Beberapa pria berkumpul di meja bundar besar di hadapan masing-masing duduk melingkar, berpakaian hitam-putih layaknya Mafia. Memang mafia, 8 pria itu adalah mafia terbesar di kota ini namun saat ini mereka sedang menjalankan sebuah misi jadi mereka tinggal di tempat yang tak di ketahui oleh siapapun. Layaknya seperti seorang pebisnis yang sedang meeting, membicarakan rencana ini itu agar mendapatkan hasil yang sukses.
Sama hal nya dengan mereka yang menyusun rencana untuk musuh mereka, sudah tidak heran mafia memang wajib punya musuh ntah itu lawannya sama-sama mafia atau orang biasa.
"Hey, di posisi seperti ini serasa bukan mafia melainkan perampokan" decih salah satu pria berambut pirang.
"Bukan perampokan, yang sudah jadi milik kita kenapa tidak? Aku bahkan bersemangat dalam misi ini, selain mendapatkan nya namun nyawa nya ada di genggaman ku" ujar salah satunya sambil menunjukan kepalan tangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sedangkan Felix hanya diam menatap 2 insan sedang bercumbu, walaupun Edgar adalah temannya terkadang tetap saja jika soal menyangkut gadisnya ia merasa cemburu.
"Andai gadis itu hanya milik ku" ucapan Felix membuat Elvino da Lucas menolehkan kepalanya menatap temannya yang berbicara seberani itu.
Kembali pada Liana dan Edgar.
Masih dalam posisi yang sama namun tangan Liana sudah menempel di bahu Edgar tapi tak melingkar.
Merasa Liana kehabisan oksigen ia memukul bahu Edgar untuk melepaskan p4utan, Edgar melepaskan p4utan. Liana menghirup udara sebanyak-banyak nya dengan nafas memburu. Melihat itu Edgar menjadi tambah gemas ini masih bermain b1bir belum pada intinya, tidak bisa terbayang jika ia menerkam gadis ini terlebih lagi 8 pria.
"Kau sangat menggemaskan" Edgar mengecup b1bir Liana.
"Iihh!" Memundurkan kepalanya walaupun telat.
"Sepertinya kau menyukainya?" Kekehan Edgar menggoda Liana, gadis itu mencoba mendorong tubuh Edgar namun tak berhasil.
"Tidak!" Bantah Liana
"Serius? Mau melakukan nya lagi?"
"Tidak! Lepasin aku!"
"Jangan begitu lah sayang, jika kau memberontak aku akan melakukannya lagi"
"Aku tidak mau, lepasin aku!"
"Diam, aku ingin memeluk mu. Oh, atau kita melakukan ini di dalam rumah saja?"
Astaga, Liana baru sadar bahwa dirinya sedang ada di luar. Ia jadi khawatir sampai tertangkap basah oleh orang lain yang ada di rumah ini, apalagi di sini penghuninya tak hanya 1/2.
"Lepasin, nanti ada yang lihat gimana?" Panik Liana.
"Biarin, lagian Vano, Lucas dan Felix sudah melihatnya" santai Edgar, Liana membulatkan mata lalu menatap sekeliling.
"Be–benarkah?"
"Santai saja, mereka sudah masuk ke dalam lagi"
Mau di taruh mana muka nya? Aktivitas nya dengan Edgar barusan terpergok oleh pria itu, jika mereka menganggap nya gadis murahan bagaimana?
"Sayang, tidak apa lagian itu bukan masalah besar" ujar Edgar
"Jika mereka menganggap ku aneh-aneh gimana?" Gumam Liana menatap Edgar.
"Tentu saja tidak, malah mereka terlihat cemburu dengan ku"
"Kenapa begitu?"
"Ya karena aku mencium mu, tentu saja mereka kesal dan cemburu makanya masuk lagi"
Liana menurunkan pandangannya dengan pikiran tak menentu, takutnya cerita Edgar berbeda dengan realita. Edgar mengangkat dagu Liana agar bisa menatapnya.
"Apa sedang kau pikirkan?" Tanya Edgar, Liana menggelengkan kepalanya.
"Sudah tidak apa,tak akan terjadi sesuatu " Edgar mengecup b1bir Liana.
****
Pria arogan sedang berbincang pada seorang pria yang tak kalah tampan dari nya, dia adalah Marvin Kingston. Pria berahang tegas, tubuh tegap, otot besar di tubuh nya, namun wajahnya sangat manis apalagi tersenyum tipis saja. Bahkan saat sedang tak senyum pun sangat manis dan tampan.
"Kau yakin dengan cara ini bisa mengalahkan mereka?"
"Tentu saja" Santai Arvin.
"Kenapa tidak sekarang saja? Secara kan saat ini mereka tidak mempersiapkan apapun"
"Memang, namun biarkan saja mereka bersenang-senang dulu"
"Hmm. Oh iya, ku dengar mereka mempunyai seorang gadis?"
"Ya, itu yang ku maksud. Mereka masih bersenang-senang dengan gadis mereka"
"Aku jadi penasaran, seperti apa gadis itu hingga membuat mereka terpikat hingga melupakan tugas mereka"
"Yang jelas, gadis itu mempunyai daya ketertarikan unik hingga membuat mereka di butakan"
"Jika begitu, saat kau menyerangnya aku ikut"
"Untuk apa?"
"Aku ingin mengambil gadis itu"
"Kau yakin?"
"Tentu saja, pilihan seorang mafia tidak pernah salah"
Arvin hanya berdecih nafas melihat adiknya yang begitu tertarik soal wanita, sebenarnya bukan hal mengejutkan namun adiknya ini sudah terbiasa menidurkan wanita pastinya gadis yang akan diculiknya hanya untuk pemuas nafsu.
****
Arion duduk di sofa pendek tunggal di balkon kamar nya, duduk termenung. Ia kepikiran soal gadis yang ia bentak tadi, ia baru sadar bahwa dirinya membentak gadis yang kini jadi miliknya. Namun sifat ketegasan nya tak bisa di taklukan dan di jinakkan, sekarang lihat lah gadis itu semakin takut jika berada di dekatnya.
Tadi ia tak bermaksud untuk membuat nya takut padahal ia berniat untuk mengobrol sedikit namun karena kejadian kecil tadi membuat nya reflek melontarkan kata kasar nya. Awalnya melihat Liana terjatuh membuatnya khawatir dan takut, setelah mendekap tubuh gadis itu tiba-tiba ia memarahinya padahal kan ia ingin menasehati namun malah kebablasan.
Ia belum bisa bersikap lembut bahkan pada Liana, Arion sudah terbiasa hidup dalam ketegasan dan ke kekejaman. Tidak mudah untuk bersikap lembut begitu saja dalam waktu sekejap.
"AAAGHKK!!" Teriak Arion.
"Bodoh sekali kau, Arion!!"
semangt bikin ny thorr sehat selalu