Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merebut Paket Milik Maysha
Perhatian Maysha langsung mengarah kepada Arlan yang tengah mengusap dada akibat tersedak teh manis. Wajah lelaki itu kini tampak merah bak udang rebus.
“Kamu kenapa, Mas?”
“Tidak apa-apa. Tehnya agak panas,” kilah laki-laki itu. Berusaha mengalihkan pikirannya dari bayangan Maysha dalam balutan pakaian tipis.
“Memangnya lingerie itu apa, Non?” Pertanyaan Bik Wiwin membuat Maysha mengatupkan bibir menahan senyum. Bik Wiwin yang kehidupannya jauh dari kata modern tentu saja tak memahami perihal lingerie.
“Pakaian tidur, Bik.”
“Oh ... kirain baju apa tadi. Namanya aneh sih, Non. Li-nge-rie.” Wanita itu berdecak. Dalam pikirannya lingerie adalah pakaian tidur seperti yang biasa dikenakan sang majikan.
“Apa? Lingerie? Mbak Maysha beli lingerie?” Laura tiba-tiba hadir di antara mereka dan memotong pembicaraan.
“Iya. Aku pesan itu saat suamiku pulang ke rumah beberapa hari lalu. Tapi sayangnya ....” Maysha memotong ucapannya. Tetapi, meski begitu Arlan dapat menebak ke mana arah pembicaraan Maysha. Hal itu saja sudah berhasil menciptakan sesak dalam dada laki-laki itu.
Laura pun melirik ke arah meja di mana terdapat sebuah paket yang sama sekali belum dibuka. Rasa khawatir tiba-tiba muncul. Bagaimana jika nanti Maysha merayu Arlan dan memintanya tidur di kamar mereka. ah, tidak! Laura harus melakukan sesuatu.
“Mbak Maysha kan tidak mungkin pakai lingerie. Buat apa juga? Lingerie-nya mending buat aku saja. Lagi pula Mas Arlan tidurnya di kamarku, bukan di kamar Mbak Maysha.”
"Tapi Non Maysha kan beli itu buat dirinya sendiri, Non!" sambar Bik Wiwin, yang tak rela melihat perlakuan Laura.
"Kamu jangan ikut campur, ya! Majikan kamu di sini bukan hanya Mbak Maysha. Aku juga istri Mas Arlan!" pekik Laura.
Belum juga Maysha memberi izin, Laura sudah menyambar paket tersebut lebih dulu. Ingin rasanya Bik Wiwin menjambak rambut wanita yang baginya sangat tidak sopan itu. Ia sampai keheranan tentang apa yang membuat Maysha sabar menghadapi tingkahnya.
“Ya sudah, itu buat kamu saja,” ucap Maysha pada akhirnya.
"Terima kasih, Mbak Maysha. Aku akan pakai malam ini." Laura mengulas senyum tipis.
Makan malam pun berlalu dengan diamnya Maysha. Seperti biasa ia harus menjadi penonton kemanjaan Laura terhadap Arlan. Meskipun beberapa kali Arlan mencoba untuk menghindar dan menjauhkan diri dari wanita itu.
*
*
*
“Mas, kayaknya Mbak Maysha itu ada hubungan dekat dengan Dokter Mario, deh?” ucap Laura saat telah berada di kamar. Ia sedang membuka paket berisi lingerie yang direbutnya dari Maysha.
Arlan yang sedang duduk di sofa memainkan ponsel refleks menoleh ke arah Laura. “Maksud kamu?”
"Apa kamu yakin kalau selama tiga tahun kamu menghilang dia masih bisa setia? Bisa jadi Mbak Maysha punya hubungan gelap dengan laki-laki lain, kan?”
Arlan terdiam sambil memikirkan ucapan Laura. Menurutnya Maysha bukanlah tipe wanita gampangan dan mudah menjalin hubungan dengan lelaki sembarangan. “Itu tidak mungkin. Kalau memang Maysha mau, dia bisa menikah lagi saat aku menghilang. Bukankah waktu itu kepolisian juga menyatakan bahwa aku tewas dalam kecelakaan itu?”
“Belum tentu, Mas! Mbak Maysha bisa saja punya pacar dan pura-pura setia untuk mengamankan harta kamu yang sudah dipindah atas nama dia.”
“Maysha tidak seperti itu,” bela Arlan, membuat Laura mendengkus sebal. Laki-laki itu selalu terkesan sedang membela Maysha.
“Apa sih yang membuat kamu seyakin itu, Mas? Tadi aku memergoki Mbak Maysha sedang menelepon dengan Dokter Mario di kamar. Aku rasa pembicaraan mereka tidak lagi bisa disebut pembicaraan sesama teman.”
"Memangnya mereka bicara apa?"
"Pokoknya lebih mirip pasangan kekasih!"
Tanpa dapat dikendalikan, pikiran Arlan langsung tertuju pada ucapan Andre tadi di kantor. Bahwa Mario adalah sahabat Maysha semasa kuliah dulu. Dan jika ia melepaskan Maysha, sudah pasti akan ada banyak lelaki yang mengantri untuk mendapatkannya. Terlebih, jika benar bahwa hingga saat ini Maysha sama sekali belum pernah terjamah.
Mendadak udara sekitar terasa panas bagi Arlan. Ia bahkan tak dapat mengalihkan pikirannya dari Maysha.
"Malah melamun!" tegur Laura, sebab sedari tadi Arlan terkesan tak begitu menghiraukan dirinya.
“Aku mau mandi dulu. Gerah!”
Arlan beranjak meninggalkan tempat duduknya dan masuk ke kamar mandi. Memilih berendam di air hangat selama beberapa menit. Bahkan kenyamanan berendam di air hangat tak cukup mampu untuk menghilangkan Maysha dari pikirannya.
Dengan tidak tahu malunya, otaknya malah membayangkan bagaimana Maysha jika menggunakan lingerie yang tadi ia beli.
“Dia tertutup saja cantik, bagaimana kalau terbuka?” ucapnya dalam hati.
Ah, Arlan merasa semakin gila sekarang. Jika saja Maysha berada di hadapannya, ia pasti sudah menerkamnya tanpa ampun.
Tak ingin larut dalam pikiran liarnya, laki-laki itu segera mengakhiri ritual berendam di air hangat dan mengenakan pakaian. Kemudian keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut.
Namun, saat itu juga Arlan terdiam di tempat. Laura berdiri tepat di hadapannya dalam pose menantang dengan lingerie tipis milik Maysha. Wajahnya pun sudah dipoles sedemikian rupa dengan aroma parfum menyeruak.
“Mas, bagaimana menurut kamu? Apa aku kelihatan cantik?” bisiknya merayu, sambil membelai wajah lelaki itu.
Jika Laura pikir Arlan akan tergoda, maka salah besar. Karena Arlan malah menatapnya sangat datar. "Aku ngantuk!" Ia melewati Laura begitu saja. Membaringkan tubuhnya di sofa panjang dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Melihat itu, Laura meremas ujung pakaian tipis yang membalut tubuhnya dengan geram. Untuk ke sekian kali usahanya merayu Arlan menemui kegagalan.
...****...