Terpaksa Menikahi Tuan Muda Buta

"Maksudnya bagai mana sus?"Tanya Rossi penasaran.

"Dulu ada seorang perempuan yang seumuran mbak Rossi juga,dan dia memiliki penyakit jantung, namun sebelum ia meninggal ia mengatakan jika ada yang membutuhkan donor mata atau organ lain maka berikan saja, karena ia ingin meninggal kan kesan baik kepada keluarga dan membantu orang yang membutuhkan kesehatan."Ucap suster tersebut menjelaskan.

"Benar kah? Apakah organ tubuh ku juga boleh di donor kan sebelum aku meningal?"Tanya Rossi terlihat bersemangat.

Suster itu memegang tangan Rossi dan mengangguk kan kepala.

"Bisa gadis baik, namun itu tergantung keluarga mu."Ucap suster itu mengelus rambut Rossi dengan lembut.

Rossi menampilkan seutas senyum di bibirnya,ia kini merasa memiliki tujuan untuk membuat kebaikan bahkan saat ia sudah tidak berada lagi di dunia ini.

Sementara itu di sisi lain.

"Bagaimana hasil nya?"Ucap Zia memegang tangan Rafael.

"Hasil apa?"Ucap Rafael meraba-raba wajah sang istri.

"Hasil cek hari ini, apa sudah ada pendonor?"Tanya Zia lagi.

"Belum."Ucap Rafael melepaskan tangan nya dari wajah Zia.

Rafael terlihat sedih dan cemas akan keadaan nya yang seperti itu,ia takut lama-lama Zia akan bosan dan meningal kan diri nya.

"Sudah lah, jangan bersedih,aku akan selalu ada di sisi mu,kita akan sama-sama berusaha untuk kesembuhan mu."Ucap Zia yang kemudian memeluk Rafael.

Hubungan mereka kini semakin baik saja, Rafael merasa ia begitu sayang kepada sang istri, bahkan ia selalu merasa takut akan kehilangan Zia.

Seperti nya benci kini telah berubah menjadi cinta.

Dua Minggu kemudian.

"Kak."Panggil Rossi kepada Dani.

Tubuh Rossi kini semakin kurus,ia terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan wajah yang pucat pasi kondisi nya sekarang semakin memburuk.

"Iya."Jawab Dani memegang tangan sang adik sambil menyembunyikan kesedihannya.

"Boleh aku minta sesuatu?"Tanya Rossi lagi.

"Tentu."Ucap Dani menahan air matanya melihat Rossi yang sedang berusaha tersenyum di depan nya.

"Jika aku pergi,aku ingin mendonorkan organ tubuh ku kepada yang membutuhkan."Ucap Rossi dengan senyum di bibirnya.

Dani kaget mendengar ucapan sang adik,ia tidak habis fikir mengapa tiba-tiba Rossi berkata demikian.

"Apa yang kau katakan? Tidak aku tidak mengijinkan nya."Ucap Dani terlihat tidak setuju.

"Kak, aku ingin berbuat kebaikan sebelum aku meningal kan dunia ini apakah itu salah?"Ucap Rossi dengan raut wajah sedih.

"Aku bilang tidak ya tidak!"Ucap Dani yang kemudian keluar dari ruangan tersebut dengan air mata yang mulai menetes.

Rossi hanya bisa menatap punggung Doni yang berjalan keluar dari ruangan nya.

"Ma, mengapa kakak tidak mengijinkan aku untuk berbuat baik?"Ucap Rossi memegang tangan mama nya yang sedari tadi hanya diam tanpa sepatah katapun.

"Nak,kakak mu mungkin belum bisa menerima jika kau akan pergi meninggalkan nya,dia hanya emosi,biar mama yang bicara pelan-pelan kepada nya nanti."Ucap mama Rita memegang tangan sang putri.

Jujur saja mama Rita juga tidak setuju dengan permintaan Rossi namun ia bisa mengalahkan rasa egois dan kesedihan nya, menuruti keinginan Rossi akan membuat nya bahagia dan seorang ibu akan melakukan apapun demi kesenangan anak nya,jika itu permintaan terakhir dari Rossi maka ia akan setuju.Dia juga berfikir setidaknya Rossi tidak benar-benar meningal kan dirinya dengan organ nya berada di tubuh orang lain.

