Sedang di revisi🙏
Arandita adalah gadis berparas cantik dan pintar selain itu arandita juga jago beladiri.
namun pertemuan nya dengan seorang pria membuat hidup nya seperti naik rollercoaster.
akankah kebahagiaan yang arandita dapatkan atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Revan pikir, arandita hanya merasa malu saja, dia mengupaskan udang dan menyodorkan nya pada Arandita.
"Makanlah."
"Tidak tuan kau saja yang makan." Tolak Arandita secara halus. Namun revan merasa gemas padanya dan menyuapkan udang itu pada Arandita.
"Buka mulut mu."
"Tapi tuan" Arandita merasa sedikit ketakutan saat melihat udang itu di masukan kedalam mulutnya.
"Tenang saja aku tidak meracuni mu, kau lihatlah aku juga memakan nya." Revan memperlihatkan udang yang dia kupas dan memakannya, arandita menarik nafas dan mengeluarkan nya perlahan.
"Tuan, bukan begitu maksudku,'' dengan sedikit ragu ia pun mulai menelan udang yang sudah masuk kedalam mulutnya.
"Buka mulutnya, aku tidak ingin kau menolak nya lagi"
Dengan pasrah arandita pun membuka mulutnya, dengan sedikit rasa takut di hatinya.
"Enak sih tapi, semoga saja alergiku tidak kumat hari ini.'' Arandita mulai berdoa dalam hatinya. Kini Arandita pun mulai memakan suapan demi suapan dari Revan.
Beruntung ia tidak merasakan apapun, lalu beban kembali menyuapinya lagi. Namun setelah suapan terakhir barulah Arandita merasakan panas di tubuhnya.
Tangan Arandita merasa sangat gatal, lalu ia menggaruk seluruh tubuhnya, revan yang melihat itu sedikit panik karena melihat sekujur tubuh arandita dipenuhi oleh bintik-bintik merah.
"Apa kau alergi udang?"
Arandita hanya mengangguk sambil terus menggaruk tubuhnya yang sangat terasa gatal dan panas.
"Kenapa kau tidak bilang, kalau kau tidak bisa memakan makanan itu."
"Aku tadi sudah akan bicara, tapi kau memotong nya, dan memaksaku memakan makanan itu, kau itu menyebalkan tuan arogan." Arandita mulai memaki revan namun hanya di dalam hatinya saja, karena ia tak ingin membuat keributan di restoran itu.
Kini Revan terlihat sangat panik, saat melihat seluruh kulit arandita berubah menjadi kemerahan. Dengan cepat Revan pun langsung mengajak Arandita ke apartemen nya untuk mengambil obat alergi.
*
*
Setelah beberapa menit kemudian, Revan pun tiba di apartemennya, lalu menggendong Arandita ala bridal style. Arandita terkejut dengan perlakuan revan pada nya.
"Tuan turunkan saya, saya masih bisa berjalan sendiri."
"kau diam lah, jangan banyak bergerak!"
Arandita pun berpegangan pada revan, karena ia takut terjatuh. Setelah sampai di apartemen nya revan membuka kunci dan menurunkan Arandita di ranjang miliknya.
Revan bergegas mengambil kotak obat nya dan memberikan Arandita obat alergi miliknya.
"ini minumlah dan istirahat lah, aku tidak akan menggangumu"
"Terimakasih tuan, tapi Sepertinya aku harus pulang saja sekarang."
"Apa kau pikir, kau bisa pulang dengan keadaan seperti itu? apartemen ku hanya ada satu kamar, kau boleh memakainya aku akan melanjutkan pekerjaannya ku."
Arandita pun hanya mengangguk pasrah, karena obat yang di berikan Revan langsung membuatnya sangat mengantuk. Sedangkan Revan langsung melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Kini Arandita mulai terlelap karena pengaruh obat yang dia minum. Setelah satu jam Revan berkutat dengan pekerjaan nya, revan melihat arandita sudah terbangun.
"Apa kau sudah baikan."
"Sudah tuan, tuan boleh saya pinjam kamar mandi anda?''
Revan hanya mengangguk, dan menunjukkan letak kamar mandinya.Arandita pun berjalan sedikit terburu-buru membuat revan menggelengkan kepalanya.
Setelah beberapa menit berlalu terdengar suara benda jatuh di kamar mandi, serta teriakan Arandita yang begitu nyaring dari arah kamar mandi.
Revan terlonjak kaget dan langsung membuka pintu kamar mandi dengan cepat. Namun sayangnya pintu kamar mandi ituterkunci dari dalam.
"Apa kau baik-baik saja di dalam?" tanya Revan, namun tak ada jawaban apapun dari dalam sana.
Dengan sangat terpaksa Revan pun mendobrak pintu kamar mandinya, melihat arandita duduk di bawah lantai kamar mandi dan memegangi kakinya.
Sedangkan di luar apartemen seorang wanita paruh baya memasuki apartemen putranya, Mama Elisa memindai seluruh ruang apartemen putranya yang terlihat begitu sepi.
Namun sayup sayup ia mendengar suara aneh di kamar putranya, lalu mama Elisa pun berjalan mendekati pintu kamar dan menempelkan telinganya di daun pintu.
Terdengar seperti suara d*s**han, membuat mama Elisa merinding memegangi tangannya.
"Sepertinya aku sudah tidak asing lagi dengan suara itu." Ucap mama Elisa yang langsung kembali duduk di sofa sambil menunggu penghuni kamar itu keluar.
Bersambung
Lanjutkan