Quinn, seorang gadis berusia 26 tahun itu memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, siapa yang menduga, dibalik kehidupan yang sempurna Quinn sangat terkurung. Sebab sebagai putri seorang mafia membuat Quinn tidak bisa hidup dengan bebas.
Quinn memang memiliki kehidupan yang sempurna. Akan tetapi, Quinn nyatanya sangat apes pada percintaannya. Sekalipun Quinn memiliki harta melimpah dan juga paras rupawan, nyatanya tak bisa membuat Quinn menemukan cinta sejatinya.
Sampai tanpa sengaja, Quinn bertemu dengan Dimitri. Seorang laki-laki berusia 30 tahun itu terus mengganggu Quinn.
Akankah Dimitri bisa meluluhkan hati wanita tangguh dan cerdas seperti Quinn? Lantas bagaimana respon Dimitri ketika dia tahu kalau Quinn adalah putri seorang mafia yang sangat disegani pada masanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Desas-Desus
"Kau memancing lagi Quinn?" Tante Su menegur Quinn ketika melihat Quinn membawa pancingnya. Gadis itu bahkan sudah mencari umpan sejak pagi buta. Sampai-sampai Tante Su khawatir mencarinya.
"Aku rindu makanan yang ada di kota. Untuk itulah aku mencari ikan di laut. Setidaknya daripada aku harus makan sayur setiap hari." Quinn membatin dalam hati. Tante Su tidak terlalu suka ikan. Hanya sesekali saja wanita paruh baya itu memasak ikan.
Wanita itu merindukan makanan yang ada di kota. Sedangkan saat ini Quinn berada di pulau terpencil. Tentu saja yang ada di sini hanyalah buah-buahan maupun sayuran. Tidak mungkin ada ikan bakar maupun ikan goreng kalau tidak memancing di lautan.
"Aku bosan kalau hanya di rumah. Mungkin karena selama ini aku tinggal di tempat yang ramai. Jadi sedikit membosankan kalau hanya duduk berdiam diri. Tenang saja Tante Su! Aku akan pulang membawa banyak ikan! Nanti tolong masak gulai ikan buatanmu. Karena itu rasanya enak sekali!" Queen harus menyembunyikan rasa kesepiannya. Wanita itu bersemangat dan berjanji akan membawa pulang banyak ikan.
"Kau memancing ikan hampir setiap hari. Apa kau tidak bosan? Tapi apapun itu aku akan mendukungmu. Sekarang pergilah. Tapi cepatlah kembali setelah mendapatkan ikan. Dan jangan terlalu banyak juga karena kau tidak akan bisa menghabiskan semuanya Quinn!"
Tante Su meminta Quinn supaya segera cepat kembali. Wanita itu tidak seperti biasanya. Ia merasa gelisah. Entah kenapa.
"Mengapa perasaanku seperti ini?" Tante Su membatin di dalam hati.
"Tante Su kenapa malah melamun? Apakah ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuanku?" Quinn penasaran dengan perubahan mimik Tante Su. Sebab tiba-tiba saja Tante Su diam tanpa berbicara lagi.
"Bukan apa-apa. Pergilah sekarang. Aku harus mengantar kepergian Tuan Dimitri," ucap Tante Su.
"Mengantar kepergian Tuan Dimitri?" tanya Quinn. "Tunggu, mengantar kepergian? Apakah mungkin Dimitri akan pergi dari pulau ini?" tanya Quinn dalam hati.
"Iya, Tuan Dimitri ke sini kan hanya mengantar sembako dan keperluan rumah tangga untuk kami. Jadi, setidaknya kami akan berterima kasih sebelum Tuan Dimitri pergi dari pulau ini. Sudah ya, Quinn. Tante buru-buru. Takutnya kapal Tuan Dimitri sudah berangkat. Sampai jumpa nanti sore, Quinn." Tante Su berlari meninggalkan Quinn. Sebelumnya Tante Su sudah mengunci pintu supaya rumahnya tidak dimasuki orang.
"Ini membingungkan. Bagaimana bisa laki-laki yang aku tolak sekeren ini? Aku harus berangkat juga. Mumpung masih pagi." Quinn memutuskan untuk pergi memancing. Wanita itu mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang dipilih Tante Su.
Sepanjang perjalanan Quinn semakin gelisah. Namun, dengan susah payah Quinn berusaha untuk tenang. Quinn terus berjalan sampai ke tepian karang-karang yang curam. Di tempat inilah Quinn selalu memancing.
"Hari ini menunya ikan bakar saja biar segera dimakan. Tante Su sibuk jadi tidak mungkin memiliki banyak waktu buat gulai. Aku akan meminta Tante Su masak ikan bakar saja," kata Quinn.
Di tempat itu Quinn memancing sambil menikmati pemandangan. Sampai mata Quinn melihat kapal besar yang sejak awal ada di pulau itu. Quinn tahu kapal itu milik siapa.
Sebenarnya Quinn bisa saja meminta tolong pada Dimitri untuk membawanya pulang. Tapi, Quinn juga tidak tahu apa rencana Dimitri. Quinn tidak akan pernah melupakan niat buruk Dimitri padanya. Jika Dimitri laki-laki baik, rasanya Dimitri tidak perlu melakukan itu.
"Yah, namanya laki-laki. Mereka hanya ingin mempermainkan para wanita saja," gumam Quinn.
Namun, meski bibir Quinn mengatakan hal itu. Tapi mendadak kedua pipi Quinn merona jingga. Quinn bahkan menampar pipinya sendiri.
