Mengubah Takdir Di Novel Kuno

Taman Istana Kekaisaran

Taman dihiasi dengan berbagai macam bunga dan diterangi gemerlap lampu. Makanan dan anggur-anggur lezat dihidangkan. Suasana elegan dan mewah tercipta di taman itu.

Namun, ada yang lebih menarik daripada dekorasi dan makanannya, yaitu para gadis yang berpakaian anggun yang berjalan-jalan di taman.

Mereka adalah putri-putri dari pejabat kekaisaran yang hari ini datang untuk mencoba peruntungan menjadi istri putra mahkota. Dandanan mereka begitu cantik, dilapisi baju-baju mahal yang berkilau.

Sedangkan para pejabat saling menyapa dan berdiskusi dalam kelompok. Sementara para wanita saling mengamati baju siapa yang paling cantik.

"Yang Mulia Kaisar, Permaisuri, dan Yang Mulia Putra Mahkota, memasuki taman," teriak salah satu penjaga.

Para tamu langsung berhenti bicara. Mereka berdiri tegak dan menunduk hormat.

Ye Qin Mo adalah Kaisar yang saat ini memimpin Kekaisaran Aglea. Ia berjalan di depan, diikuti Permaisuri dan Ye Xuan di belakangnya.

Ia memakai jubah kekaisaran berlapiskan emas. Aura kaisarnya menyebar di seluruh taman. Garis wajahnya yang kuat membuat orang-orang tahu jika dia sangat tampan sewaktu muda.

Sedangkan Permaisuri menggunakan gaun merah panjang berliriskan emas. Riasan wajahnya dilukis senatural mungkin, tak menghilangkan tampilan cerdasnya. Ia berjalan dengan anggun.

Ye Xuan sendiri memakai jubah Putra Mahkota Kekaisaran dengan mahkota yang begitu berat di kepalanya. Meski begitu, ia mampu menahan berat itu dengan postur badan tegak. Kewibawaannya terlihat dan menjadi daya tarik bagi para wanita.

"Hidup Yang Mulia Kaisar, Permaisuri, Yang Mulia Putra Mahkota!"

Semua orang berlutut.

"Kalian boleh berdiri," ucap Ye Qin Mo.

"Hari ini adalah perayaan. Kalian boleh makan dan minum sesuka hati. Jangan sungkan," ucap Ye Qin Mo lagi.

"Terima kasih, Kaisar!"

"Aku yakin semua orang sudah tahu tujuan perjamuan ini," ucap Permaisuri tersenyum anggun.

"Usia Putra Mahkota sudah cocok untuk menikah. Sekarang sudah waktunya memilih istri, yaitu Putri Mahkota," lanjut Permaisuri bicara.

Para wanita langsung malu-malu dan gembira mendengar ucapan Permaisuri. Siapa yang tidak memimpikan menjadi Putri Mahkota.

Namun, dibalik kebahagiaan para wanita itu, wajah Lin Changkong sangat suram. Ia bertanya, "Apakah Lin Feili belum datang? Kaisar dan Permaisuri sudah datang. Aku tak tahu apa yang akan terjadi karena dia terlambat."

Jika saja Lin Feili bukan mantan tunangan Ye Xuan, maka mereka tak akan ada hubungannya dengan hal ini.

"Aku tidak tahu. Sepertinya ia tidak datang," jawab Lin Yi.

"Berani sekali dia tidak datang. Ini adalah dekrit kekaisaran," ucap Lin Changkong.

Lin Feili saat ini pasti akan menjadi pusat perhatian. Jika saja Kaisar bertanya, Lin Changkong tidak tahu harus menjawab apa.

"Jenderal Lin, di mana anakmu, Lin Feili? Aku tidak melihatnya dari tadi," tanya Wei Chu.

Pertanyaan yang sejak tadi ditakuti Lin Changkong akhirnya muncul. Namun, bukan Kaisar yang bertanya, tapi Wei Chu. Ia dan Wei Chu sudah berselisih sejak lama. Jadi, Wei Chu sengaja bertanya hal ini untuk mempersulitnya.

