Langit dirgantara angkasa, sang ketua geng Andreios sekaligus ketua OSIS SMA Nusantara, terpaksa harus menerima perjodohan dengan gadis barbar di sekolahnya yang suka terlambat, Queen zefanya arabella, gadis yang menyukainya meskipun di hukum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon crowell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Andreios
"Ayah, Bunda... Vanya rindu kalian," bisiknya lirih.
"Bunda tahu, Vanya putri kesayangan Bunda sudah menikah, tadinya mau Vanya bawa ke sini biar Vanya kenalkan, malah dia lebih pilih pacarnya." Vanya menghela napas.
"Ayah, Bunda mau menjodohkan anaknya, padahal kan aku apa-apa bisa sendiri. Lihat sekarang, bahkan datang ke sini saja aku sendiri datangnya." Air matanya mengalir lagi "Aku merasa sangat kesepian, Ayah, Bunda..."
"Kalian dengar aku kan? Kenapa kalian gak jawab, Vanya? Vanya cape bisa bawa aku sama kalian gak? Hidup tanpa cinta pertamaku sangat sulit, Ayah. Apalagi hidup tanpa semangat hidup, Bunda." Vanya menangis dengan suara yang terisak-isak, "Aku merasa sangat kosong tanpa kalian. Aku ingin kalian ada di sini, untuk mendengarkan aku, untuk memberi saran dan dukungan. Tapi kalian sudah pergi, dan aku ditinggalkan sendiri."
Zevanya terhenti menangis saat seseorang meraba pundaknya. Ia menoleh ke belakang, bintang kakak iparnya berdiri di belakangnya.
"Ngapain lo?" tanya Zevanya dengan suara lirih, sambil mencoba menghapus air mata yang masih mengalir di wajahnya.
"Lo nangis? Kemana Langit?" tanya Bintang kemudian duduk di sebelah Zevanya.
"Hmm, Langit ada urusan makanya gak nemenin gue ke sini," ujar Zevanya, mencoba menyembunyikan kebenarannya tentang Langit.
"Urusan ketemu sama Aluna," kata Bintang dengan santai.
"Kok lo bisa tahu?" tanya Zevanya dengan penasaran.
"Gue tadi ketemu mereka di mall," jawab Bintang, membuat Zevanya terkejut.
"Hmm,Lo ngapain di sini ?"tanya zefanya, kenapa bintang melah berada di pemakaman umum,makam siapa yang ia mau kunjungi
"Ke makam calon istri gue," jawab Bintang santai. "Lo panggil gue Abang, yang sopan kalo sama kakak ipar," lanjut Bintang dengan senyum.
"Ca-calon istri, Lo juga dijodohkan?" tanya Zevanya, Bintang menganggukkan kepalanya.
"Ini makam, bokap nyokap Lo?" tanya Bintang, Zevanya menganggukkan kepalanya.
"Assalamualaikum, Ayah, Bunda... aku Abangnya Langit, menantu kalian," kata Bintang dengan nada yang santai namun sopan. Zevanya terkejut dengan kelakuan bintang yang memanggil orang tuanya ayah bunda
"Lo, udah jadi bagian keluarga gue sekarang. Gue Abang Lo, jadi orang tua Lo orang tua gue juga," ujar Bintang dengan senyum lebar.
"Hmm, sweet,Terus bang, Lo tinggal di mana?" tanya Sedikit terharu tetapi dia tidak pernah melihat Abang iparnya pulang ke mansion
"Yah, Bun, dulu Zevanya kalian kasih makan apa sih?" tanya Bintang, membuat Zevanya sedikit bingung.
"Abang, gue cuman mau nanya nya, suka benar bikin kesal" kata Zevanya.
"Apartemen, gue kuliah sambil ngantor," ujar Bintang.
"Lo mau gue temenin ke makam calon istri Lo gak?" tanya Zevanya. Bintang tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Gak perlu, gue takut calon istri gue cemburu " jawab Bintang.
"Beruntung banget sih, yang bisa dapatin Abang "ujar zefanya sambil menggoda bintang menaik turunkan alisnya
"Iya, dong hanya takdir gue gak bisa melawan takdir,"ujar bintang menundukkan kepalanya
"Bang, gue ikut ya," ujar Zevanya ngotot ingin ikut Bintang ke makam.
"Ayok, pamit dulu sama Ayah Bunda," ujar Bintang, tangannya refleks mengelus kepala Zevanya dengan lembut. "Gue gak keberatan kok, asal Lo janji gak nangis-nangis lagi di depan makam," kata Bintang sambil tersenyum. Zevanya mengangguk, masih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Karena, gue kira Lo kuntilanak tadi"ujar bintang membuat zefanya menatapnya kesal
"Manusia secantik ini di kantin Kuntilanak?, bunda.."rengek zefanya
"Maaf Bun, hanya mirip "ujar bintang "ayok, udah hampir malam ni "ajak bintang
"Ayah, Bunda... Zevanya ke makam calon kakak ipar dulu, bye-bye," kata Zevanya sambil mencium batu nisan Ayah dan Bundanya satu persatu.
Kini mood gadis itu kembali lagi, yang tadinya sedih sekarang tersenyum lebar. Pikiran Zevanya sekarang tidak lagi memikirkan Langit, tapi lebih kepada rasa penasaran tentang calon istri Bintang