhi paha mulus dan dada yang montok. Belum lagi kecantikan yang diatas rata rata, sudah pasti tak ada pria yang bisa menolak.
"Cepat katakan, kau tiba tiba masuk kedalam mobilku dan memelukku." Pinta Saga sambil memelototi Anna.
Anna memperhatikan Rania dari atas hingga bawah. Cantik, tapi tidak menarik. Seperti itulah kesimpulan yang dia tarik.
"Cepat." Seru Saga yang kesal karena Anna hanya diam saja.
Anna menghela nafas, mencibir dalam hati pria bucin yang tak sabaran itu.
"Itu dia Non Anna."
Teriakan itu membuat Anna seketika menoleh kesumber suara. Ternyata orang suruhan papanya masih ada disekitar sana dan sekarang berlari kearahnya. Tak mau sampai tertangkap, Anna segera lari tunggang langgang.
"Hei, mau kemana kamu?" Teriak Saga yang kaget karena Anna tiba tiba kabur begitu saja. Dia hendak mengejar tapi batal saat melihat orang orang berjas hitam mengejar Anna. Sepertinya mereka punya masalah serius, lebih baik dia tak usah ikut campur.
"Siapa mereka, kenapa mengejar gadis itu?" tanya Rania yang juga merasa heran. Pemandangan didepannya sudah seperti live film action dimana seorang gadis dikejar oleh beberapa pria berjas hitam serta kaca mata hitam.
"Biarkan saja, itu bukan urusan kita. Sekarang kamu percayakan, jika aku tak ada hubungan apa apa dengannya? Dia tiba tiba masuk kemobilku karena pria pria tadi mengejarnya."
"Apakah harus dengan berpelukan?"
Saga dibuat mati kutu dengan pertanyaan menohok itu.
"Di, dia yang tiba tiba memelukku dengan alasan agar wajahnya tidak terlihat."
"Dan kamu diam saja, menikmati? Kenapa tidak menyuruhnya menunduk atau bersembunyi dibawah?"
Saga menelan salivanya susah payah. Dia merutuki kebodohannya karena tak berfikir kritis seperti Rania. Harusnya tadi dia jorokkan saja kepala gadis tengil itu kebawah, kenapa juga malah pasrah saat dipeluk. Merasa bersalah, dia tak lagi membela diri.
"Maaf, harusnya aku tak membiarkannya memelukku." Saga meraih kedua tangan Rania lalu mengngenggamnya.
"Sudahlah, ayo masuk." Rania tersenyum, membuat Saga sedikit lega meski masih merasa bersalah.
Keduanya lalu masuk kedalam cafe. Saga sama sekali tak mau melepaskan tangan Rania meski wanita itu minta dilepas. Dia tak nyaman saat orang orang menatapnya. Berbeda dengan Saga, dia justru merasa nyaman saat tangan halus pujaan hatinya itu berada dalam genggamannya.
Sesampainya didalam, mereka langsung memesan makanan. Saga baru ingat, jika cincin yang akan dia berikan pada Rania tertinggal dimobil. Mungkin setelah makan, dia baru akan pergi untuk mengambilnya.
"Kapan makananmu habis jika terus terusan menatapku?" ledek Rania.
"Karena kamu lebih menarik daripada makanan didepanku."
"Kamu terlalu berterus terang, gimana kalau makanannya cemburu padaku?"
Saga terkekeh mendengarnya. Dia memang bucin akut dengan wanita dihadapannya itu. Wanita cantik dan sholeha yang akan dia jadikan ibu dari anak anaknya. Mereka berteman sejak kecil, bersekolah di TK dan SD yang sama. Tapi mereka berpisah saat SMP karena Rania masuk pesantren hingga lulus SMA.
Mereka bertemu kembali saat kuliah. Tak ingin keduluan orang lain, Saga gercep menyatakan cintanya. Awalnya dia ditolak karena Rania tak ingin pacaran, tapi bukan Saga jika menyerah begitu saja. Dia terus saja menyatakan cinta dan berjanji tidak akan melakukan lebih dari pegangan tangan. Melihat kesungguhan Saga, Rania pun menerima cintanya. Karena sesungguhnya, dia juga mencintai Saga.
"Bukan hanya makanan, seluruh gadis pasti cemburu padamu, kamu terlalu sempurna, cantik luar dalam."
Rania menyebikkan bibirnya, menurutnya Saga terlalu lebai saat memujinya.
"Tapi gadis tadi, bukankah dia lebih cantik dariku?"
Saga terdiam, sedetik kemudian cekikikan. "Dilihat darimana? Bahkan dari sedotanpun, kamu lebih segalanya dari dia. Jangan pernah bandingkan dirimu dengan wanita lain, karena dimataku, kamu yang paling sempurna. Kamu satu satunya wanita yang ada dihatiku, wanita yang aku pilih untuk menjadi ibu dari anak anakku dan menua bersamaku."
Dada Rania seketika sesak mendendengarnya. Dia meletakkan sendok yang dia pegang lalu membuang pandangan kearah lain. Sekuat hati dia menahan air mata agar tidak luruh.
saga yg kalem dapet anna yg bar bar,,hari2mu pasti akan lebih berwarna🤣