Dani Duduk di kursi taman rumah sakit, menutup wajah nya dengan kedua tangan, pikir nya kini berkecamuk dan hatinya terasa di tusuk beberapa anak panah yang tajam.

Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan mata yang sayu.

Sangat jelas di ponsel tersebut masih terlihat foto dirinya dan Zia yang mengunakan seragam SMA.

"Mengapa kau meninggalkanku?"Ucap Dani mengusap layar ponsel nya dengan air mata yang mulai menetes.

Namun tiba-tiba Dani teringat akan suami Zia ya itu Rafael yang tidak bisa melihat.

Dari sini timbul lah akal jahat Dani yang mulai merencanakan sesuatu.

Memang benar kata orang cinta akan membuat orang menjadi gila dan tidak berfikir dengan baik atas apa dan bagaimana caranya bertidak waras.

"Lihat saja, bagaimana aku akan mengambil mu kembali dari laki-laki itu."Ucap Dani sambil tersenyum miring.

Dani pun kembali masuk ke dalam rumah sakit dan menghampiri Rossi yang sedang duduk termenung di tepi jendela ruang rawat nya dan menatap kosong arah luar jendela.

"Rossi."Pangil Dani memegang pundak Rossi.

"Iya kak."Ucap Rossi menoleh menatap Dani.

"Kau benar akan perkataan mu tadi?"Ucap Dani duduk di kursi di samping Rossi.

Rossi mengganguk pelan karena ketakutan.

"Baik lah,aku menyetujui permintaan mu."Ucap Dani lagi.

"Benar kah?"Ucap Rossi terlihat senang.

"Kau bahkan sangat terlihat bahagia untuk melakukan ini."Batin Dani tidak tega.

Sementara itu mama Rita menjadi aneh melihat Dani yang awalnya tidak setuju kini menjadi setuju bahkan ia belum sama sekali membujuk Dani.

"Iya benar."Jawab Dani yang kemudian menarik Rossi ke dalam pelukannya.

"Terima kasih kak, setidaknya aku tidak benar-benar pergi dari sisi kalian,dari dunia ini."Ucap Rossi memeluk erat Dani.

Dani mengangguk kan kepala nya, berat hati untuk melakukan itu semua namun ia berusaha tegar dan masih ada sesuatu yabg harus ia ambil kembali.

Rossi pasti akan sangat bahagia jika ia kembali bersama dengan Zia karena Rossi sangat menyukai Zia dan berharap Dani bisa menikah dengan Zia.

Beberapa menit kemudian Dani pun kembali keluar dari rumah sakit tersebut.

Ia mengambil ponsel nya dan menelpon Zia mengunakan nomer lain.

"Lihat saja bagaimana aku menghancurkan laki-laki yang telah berani mengambil wanita ku."Gumam Dani yang kemudian menelpon Zia.

Call on

"Hallo."Ucap Dani dengan senyum di bibirnya.

"Iya, ini siapa?"Ucap seorang wanita di sebrang telpon yang tentunya Dani mengenal suara tersebut.

"Ini aku,Dani."Ucap Dani.

"Da-Dani,ada apa?"Ucap Zia memelan kan suaranya.

"Temui aku di restoran *****."Ucap Dani yang kemudian langsung mematikan telepon secara sepihak.

Call off.

"Ada apa? Hallo, hallo."Ucap Zia yang tidak menyadari bahwa telpon itu tidak lagi terhubung.

Zia melihat layar ponsel nya dan ia baru menyadari ternyata Dani sudah mengakhiri telpon tersebut.

"Ada apa?"Ucap Rafael yang tiba-tiba berdiri di belakang Zia dengan tongkat nya.

Zia membalikkan badan nya menatap Rafael, ia kaget dan khawatir jika Rafa mendengar ia bertelepon dengan Dani.

Ia tidak ingin suaminya menjadi salah paham akan hubungan nya dengan Dani yang memang sudah berakhir.

Bersambung