NovelToon NovelToon
I Want You

I Want You

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Office Romance / Cintapertama / Tamat
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan kakak kandungnya membuat Rada mengambil keputusan untuk meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia.

Pernikahan yang gagal membuat Rada menutup hati dan tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi pertemuan dengan Gavin membuatnya belajar arti cinta sejati.

Saat Gavin menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya termasuk keinginan untuk menikahi Rada. Ia tahu hati Rada sudah beku, tetapi Gavin punya segala cara untuk menarik wanita itu ke sisinya.



Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan penulis dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33

Pagi itu udara masih sejuk, embun belum sepenuhnya hilang dari daun-daun di halaman rumah Rada ketika suara mobil berhenti di depan gerbang. Mesin dimatikan, dan dari balik kemudi keluar sosok Gavin yang rapi, beraroma cologne maskulin, dan seperti biasa dengan ekspresi yang nyaris tak berubah. Datar, tenang, sedikit terlalu tenang untuk seseorang yang datang sepagi itu.

Pukul enam lewat sedikit.

Ia mengetuk pintu rumah perlahan. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki dari dalam, dan pintu dibuka oleh seseorang dengan rambut acak-acakan dan kaus longgar. David yang rupanya baru bangun, matanya masih berat tapi senyumnya cepat terbit begitu melihat tamu itu.

“Ah, kamu pasti Gavin?” katanya ramah, menahan menguap. “Aku David, sahabatnya Rada.”

Gavin mengangguk ringan. “Ya. Aku tahu.”

David terkekeh kecil, tidak menangkap nada tersembunyi di balik jawaban itu. “Tahu? Wah, kamu ternyata cepat juga mengenal lingkaran sosial Rada, ya?”

Gavin menatapnya sejenak, cukup lama untuk membuat David sedikit kikuk sebelum menjawab pelan. “Aku hanya memastikan dia dikelilingi orang-orang yang bisa dipercaya.”

“Eh... tentu saja,” David balas dengan senyum kaku, merasa nada itu lebih seperti peringatan halus daripada pernyataan biasa. “Kamu mau aku panggilkan Rada?”

“Tidak perlu terburu-buru,” jawab Gavin dengan suara rendah. “Masih pagi. Aku hanya ingin memastikan dia tidak terlambat ke butik nanti.”

David melirik jam dinding, lalu tertawa kecil. “Masih dua jam lagi butik buka, bro. Kamu beneran niat banget.”

Gavin hanya mengangkat alis tipisnya, matanya sempat melirik ke arah tangga, mungkin berharap Rada muncul di sana. Tapi yang terdengar justru suara samar langkah tergesa dari lantai atas dan bisikan antara Ashley dan Alia yang baru bangun.

David menoleh, “Sepertinya para gadis baru sadar kalau ada tamu.”

Gavin tidak menjawab. Pandangannya tetap tertuju ke arah tangga, matanya memantulkan cahaya lembut pagi yang masuk dari jendela besar.

Sesaat kemudian, Rada turun perlahan dengan rambut yang masih sedikit berantakan dan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Begitu melihat siapa yang berdiri di ruang tamu, ia langsung berhenti di anak tangga terakhir.

“Gavin?” suaranya lirih, nyaris tak percaya. “Kamu... datang sepagi ini? Katanya ketemu di butik aja?”

Adrian menatapnya, diam sejenak, lalu menjawab dengan tenang. “Aku tidak berniat menjemputmu, tapi aku tidak suka menunggu.”

Hampir saja Rada mengumpat, tidak mau menjemput tapi pagi-pagi sekali sudah di rumahnya. Ashley yang berdiri di belakang Rada langsung menutup mulut menahan tawa kecil, sementara Alia menatap mereka berdua dengan senyum menggoda.

David, masih berdiri di dekat pintu, menatap Gavin lalu Rada bergantian dan berbisik pelan, “Kamu nggak bilang kalau tunanganmu ini punya jam biologis militer.”

Rada hanya menghela napas, sedikit malu. Sementara Gavin sekilas menatap David, senyum tipis muncul di sudut bibirnya, entah ramah atau peringatan, sulit ditebak.

“Ra, kamu nggak mau ngenalin aku dan Alia sama dia?” Bisik Ashley, ia cukup mengagumi wajah tampan Gavin. Hanya kebiasaan lama saat bertemu pria tampan.

“Oh, iya. Gavi, kenalin ini sahabat-sahabatku Alia dan Ashley,” Rada dengan cepat mengenalkan kedua sahabatnya yang sudah tersenyum manis.

