Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 BUCIN AKUT
"Malas," Ucap Putri Andini.
"Gimana kalau kita kerjain mereka lagi? Pasti bakal seru," Ucap Putri Irha.
"Setuju," Ucap Putri Andini cepat.
"Jangan deh, nanti kalau kita ketahuan, biar dipenggal leher kita," Ucapku bergidik ngeri membayangkannya.
"Ayolah, kita kerjain mereka," Bujuk Putri Irha.
"Anggap saja kita memberi mereka oleh-oleh," Ucap Putri Andini.
'Kasian mereka, sudah dikerjain kemarin malam, sekarang mau di kerjain lagi,' Batinku.
"Khina, kenapa melamun?" Tanya Putri Irha.
"Enggak apa-apa. Aku hanya mikir gimana cara kita kerjain mereka," Ucapku.
"Iya juga ya. Penjagaan mereka pasti diperketat gara-gara keusilan kita kemarin malam," Ucap Putri Irha.
"Makanya itu, kita enggak usah biat masalah sama mereka," Ucapku.
"Aku ada ide," Ucap Putri Andini.
"Ide?" Tanyaku. 'Perasaanku jadi tidak enak. Semoga rencananya kagak aneh-aneh.'
"Apa?" Tanya Putri Irha.
"Begini....," Bisik Putri Andini memberitahu rencananya.
"Gimana?" Tanya Putri Andini setelahmembisikkan rencananya.
"Wah, pasti seru," Ucap Putri Irha.
"Gila, ini rencana yang sangat gila. Aku enggak mau ikutan sama rencana kalian," Ucapku.
"Ayolah, Bestie. Sekali ini aja. Rencana ini tidak akan berjalan lancar tanpa kamu. Ayolah, ya, ya," Bujuk Putri Andini.
"Bener tuh. Kamu harus bantu kami. Kita kan Bestie. Kalau kata jaman dulu, kita bagaikan kepompong kupu-kupu, susah senang kita bersama," Ucap Putri Irha.
"Enggak nyambung," Ucapku dan Putri Andini bersamaan.
"Hahaha, kau itu sejak berada dikerajaan tambah bodoh," Ejek Putri Andini.
"Aku enggak bodoh. Kau aja tuh yang bodoh," Bantah Putri Irha.
"Kalian mau berdebat atau mau menjalankan rencana? Kalau masih berdebat, silahkan. Aku mau kesana dulu," Ucapku sembari berdiri dan berjalan kearah taman bunga.
"Ikut," Ucap Irha dan Andini bersamaan.
"Bunganya bagus ya," Ucapku.
"Biasa aja. Aku sudah sering liat. Bahkan Bebeb Kevin tiap hari memberiku bunga mawar," Ucap Putri Irha.
"Harusnya aku yang diberi bunga oleh Kevin. Bukan kamu," Ucap Putri Andini.
"Sirik aja kau ini. Aku kan pacarnya Kevin, bukan kau. Ya pasti aku lah yang diberi bunga," Ucap Putri Irha.
'Ilham tidak pernah memberiku bunga, saat pacaran dulu. Kenapa aku malah ingat dia. Harusnya aku membencinya. Dia itu cowok yang suka mandang fisik. Dia juga sering menghinaku. Untuk apa aku memikirkan pria seperti itu,' Batinku. Aku berjalan meninggalkan mereka berdua. Kukelilingi taman bunga tersebut.
'Cantik,' Batin Pangeran Nakula yang sedang bersembunyi di belakang pohon pisang. Tak jauh dari taman bunga.
'Andai dulu kejadian itu tak pernah terjadi, pasti sekarang kita sudah bersama,' Batin Pangeran Arjuna menatap sendu kearah Putri Khina. Dia bersembunyi dibalik tanaman toge.
'Ada apa dengan diriku. Kenapa jantungku berdetak cepat saat melihat Putri Khina? Ini salah, aku pasti sakit. Aku harus periksa ketabib,' Batin Putra Mahkota Ilyas yang kebetulan lewat ditaman belakang istana. Dia bergegas pergi.
'Aneh, kenapa Putra Mahkota menatap Putri Khina seperti itu? Bukankah dia menyukai Putri Irha? Kenapa caranya menatap Putri Khina, seakan ada rasa cinta? Apa ini hanya perasaanku?' Batin Panglima Ans yang berada tepat dibelakang Putra Mahkota.
'Kok aku merasa ada yang sedang memperhatikanku ya,' Batinku mulai menatap kearah lain.
"Pangeran Arjuna? Pangeran Nakula? Kok mereka disana? Apa yang mereka lakukan? Itu Pangeran Arjuna sedang apa, kok jongkok gitu? Kan itu tanaman toge, kalau mau sembunyi harusnya kan cari pohon yang besar. Bukannya malah sembunyi disitu. Heran aku, mau ketawa rasanya liat tingkah laku Pangeran Arjuna. Itu juga Pangeran Nakula, sembunyi dipohon pisang, tapi bajunya masih kelihatan. Ada-ada saja kelakuan mereka, Puffttt," Gumamku menahan tawa saat melihat mereka. Yang diliat menjadi salah tingkah.
"Dia melihatku. Bagaimana ini," Gumam Pangeran Nakula salah tingkah.
