NovelToon NovelToon
Presiden Tidak Tahu Aku Melahirkan Anaknya

Presiden Tidak Tahu Aku Melahirkan Anaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Hamil di luar nikah / Pengganti / Beda Usia / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Claire Jenkins, seorang mahasiswi cerdas dari keluarga yang terlilit masalah keuangan, terpaksa menjalani prosedur inseminasi buatan demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran.

Lima tahun kemudian, Claire kembali ke Italia sebagai penerjemah profesional di Istana Presiden. Tanpa disangka, ia bertemu kembali dengan anak yang pernah dilahirkannya Milo, putra dari Presiden Italia, Atlas Foster.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Keesokan harinya di kantor kepresidenan, Claire sudah jauh lebih mahir dalam pekerjaannya. Ia tidak lagi memerlukan banyak arahan untuk tugas-tugas rutinnya.

Setelah menyambut Presiden Atlas dengan protokol yang tepat, Claire bersiap mencari tempat untuk sarapan ketika Leah membawa beberapa dokumen dan memintanya untuk menerjemahkannya.

Karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, Claire mengutamakan tugasnya.

Kali ini, Leah tidak hanya memberinya dokumen berbahasa Perancis, tetapi juga dokumen berbahasa Jerman. Claire menghabiskan lebih dari satu jam dan dengan mudah menerjemahkan semua dokumen tersebut, kemudian membawanya kembali kepada Leah.

"Sudah selesai menerjemahkan semuanya?" Leah tertegun melihat Claire yang berdiri di depan mejanya.

Claire sedikit mengangkat sudut bibirnya, mengangguk, dan menjawab, "Ya."

"Secepat itu? Kamu sudah menerjemahkan kedua dokumen Jerman juga?"

Claire tersenyum. "Signora Leah, silakan periksa nanti saat ada waktu. Jika ada yang perlu diperbaiki, mohon beri saya petunjuk."

Leah menerima dokumen dari tangan Claire, tersenyum, dan mengangguk. "Baiklah, akan aku periksa nanti."

"Ada yang lain?" tanya Claire.

"Tidak ada untuk saat ini. Kerjakan saja urusan pribadi kamu."

"Baik."

Tepat saat Claire berbalik meninggalkan meja Leah, perutnya berbunyi pelan. Teringat sarapan yang masih tersisa di tasnya, ia merasa sangat lapar hingga hampir mengeluarkan air liur. Selagi ada waktu luang, ia segera mengambil sarapannya dan mencari tempat yang tenang untuk menikmati makanannya.

Namun, ia baru saja menyantap beberapa suap sarapannya di tangga lorong darurat yang sepi, pintu di belakangnya terbuka.

Terkejut. Claire berbalik dengan cepat.

"Hei! Si kacamata hitam, itu kamu!" Sebelum Claire sempat melihat wajah orang di belakangnya dengan jelas, suara kekanak-kanakan yang renyah memenuhi telinganya. Sosok kecil muncul di sampingnya. "Apa yang kamu makan? Enak?"

Claire mendongak dan menatap Milo yang sedang menatap sarapannya dengan sepasang mata hitam yang besar. Ia tidak dapat menahan senyum. "Arancini goreng, rasanya enak."

Milo menatap tujuh arancini goreng yang tersisa di tangannya tanpa berkedip, mengerucutkan bibir dan menelan ludah, kemudian memohon dengan senyum manis, "Kelihatannya enak sekali, bolehkah aku makan dua?"

Melihat ekspresi Milo yang imut, Claire tidak dapat menahan tawa. Ia mengangguk dan menepuk kursi di sebelahnya. "Tentu saja, ayo duduk di sini."

"Ya!" Milo setuju dengan gembira dan langsung duduk di sebelah Claire.

"Agak pedas, kamu tidak takut?" Claire menyerahkan kotak makanan berisi tujuh arancini goreng kepada Milo sambil mengingatkannya dengan lembut.

"Tidak takut." Milo menerimanya dengan senang hati. Tangannya yang gemuk dan lembut segera mengambil satu arancini dan memasukkannya ke dalam mulut. Ia melahapnya dengan rakus sambil bergumam, "Aku suka makanan pedas sejak kecil. Tak seorang pun di keluargaku yang bisa makan lebih pedas daripada aku."

Melihat Milo yang tampak sangat lapar, Claire tersenyum. Ia menepuk-tepuk punggung anak itu agar tidak tersedak. Bersamaan dengan itu, ia mengambil kopi susu yang belum sempat diminumnya dan memberikannya kepada Milo. "Makanlah pelan-pelan."

