Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab23
Malam harinya, setelah menidurkan Alula, Avica langsung pergi kekamar nya bersama Abizar. Sampainya dikamar Avica tidak melihat keberadaan suaminya. Mungkin ada diruang kerja, pikirnya. Lalu Avica mencarinya ketempat itu. Ternyata dugaannya benar jika suaminya sedang sibuk diruang kerjanya tersebut.
Tokk..tokkk..tookkk...
"Masuk." Mendengar sahutan dari dalam Avica pun langsung memasukinya.
"Mas Abi mau aku buat kah teh?" Tanya Avica.
"Mau, Ca. Kalau ada cemilannya sekalian ya." Jawab Abizar sambil tersenyum.
"Baiklah, mas. Aku pergi kedapur dulu ya." Pamit Avica.
"Iyaa."
Setelah kepergian Avica, Abizar fokus kembali pada kerjaannya tadi. Tak lama Avica pun masuk kembali kedalam ruangan tersebut sambil membawa nampan yang berisikan teh dan cemilan untuk Abizar.
"Ini mas teh sama cemilannya." Ucap Avica lalu menaruhnya dimeja didekat meja yang Abizar tempati.
"Terima kasih ya." Ucap Abizar. "Kamu mau kemana? Kalau mau temani aku duduk disini dulu?" Tanya Abizar.
"Baiklah, aku temani mas Abi. Mumpung aku juga belum ngantuk." Ucap Avica.
Sudah 1 jam Avica menemani Abizar yang sedang mengerjakan pekerjaan nya. Dan Avica sudah mulai menguap, dirinya sudah merasakan ngantuk tetapi Abizar belum juga menyelesaikan pekerjaannya. Untuk menguris rasa kantuknya Avica memilih untuk memainkan handphone nya yang tidak begitu bagus itu sambil merebahkan tubuhnya disofa yang ada diruangan tersebut. Tetapi matanya itu malah semakin berat dan rasanya ingin dipejamkan. Hingga akhirnya Avica pun tertidur disofa tanpa disadari oleh Abizar.
Setengah jam kemudian Abizar pun menyelesaikan pekerjaannya. Ia menoleh ke arah sofa dimana istrinya itu berada. Tidak disangka ternyata istri kecilnya itu telah tertidur dengan nyenyaknya.
"Sudah tidur ternyata." Gumam Abizar.
Lalu dirinya meregangkan otot-otot nya yang kaku setelah lama berkutat dengan laptopnya itu. Lantas ia berdiri dan menghampiri Avica, kemudian digendonglah Avica ala bridal style dan dibawalah kekamar mereka.
Sesampainya dikamar Abizar menidurkan Avica diatas ranjang lalu menyelimutinya. Lalu barulah dirinya ikut membaringkan tubuhnya setelah mematikak lampu kamar dan hanya menyisakan lampu kecil saja yang letaknya persis disamping ranjang mereka.
Pagi hari, Avica terbangun dari tidurnya disaat mendengar adzan subuh berkumandang. Dirinya beranjak dari tempat tidur. Lalu menuju kekamar mandi untuk buang air kecil terlebih dahulu sebelum berwudhu untuk menunaikan sholat subuh.
Selesai menunaikan kewajibannya, Avica pergi kedapur untuk memasak sarapan yang akan disajikan untuk suami dan anaknya. Pagi ini Avica akan memasakn nasi goreng udang untuk suaminya dan untuk Alula ia akan memasak seperti biasa, yaitu omlet kesukaan putrinya itu.
Semua makanan yang akan dihidangkan pun telah selesai Avica sajikan di meja makan. Setelah itu dirinya pergi kekamar nya lagi untuk membersihkan diri dan menyiapkan keperluan suaminya untuk pergi kekantor. Barulah ia akan membangunkan tuan putri mereka.
Kini semuanya telah siap dimeja makan untuk sarapan bersama.
"Mama, Alula boleh mencicipi nasi gorengnya nggak?" Tanya bocah itu memecah keheningan.
"Tapi ini sedikit pedas sayang, apa Alula mau?" Tanya balik Avica.
"Tidak apa-apa kok ma, Alula mau kok." Jawab anak itu.
"Baiklah. Tapi sedikit saja ya. Mama takut nanti perutmu tidak tahan pedas." Ujar Avica.
"Oke, ma. Tidak apa-apa."
Avica pun menambahkan sedikit nasi goreng diatas piring Alula.
"Makan nya dihabisan ya sayng. Tidak boleh ada sisa." Ucap Abizar.
"Baik, pa."
Sarapan pun dimulai, tidak ada yang bersuara sama sekali. Semuanya sibuk memakan makanan mereka masing-masing. Disaat Abizar dan Avica telah menghabiskan makanan mereka tiba-tiba Alula minta untuk menambah makanannya.
"Ma, apa Alula boleh nambah nasi gorengnya?" Ucap Alula dengan ekspresi yang menggemaskan.
"Apa kamu suka, nak?" Tanya Avica.
"Suka, ma. Nasi gorengnya enak sekali jadi Alula pengen nambah. Boleh nggak?" Ucap anak itu.
"Baiklah, boleh."
"Kalau begitu papa berangkat dulu." Ucap Abizar lalu menghampiri anaknya lalu mengulurkan tangannya agar disalimi oleh anaknya itu.
"Alula dihabisin dulu ya makan nya. Mama mau ngantar papa kedepan dulu." Ucap Avica dibalas anggukan oleh Alula.
Avica pun mengantar suaminya sampai didepan rumah. Setelah itu ia menyalami dan mencium tangan suaminya itu.
"Mas berangkat dulu ya." Pamit Abizar.
"Baik, mas. Hati-hati dijalan." Pesan Avica.
Abizar pun mengendarai mobilnya untuk membelah jalanan kota di pagi hari untuk menuju ke perusahaan yang telah ia bangun dari nol dengan usaha kerasnya dulu. Perusahaan Abizar itu terbilang berkembang sangat pesat berkat kecerdasan dan kegigihannya itu. Sehingga hasil yang ia dapatkan juga banyak dan tidak akan bisa habis hingga 7 turunan. Itupun belum termasuk harta dari orang tuanya, sebab Abizar adalah anak tunggal dari pak Adi dan bu Sarah.