"Apa kau masih mencintaiku, Putri Khina? Dia menatapku seakan masih ada rasa cinta dihatinya untukku. Aku akan kesana," Gumam Pangeran Arjuna berdiri dari jongkoknya. Lalu bergegas berjalan kearah taman bunga.
"Eh, dia mau kesini kah? Mau ngapain dia kesini?" Gumamku.
"Puk." Suara tepukan dibahu.
"Arjuna!" Ucapku kaget saat seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Hah?" Ucap Putri Irha.
"Kau menyukai Pangeran Arjuna?" Ucap Putri Andini penuh selidik.
"Tidak. Aku refleks sebut namanya. Kalian sih pakai kagetin segala," Ucapku.
"Lah, terus kenapa kau sebut nama-nya?" Tanya Putri Irha.
"Itu liat sana. Dia berjalan kemari," Tunjukku kearah Pangeran Arjuna yang semakin mendekat kearahku.
"Pangeran Arjuna? Kenapa dia bisa ada disini juga? Tidak bisa dibiarkan, aku harus kesana juga. Jangan sampai aku keduluan darinya," Gumam Pangeran Nakula. Dia pun ikut bergegas kearah taman bunga.
"Eh, itu dibelakangnya juga ada Pangeran Nakula," Ucap Putri Andini.
"Oh iya, mereka mau apa kesini?" Tanya Putri Irha.
"Aku tak tau," Ucapku.
"Mana kutahu ogep. Kau pikir aku cenayang, bisa baca pikiran mereka," Ucap Putri Andini.
"Kau kan kuntinalanak berhati iblis," Ejek Putri Irha.
"Kau...," Ucapan Putri Andini terhenti.
"Salam, Putri Khina," Ucap Pangeran Arjuna.
"Salam juga, Pangeran," Ucapku.
"Hanya Putri Khina yang kau sapa nih? Kami tidak disapa gitu? Apa kita ini hanya angin lalu, hingga kau tidak menyapa kami juga," Ucap Putri Irha.
"Gini nih kalau udah bucin akut. Yang lain di anggap tak ada," Ucap Putri Andini menimpali.
"Salam, Putri Khina," Ucap Pangeran Nakula.
"Salam," Ucapku.
"Ada satu bucin lagi," Ucap Putri Andini.
"Terimah kasih atas pujiannya, Putri Andini," Ucap Pangeran Nakula.
"Hah!" Ucapku dan Putri Irha melongo.
"Makasih buat apa?" Tanya Putri Andini bingung.
'Ini orang kenapa pula? Aneh banget. Aku bilang bucin, dia malah bilang makasih,' Batin Putri Andini.
"Terima kasih karena Putri Andini mengatakan kalau saya tampan," Narsis Pangeran Nakula.
"Kapan aku bilangnya?" Ucap Putri Andini bingung.
"Bukankah Putri sendiri yang bilang, kalau bucin itu artinya tampan?" Ucap Pangeran Nakula.
"Bwahahahaha," Tawaku, Putri Irha, dan Andini seketika pecah.
"Haha, bucin itu artinya, haha, budak cinta," Ucapku menjelaskan arti bucin sembari memegang perutku yang sakit akibat tertawa ngakak.
"Hahaha, bodoh. Mau aja dikibulin sama Andini, hahaha," Ucap Putri Irha.
"Puffttt, hahaha, aduh perutku rasanya mau pecah akibat tertawa terus," Ucap Puyri Andini.
"Pufftt," Pangeran Arjuna menahan tawa.
"Ja..di, artinya bucin itu budak cinta? Budak itu artinya pembatu. Jika disatukan akan menjadi pembantu cinta," Ucap Pangeran Nakula.
"Ya bisa dibilang begitu," Ucap Putri Irha.
"Aku tidak masalah jika menjadi budak cinta. Asalkan bersama Putri Khina, aku siap diperbudak," Ucap Pangeran Arjuna.
'Aku tidak boleh kalah dari Pangeran Arjuna," Batin Pangeran Nakula.
"Hahaha."
"Aku juga siap jadi budak cinta hanya untuk Putri Khina," Tegas Pangeran Nakula.
"Waduh, haha, mereka ini bodoh sekali," Tawa Putri Andini.
"Begini nih kalau sudah bucin akut, bwahahaah" Ucap Putri Irha.
"Kalian lucu juga. Aku merasa senang hari ini karena setelah sekian lama akhirnya aku bisa tertawa lepas. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku tertawa dengan kekonyolan sahabat-sahabatku dan Kakak-adikku," Ucapku.
'Sahabat? Bukankah Putri Khina hanya memiliki satu sahabat dekat? Dan hanya Putri Izza sahabatnya. Dari dulu aku tidak pernah melihatnya tertawa saat bersama Putri Izza. Yang aku tau, Putri Izza tidak pernah bersikap konyol. Dia Putri yang bermuka dua, mana mungkin dia bisa bersikap konyol,' Batin Pangeran Arjuna merasa heran dengan maksud perkataan Khina.
'Apa maksudnya kapan terakhir kali? Apa selama ini Putri Khina tidal bahagia dengan pernikahannya?' Batin Pangeran Nakula.
'Kasihan Khina, pasti berat menjalani hidup sepertinya. Dia begitu banyak menahan penderitaan. Ya walau aku tidak tau apa yang terjadi padanya, tapi aku bisa melihat kesedihan mendalam dari matanya,' Batin Putri Irha.