Gavin menatap Alia dan Ashley sekilas, mengangguk sopan lalu mengalihkan tatapannya kembali pada Rada.

“Ya, ampun Gavin, kamu udah datang?” Suara heboh Bunda terdengar dari arah dapur, dalam sekejap wanita paruh baya itu sudah berada di depan Gavin.

“Pagi Bunda,” sapa Gavin seraya menyalami Bunda.

“Ra, dia nggak merhatiin aku sedikitpun.” Bisik Alia seperti gadis patah hati.

“Jangan genit,” tegur Ashley.

Gavin mengabaikan mereka semua dan malah mengikuti Bunda ke ruang lain. Sepertinya untuk bertemu Daniel atau mungkin Ayah Rada.

...۝...

Dari dapur tercium aroma harum nasi goreng dan teh melati yang baru diseduh. Bunda dengan apron bermotif bunga, tersenyum saat melihat anak-anak muda itu mulai berkumpul di meja makan besar.

“Sudah, sudah... jangan langsung berangkat. Sarapan dulu semua, biar nggak lemas di butik nanti,” katanya sambil menepuk pelan bahu Alia yang baru duduk.

“Aduh, Bunda baik banget,” ucap Ashley sambil menarik kursi. “Aku lapar banget sejak semalam, nggak nyangka masih disuguhi sarapan juga.”

“Ya iyalah,” jawab Bunda sambil tersenyum hangat. “Selama kalian di rumah ini, kalian tamu istimewa.”

Edwin, ayah Rada, sudah duduk di ujung meja membaca koran, hanya sesekali menatap sekilas ke arah Gavin yang kini duduk di samping Rada. Tatapannya seperti sedang menilai dan wibawa khas seorang ayah yang ingin memastikan anaknya dijaga dengan baik.

“Niel kemana Bun?” Tanya Rada yang baru menyadari kakak pertamanya tidak terlihat di meja makan.

“Rada,” tegur Edwin, menatap Rada cukup tajam.

“Eh!” Seolah sadar akan sesuatu, Rada memasang senyum canggung. “Iyaa, maksudku bang Daniel kemana?”

Alia dan Ashley terkikik pelan melihat Rada di tegur oleh ayahnya.

“Katanya ada urusan,” jawab Bunda ikut duduk disamping David. “Udah, kalian makan aja.”

Semua orang mulai makan, wajah Alia yang biasanya ceria terlihat sedikit murung. Namun ia dengan cepat menyembunyikannya.

Baru beberapa menit mereka mulai makan, suara langkah pelan terdengar dari tangga. Dua sosok muncul, Naysa dan El. Mereka sudah berpakaian rapi, tampaknya juga akan pergi keluar tapi suasana langsung berubah begitu mereka muncul.

Ashley yang tadinya tertawa kecil bersama Alia langsung diam, senyum di wajahnya lenyap dalam sekejap. Alia menatap sekilas dengan tatapan yang dingin, lalu kembali menunduk menahan diri. Rada sendiri hanya menarik napas panjang dan berusaha tersenyum kecil meski jelas terlihat tegang.

“Selamat pagi,” sapa Naysa datar.

Bunda membalas ramah, berusaha mencairkan suasana. “Pagi, Sayang. Duduk sana, sarapan dulu. Semua sudah lengkap, nih.”

El duduk di sisi lain meja, bersebelahan dengan Naysa, mencoba tersenyum meski jelas merasa tidak nyaman di tengah keheningan yang tiba-tiba terasa berat.

Ashley menatap piringnya beberapa saat sebelum tiba-tiba menoleh ke arah Gavin dengan nada santai namun penuh penekanan, “Jadi, Gavin...”

“Ya?” Gavin mengangkat pandangan, menatapnya dengan ekspresi tenang

Ashley meletakkan sendoknya, bersandar sedikit ke kursi, lalu berbicara dengan nada yang terdengar manis tapi tajam di ujungnya.

“Kalau kamu sudah resmi dengan Rada nanti, aku harap kamu bisa menjaga dia sebaik mungkin,” katanya sambil tersenyum tipis. “Dan... jangan sampai tergoda oleh perempuan lain.”

Suasana langsung menegang. Kalimat itu melayang begitu saja di udara seperti pisau yang baru saja dilepaskan dari sarungnya.