"Si*l! Bagaimana mungkin aku berpikir kalau Dimitri tampan? Seharusnya aku tidak begini. Mengapa harus dia? Laki-laki itu bahkan sudah menculikku dan aku harus terdampar di sini. Hati, kumohon jangan seperti ini." Quinn menempelkan kedua tangannya di dada. "Kenapa aku mudah selalu tertarik sama pria. Kutukan apa ini!" Quinn merengek sendirian di sana. Mungkin kalau ada yang dengar akan menertawainya saat itu.
Jantung Quinn berdebar kencang ketika melihat Dimitri bersikap ramah terhadap semua orang. Bahkan Dimitri juga sangat ramah dengan anak kecil.
Quinn menatap sendu pada lautan yang ada di depan matanya. Wanita itu menarik napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya perlahan. Quinn akan berjuang sendiri untuk pulang tanpa meminta bantuan orang lain.
...***...
Waktu terus berlalu. Quinn sudah mendapatkan 7 ekor ikan yang lumayan besar. Kemudian Quinn mulai mengemasi peralatan pancingnya. Wanita itu harus pulang segera. Sebelum akhirnya Tante Su mencari keberadaan Quinn.
Begitu memasuki desa, Quinn melihat ada yang aneh. Wanita itu merasa suasana seperti mencekam. Quinn mengerutkan keningnya. Buru-buru Quinn datang mendekat ke tempat semua warga desa yang sedang berkumpul.
Quinn mengedarkan pandangan ke sekitar. Di sini semua orang dewasa berkumpul. Hanya anak-anak yang terlihat menunggu di rumah.
Tante Su juga ada di dekat kepala desa. Sepertinya orang desa sedang bermusyawarah? Quinn mencoba menebak. Akan tetapi saat ingin bertanya mulut Quinn tertutup rapat. Quinn bingung. Selama tinggal di pulau terpencil ini mereka tidak pernah memasang mimik wajah yang muram.
"Apakah terjadi sesuatu? Mengapa mereka semua sedih dan takut?" tanya Quinn dalam hati.
"Karena kebaikan Tuan Dimitri aku sampai lupa dengan kejadian berdarah ini," ucap kepala desa.
Deg.
"Kejadian berdarah?" Quinn membatin takut.
"Tidak ada hubungannya dengan Tuan Dimitri, Tuan Yu. Ingat, kita sendiri yang sudah terbuai dengan kebaikannya. Kita merasa aman karena kita tidak akan lagi bingung perihal beras dan sembako lain. Tanpa kita sadari, kalau waktu pun juga ikut berlalu mengiringi kita," timpal Tante Su.
Brak!
"Si*l! Kenapa kita semua tidak ingat kalau waktunya sebentar lagi? Tuan Dimitri sudah menjamin keselamatan kita! Tuan Yu, bukankah ini karena kelalaian Anda? Anda adalah kepala desa di sini. Tapi, mengapa Anda bisa melupakan hari berdarah itu? Bod*hnya lagi semua persediaan makanan kita baru dipenuhi oleh Tuan Dimitri. Sudah bisa dipastikan, kita akan tamat 5 hari lagi!" protes seorang warga.
"Diam! Jangan menyalahkan kepala desa! Ini semua karena kita juga lalai! Kepala Desa sudah tua. Jangan menyalahkannya. Kita sebaiknya mencari jalan keluar bersama. Lagipula kita juga tidak memiliki apapun selain persediaan makanan." Tante Su membela kepala desa.
Hening melenggang. Padahal ini masih cerah tapi semua orang yang terlihat murung beralih menjadi mendung karena kesedihan warga di pulau ini.
"Kita masih memiliki gunung berlian. Aku tahu walaupun itu mitos, tapi bagi para penjarah itu tidak melihat mitos atau bukan. Yang jelas kabar mengenai kekayaan pulau ini sudah tersebar. Ingat, ini sudah berjalan bertahun-tahun! Sulit untuk memprediksi mereka tidak akan kembali ke sini lagi," jelas Paman Zet.
"Zet, itu bukan mitos. Tapi kita memang memilikinya. Sesepuh kita menemukan berlian di gunung sana. Desa ini juga dibangun dari hasil penjualan berlian. Tapi, mendengar bahwa di tempat ini memiliki tambang berlian, perlahan desa ini menjadi incaran para perompak. Untuk itulah gunung kembali ditimbun karena banyak warga desa yang tewas. Dan warga desa hidup seadanya dari hasil laut dan pertanian. Bahkan kita hidup kekurangan," ungkap Kepala Desa Yu.
Hening kembali. Semua orang menundukkan kepalanya. Quinn perlahan mengetahui asal mula desa ini terbentuk. Juga asal muasal dari desa ini menjadi begitu suram. Pandangan mata Quinn tertuju pada satu gunung yang ada di kejauhan.
"Mereka akan kembali lagi kapan, Tuan Zet? Tuan Yu?" Seorang warga kembali bertanya.
"Lima hari lagi. Mereka akan kembali," jawab Kepala Desa Yu.
"Apa?" Para warga terkejut bukan main. Pun juga dengan Quinn yang merasa tempat ini sebentar lagi akan menjadi arena perang.
"Lima hari lagi? Bukankah itu bukan waktu yang lama. Oke, sudah saatnya beraksi. Tapi, tunggu. Apa sekelompok orang ini adalah sekelompok orang yang selama ini diceritakan oleh Tante Su.