Melihat ekspresi muram Lin Changkong, Wei Chu tersenyum lebar, "Apakah Lin Feili tidak datang hari ini?"

Orang-orang mulai memperhatikan percakapan mereka. Lin Changkong dan Wei Chu memiliki kedudukan penting di kekaisaran. Jelas saja pertengkaran mereka akan sangat menyenangkan untuk ditonton.

Namun, taman yang tadinya berisik tiba-tiba hening. Orang-orang menoleh ke arah pintu masuk taman.

Wu Yanshi menggunakan jubah perak. Wajahnya yang tampan dan sedikit pucat, tapi tetap terlihat segar di sisi lain. Walau ia duduk di kursi roda, tubuhnya begitu tegak dan ia terlihat begitu menawan. Ekspresinya begitu tenang, dan auranya yang damai begitu menghanyutkan.

Kemunculannya bagaikan kilau tercerah di malam hari, menarik perhatian semua orang.

Namun, ada yang lebih menakjubkan daripada Wu Yanshi, yaitu wanita yang datang bersamanya.

Wanita itu menggunakan gaun putih panjang. Rambutnya disanggul dengan anak rambut yang terurai menghiasi wajahnya. Ia tidak memakai riasan, tapi wajahnya yang putih merah dan bibirnya merah muda. Matanya biru secerah langit. Kulitnya terlihat mulus, hampir senada dengan gaun putihnya.

Bahkan, saat ia berdiri di samping Wu Yanshi, kecantikannya tak bisa diabaikan.

Selama ini, orang-orang selalu mengagumi ketampanan Wu Yanshi. Ia adalah pria tertampan di kekaisaran, atau mungkin di dunia. Namun, Lin Feili tetap tak kalah cantik walau berdiri di sampingnya.

"Bukankah dia Dokter Feili dari Rumah Sakit Dokter Dewata?" salah satu orang mulai mengenali Lin Feili.

Mereka mulai memperhatikan dan menyadari jika itu memang Lin Feili. Kehebatan rumah sakitnya telah menyebar di seluruh penjuru. Kehebatan pengobatannya juga belum ada yang menandingi. Tentu saja mereka semua kenal dengan Lin Feili.

Namun, mengapa ia bisa pergi bersama Wu Yanshi? Dan mengapa ia bisa datang ke perjamuan ini? Bukankah perjamuan ini khusus putri pejabat?

Sedangkan Lin Xue menatap Lin Feili dengan kebencian. Jika bukan karena dirinya, tidak mungkin Ye Xuan melakukan itu padanya. Jika bukan karena dirinya, ia tak akan menderita seperti ini.

Ye Xuan pun tak menyangka akan kehadiran Lin Feili. Ia benar-benar terpana dengan kecantikannya.

Sejak ia ditolak oleh Lin Feili, ini pertama kalinya mereka berjumpa lagi. Meski begitu, Ye Xuan tetap menyukainya. Entah karena kecantikannya atau karena obsesinya yang ditolak.

Pakaian dan semua yang melekat padanya begitu cantik malam ini. Bahkan kekagumannya terhadap para anak pejabat tadi langsung hilang seketika. Sekarang ia hanya mengagumi Lin Feili.

"Bukankah perjamuan ini untuk pemilihan Putri Mahkota? Mengapa Feili ada di sini?" tanya salah satu wanita.

Para wanita yang cemburu langsung berdiskusi. Mereka takut kalah jika dibandingkan dengan Lin Feili.

Lin Xue memanfaatkan kesempatan ini dan keluar dari kerumunan, "Feili, ini adalah jamuan untuk orang tertentu. Kau bukanlah anak dari seorang pejabat. Mengapa kau hadir si sini?"

Yang lain semakin memperhatikan kehadiran Lin Feili, Kaisar dan Permaisuri juga menyetujui fakta ini.

Namun, Lin Feili hanya tertawa dengan anggun. Ia berjalan mendekati Lin Xue dan berkata, "Kakak, apa kau tidak mengenali adikmu sendiri?"