Naysa yang baru saja hendak mengambil teh langsung menatap Ashley dengan tajam. Sorot matanya menusuk, tapi sebelum sempat bicara, Alia yang duduk tepat di seberangnya sudah lebih dulu menatap balik dengan sinis, mata kakak kedua Rada itu menyipit sedikit.

“Beberapa orang memang nggak perlu diingatkan soal kesetiaan,” ucap Alia pelan, nadanya tenang tapi dingin seperti es. “Tapi mungkin ada yang butuh pengingat keras karena sudah lupa artinya dulu.”

Suara sendok yang jatuh ke piring terdengar nyaring di antara keheningan yang mendadak membeku.

Bunda yang tadii tersenyum, kini buru-buru menengahi dengan suara lembut tapi tegas, “Sudah, sudah... jangan ribut di meja makan. Ini pagi yang indah, jangan dirusak.”

“Iya, Bunda. Maaf.” Ashley menunduk pura-pura tersenyum

Namun Naysa dan Alia masih saling bertatapan, masing-masing menahan amarah yang belum sempat diluapkan.

Gavin sendiri tetap diam, hanya sesekali melirik Rada untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Rada menunduk, jarinya menggenggam sendok erat, berusaha menahan diri agar tidak ikut menambah panas suasana.

Edwin melipat korannya perlahan, memecah keheningan dengan suara beratnya, “Kalau sudah selesai sarapan, langsung ke butik. Jangan sampai hal kecil mengganggu hari yang penting.”

Rada hanya mengangguk pelan, lalu berbisik pada Gavin, “Kita berangkat setelah ini, ya.”

“Tentu.” Gavin menjawab lembut

Dan tanpa sadar, tatapan Gavin sedikit berubah lebih protektif dari biasanya, seolah baru saja menegaskan pada dirinya sendiri bahwa ucapan Ashley bukan sekadar saran... tapi peringatan yang akan ia jaga dengan sepenuh hati.

1
Mundri Astuti
nah iya rada mending pindah demi jaga kewarasan dan kehamilan kamu, keluarga kamu sendiri ngga bisa berbuat apa"
Mundri Astuti
ortunya rada ma Nasya ngga peka pa gimana y, anaknya gila itu si Nasya malah dibiarin keliaran
Umi Kolifah
keluarganya naysa itu gimana udah nyoba bunuh rada tapi d biarin aja kan sekarang ganti nusuk , Thor q kok gregetan sama keluarga rada
Umi Kolifah
ayo Nil hukum naysa kalau ayahmu tidak bisa tegas, biar tau rasa👍👍👍
Umi Kolifah
kasih pelajaran buat naysa Thor JD kakak kok iri dan jahat sama rada, buat d hukum biar kapok
Mundri Astuti
ayo Gavin ikut usaha juga dong kaya rada, buang tuh bibit pelakor ke planet pluto
Mundri Astuti
anak pungut kali tu si Nasya, bener" duo uler bersatu, ortunya rada ngga sadar apa anaknya yg satu tingkahnya ngga bener
Momoy Himayah
karya kk bner² luar biasa
Momoy Himayah
gemes bnget sma si Nesya pen nampol ajh itu org. bukan nyh seneng sodara bahagia.. ini mah mlh sirik ajh.
Mundri Astuti
amit" si Nasya ngga tau malu y
Adit monmon
penyakit hati iri dengki TK kn bisa smbuh😡
Mundri Astuti
itu mah kamu sakit jiwa nasya
Nda
so sweet😍
selamat rada utk kehamilanya.
Mundri Astuti
dah tau si Lizzy kegatelan, kamu usah menghindar ke minimal, setiap kali dia mendekat, kan bukan pertama itu aja dia deketin kamu, kalo kamu sendiri fine" aja, tapi skrg kamu terikat dng pernikahan, ada hati istrimu yg mesti kamu jaga, coba klo istrimu di dekatin pria lain, dipeluk perasaan kamu gimana
Mundri Astuti
Gavin payahhhh ahhh ngga asyikk
Mundri Astuti
lah si Gavin ngga nyadar kamulah yg udah nyakitin, kan kamu tau dari awal rada habis dikecewakan luar biasa dan dikhianati, harusnya kamu bisa jaga sikap dan menghormati pernikahan, ngga sembarangan ketemu perempuan dan terima pelukan perempuan yg bukan istrimu
Fitriana Yusuf
ceritanya bagus,,, smangat berkarya💪💪
Lunaire astrum
💯
Lunaire astrum
Bagus juga. Nanti baca lagi, mau ke warung dulu
Ega
Suka sama karakter Gavin🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!