“Kiss me!”
Cyra Nadira
Kata orang, keberuntungan akan berpihak pada cewek cantik. Tapi boro-boro beruntung, yang ada malah buntung. Entah sudah ketentuan takdir atau hanya sebatas kebetulan, Cyra harus bertemu sosok pria galak yang selalu bikin jantungan. Untung ganteng, jadi Cyra bisa mengurangi tingkat emosi.
Zaki Salman
Paling anti dengan cewek ceroboh. Anehnya, ia malah terus-terusan terlibat masalah dengan cewek yang bikin kepalanya pusing tujuh keliling. Sampai-sampai ia menyumpah, mendingan kejedot tembok sepuluh kali ketimbang berurusan dengan cewek aneh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Ngambek
Cyra membanting tubuhnya, berbaring di kasur. Ia mendengar sebuah pesan masuk ke ponselnya. Cyra malas melihatnya. Ia mengabaikan pesan tersebut. Tak lama, ada pesan masuk lagi. Cyra pun menyerah, ia meraba kasur sebelahnya dan melihat pesan masuk di ponselnya. Dari Zaki.
Zaki
Gak dibales?
Marah?
Cyra tersenyum. Sinting! Dalam hati ia memaki dirinya sendiri, hanya ditanya begitu saja Cyra sudah girang bukan main. Cyra sengaja tidak mau membalas, jual mahal, biar dikira marah beneran. Eh, tapi baru pacaran masak sudah merajuk sih? Lucu nggak? Bodo amat, Cyra mendiamkan ponselnya. Lagi, Zaki mengirim pesan.
Zaki
Jangan marah ya
Kita akan cari kesempatan lain
Maaf
Lagi-lagi Cyra tersenyum. Kali ini senyumnya jauh lebih lebar. Perasaannya terbang. Sebenarnya kalimat yang ditulis Zaki biasa saja, tapi kok Cyra bahagia bukan main? Efek jatuh cinta, bisa mabuk beneran kalau begini caranya.
Cyra menampik pipinya, sejak tadi tidak berhenti senyum. Akhirnya Cyra tidak tahan juga jika mendiamkan Zaki, ia pun membalas.
Cyra
Ya udah, gak pa-pa, kok
Makasih ajakannya tadi
Tak lama, Zaki langsung membalas.
Zaki
Ok.
Jangan ngambek, nanti jelek.
Cyra
Udah jelek, kok
Zaki
Cantik
Cyra menjejak-jejakkan kakinya ke kasur, alas kasur pun jadi berantakan. Begini amat efek orang kasmaran.
***
“Pagi, Pak Ganteng!” seru salah seorang mahasiswi menegur Zaki yang baru saja turun dari mobil.
Zaki menoleh pada serombongan mahasiswi yang melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum cerah. Zaki mengangguk sekilas dan melenggang melintasi mereka, terdengar kasak-kusuk saling berbisik mengomentari.
“Ganteng, ya? Mau banget gue kalo dia jadi calon imam gue.”
Zaki mendengar salah seorang menyeletuk, dan ia tidak menggubris. Langkahnya lebar menuju gedung kampus. Ia melintasi Cyra yang tengah mengobrol bersama teman-temannya di koridor kampus. Pria itu melengos melewati Cyra seakan-akan tidak ada hubungan khusus antara dirinya dengan Cyra.
Cyra melirik ke arah Zaki, Cyra mengerti Zaki bersikap cuek karena professional kerja. Dia seorang dosen, sepatutnya bersikap professional saat di kampus. tidak perlu menunjukkan sikap mesra di hadapan umum. Tapi tidak bisa dibohongi, ada yang mencelos dari dalam hati Cyra melihat kepergian Zaki yang tanpa berbasa-basi.
“Ra, bisa bicara bentar nggak?” Faiz, mahasiswa fakultas tekhnik itu menghampiri Cyra. Tas punggung menggantung di bahu kirinya. Mulutnya komat-kamit mengunyah permen karet. Rambutnya jabrik, disisir tegak kayak landak.
Cyra menatap wajah tegas pria itu. Seingat Cyra, Faiz adalah mahasiswa yang pernah terlibat masalah pemukulan terhadap mahasiswa lainnya, sampai akhirnya masalah diseret ke meja dekan. Setelah masalah tersebut, Faiz pun menggundul rambutnya sampai jadi seperti pentolan korek api, mengkilat. Cling kalau kena lampu.
“Ya udah ngomong aja,” singkat Cyra.
Faiz menatap dua gadis yang sejak tadi sedang mengobrol bersama Cyra, kemudian berkata, “Ini agak privasi. Bisa ikut gue bentar?”
Cyra berpikir, kemudian menganguk. “Ya, oke.”
Faiz melenggang diikuti oleh Cyra. Faiz membawa Cyra ke samping perpustakaan. Tujuh langkah dari sana, mereka sudah bisa masuk ke WC.
Nih cowok aneh, mau ngomong aja mesti nyari aroma memabukkan. Cyra menoleh ke kiri kanan, sepi. Dimana-mana, yang namanya perpustakaan memang selalu sepi. Jarang yang berminat mengunjungi perpustakaan, kecuali ada tugas dadakan yang mewajibkan anak-anak mencari materi yang sumbernya bisa dicari melalui buku-buku di perpustakaan.
“Ngomong apaan, sih? Kayak serius banget?” Cyra penasaran.
Faiz menatap Cyra lekat kemudian tersenyum saat menemukan bibir gadis itu.
“Lo kenapa sneyam-senyum begitu? Jangan ngeres, ya?”
“Apa salahnya ngeres? Bukannya lo suka yang ngeres-ngeres, ya?”