Istri Pilihan Mama

Laras telah menyiapkan semua makan malam Arga di atas meja. Nasi, lauk, air putih, buah anggur, buah naga merah, dan tidak ketinggalan teh hangat.

Selesai mandi, Arga langsung menuju meja makan dan mendudukkan tubuh di kursi. Penat rasanya seharian berkutat di kantor. Saatnya menikmati hidangan yang lezat.

Matanya berputar melihat semua hidangan di atas meja. Semua yang dimasak Laras adalah menu kesukaannya dan aroma yang tercium dari masakan itu sangatlah menggugah selera pria angkuh itu.

Laras segera mendekati Arga, mengambil piring, menambahkan nasi, tumis kangkung.

Kepitingnya sengaja tidak dia masukkan ke dalam piring nasi, tetapi dimasukkan ke piring lain agar Arga dengan mudah mengupas cangkang kepiting yang keras.

Laras memutar tubuh dan duduk di lantai.

Arga mencicipi kepiting lada hitam dan tumis kangkung. Matanya berputar ke kanan dan kiri sembari mengecap, mencoba merasakan bumbu dari masakan Laras.

"Enak sekali kepiting lada hitam ini. Rupanya wanita ini selain pintar membuat teh yang enak, ternyata pintar memasak menu kesukaanku juga," puji Arga tetapi pastinya pujian itu hanya diucapkan dalam hati.

Di beberapa suapan, Arga kesulitan membuka cangkang kepiting yang besar dan keras. Ke sepuluh jarinya sudah penuh berlumur bumbu lada hitam.

Laras yang melihat itu, dengan niat yang tulus, berdiri dari lantai menghampiri Arga.

Beginilah, kalau memang dari lahir telah diciptakan memiliki hati yang baik. Masih saja peduli dengan orang yang telah sering melukainya.

"Tu-tuan, izinkan aku membantu mengupas kepitingmu..," Laras memberanikan diri. Tanpa dia sadari, sikapnya tersebut membuktikan ketulusan hatinya untuk memberikan bantuan kepada pria yang telah berulang kali menyiksanya.

Entah mengapa, apa otaknya sedang konslet, pria pemarah itu tidak sama sekali menolak tawaran Laras.

Dia sodorkan piring yang berisi kepiting kepada Laras. Laras yang masih dalam keadaan berdiri, pelan-pelan membuka cangkang kepiting.

Rambut Laras yang lurus dan panjang diikat ke belakang, memperlihatkan lehernya yang putih dan mulus.

Arga sempat tidak sengaja menangkap pemandangan di depannya, tetapi dengan cepat dia mengalihkan pandangan ke arah kepiting yang ada di piring.

Lumayan lama membuka cangkang kepiting itu. Sampai akhirnya selesai juga. Laras memberikan kembali piring itu kepada Arga.

"Silakan tuan..,"

Sekilas pria itu kembali melirik ke wajah cantik wanita di depannya dengan berbagai macam pertanyaan di benaknya.

"Mengapa dia masih berbaik hati membantuku. Padahal aku sudah sering menyakitinya. Apa benar perkataan Rico kalau wanita ini istri yang baik? Kalau begini caranya, berarti tidak ada harapan dia mau menyerah dan meninggalkan rumah ini. Dia pasti akan bertahan di sini dan tidak akan menggugat cerai aku. Kalau seperti ini terus, aku tidak akan dapat kesempatan untuk menikahi Amellya. Bagaimana ini? Kalau sampai wanita ini tetap bertahan menjadi istriku?," otak Arga berfikir keras.

Arga kembali menikmati makannya. Sesekali dia menoleh ke arah Laras yang dengan setia menemaninya makan, meskipun wanita itu harus duduk di lantai, sesuai perintahnya tempo hari.

"Dia juga istri penurut. Semua yang aku perintahkan dipatuhinya. Kalau pun aku menggugat cerai dia, Pengadilan Agama tidak akan menerima gugatanku karena aku tidak memiliki alasan yang tepat untuk menceraikannya. Wanita ini tidak pernah melakukan kesalahan, jadi bagaimana bisa aku menceraikannya di Pengadilan Agama? Apa alasanku?," Rutuk Arga dalam hati dengan kesal.

Tiga puluh menit, pria itu selesai makan. Masih ada sedikit sisa tumis kangkung dan potongan kecil kepiting.

"Ini ada sisa makanan untukmu, tapi ingat! Jangan pernah mengotori mejaku! Kau harus makan di lantai, karena lantai itu lebih cocok untuk wanita kotor sepertimu!," tukas Arga tak berhenti menghina.

Wanita itu terdiam. Denyut rasa nyeri menyelinap dalam jantungnya.

"Baik tuan..," hanya kata itu yang terucap dari bibir Laras.

...*******...