"Ya." Milo mengambil kopi susu dari tangan Claire, memiringkan kepalanya, dan menyesapnya banyak-banyak. Kemudian ia menjilat sudut mulutnya dan berkata dengan penuh kepuasan, "Si kacamata hitam, di mana kamu beli arancini dan kopi susu? Kenapa rasanya begitu enak? Aku belum pernah makan yang seperti ini."

Claire tersenyum. "Itu karena kamu lapar."

"Mungkin saja." Sambil berbicara, tangan kecil Milo yang gemuk dan lembut mengambil arancini kedua dan memasukkannya ke dalam mulut. Meskipun kata-katanya tidak terlalu jelas, ia tampak serius, "Daddy adalah iblis yang kejam. Dia memberiku begitu banyak pelajaran setiap hari, dan tidak mengizinkanku makan sampai aku menyelesaikannya. Aku pasti bukan anak kandungnya."

"Kamu tidak sarapan?" Claire terus menepuk punggung Milo sambil melihatnya melahap makanan.

"Tidak hanya tidak sarapan, aku bahkan tidak makan malam kemarin."

Claire terdiam. Agak keras juga memperlakukan anak yang baru berusia lima atau enam tahun seperti itu.

Namun, putra presiden memang tidak bisa diperlakukan sama seperti anak-anak dari keluarga biasa.

"Si kacamata hitam, kamu juga tidak sarapan?" Setelah menghabiskan empat arancini sekaligus, Milo teringat sesuatu dan langsung berhenti. Ia menatap Claire dengan mata hitamnya yang besar, wajahnya tidak lagi bersemangat.

Claire tersenyum. "Aku sudah kenyang tadi, dan karena arancini di sini enak, aku membeli beberapa lagi."

"Benarkah?"

"Iya, aku sudah sangat kenyang. Kamu makan saja."

"Baik!" Setelah setuju dengan gembira, Milo kembali melanjutkan makannya dengan lahap.

Setelah menghabiskan sisa arancini dan meneguk segelas kopi susu hingga tidak tersisa setetes pun, Claire mengambil serbet dan menyeka mulut serta tangan Milo yang berminyak. Kemudian ia berdiri dan berkata, "Kamu harus segera kembali, kalau tidak ayahmu akan khawatir tidak menemukanmu."

Milo menepuk dadanya dengan puas dan cemberut. "Dia tidak akan mengkhawatirkanku! Dia hanya peduli dengan pekerjaannya."

Claire mengangkat alisnya dan menyeka sisa minyak di sudut mulut anak itu. "Kalau begitu aku juga harus kembali bekerja."

"Oh, kalau begitu ayo pergi bersama!" Milo mengangguk, matanya yang besar berkilau, dan berkata dengan tatapan cerdas, "Tapi jangan bilang siapa-siapa tentang kamu yang memberiku makan."

Melihat ekspresi Milo yang enggan, Claire tidak dapat menahan senyum penuh kasih sayang. "Baiklah, jangan khawatir. Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa. Ayo pergi."

***

"Tuan, Tuan Muda tiba-tiba muntah dan diare, sepertinya sakit perut."

Kurang dari setengah jam setelah makan arancini dan minum jus jeruk, Milo mulai muntah dan diare. Melihat situasi ini, Aaria Watkins yang bertanggung jawab merawat Milo terpaksa mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan situasi tersebut, meskipun ia tahu bahwa Atlas sedang mengadakan pertemuan penting dengan wakil presiden dan beberapa menteri.

Milo adalah anak tunggal Atlas dan satu-satunya generasi ketiga dari keluarga Foster. Jika terjadi sesuatu pada anak itu, tidak ada yang bisa memikul tanggung jawab.

Ketika semua orang yang sedang berdiskusi mendengar laporan Aaria suara diskusi tiba-tiba berhenti. Alis Atlas yang tegas berkerut dalam.

Sakit perut?

Jelas sekali, dari malam hingga pagi ini, ia tidak mengizinkan Milo makan apa pun kecuali air putih. Bagaimana mungkin anak itu sakit perut?

"Sudah panggil dokter?" tanya Atlas dengan suara rendah dan berat, namun dengan ketenangan yang tidak biasa.

"Sudah, Dr. akan segera tiba."

"Tuan, sebaiknya Anda melihat kondisi anak anda dulu." Wakil Presiden Brian Doyle yang duduk di hadapan Atlas tersenyum tipis dan berkata.

Atlas meliriknya dengan tenang, kemudian berdiri dan melangkah keluar dari ruang rapat.

1
Anjani
bgs
halizerena
seru
Ayu Lestari
lumayan bagus
azaliannya
good
DindaStory
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!