Bagaimana jadinya jika seorang lelaki muda, tampan yg sebelumnya tidak pernah memiliki rasa ketertarikan kepada para wanita yang ada di sekitarnya, justru tertarik pada seorang wanita yang akan menjadi ibu tirinya?
Ya, lelaki yang memiliki nama lengkap Antonio Robert itu memang lah tampan, ia tinggi dan tentunya ia juga kaya raya karena memiliki seorang ayah pemilik pabrik makanan olahan yang merknya sudah sangat terkenal. Banyak gadis-gadis di kampusnya tertarik padanya, namun sayang hingga semester akhir Nio berkuliah di kampusnya, tak pernah ada satu wanita pun yang membuatnya tertarik. Dan tak di sangka, ia justru langsung terpikat pada pandangan pertama dengan seorang wanita yang di kenalkan oleh ayahnya sebagai calon ibu tirinya.
Rena, begitu lah namanya biasa disebut, wanita yang memiliki paras cantik menggoda, memiliki bibir yang terlihat begitu merekah, serta bentuk tubuh bak gitar spanyol hingga tak ada alasan bagi kaum adam untuk tidak menyukainya. Keramahan Rena pada Nio, nyatanya berhasil membuat Nio semakin tergila-gila padanya, bahkan ketika Rena resmi menjadi ibu tirinya, perasaan Nio tak kunjung pudar, justru semakin menjadi-jadi sejak mereka tingga bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisha A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman tak di undang
Setelah selesai makan malam, Nio pun memutuskan untuk langsung naik ke kamarnya. Namun saat baru saja sebelah kakinya mulai menapaki anak tangga, langkahnya seketika dibuat terhenti saat ia mendengar suara bel yang berbunyi nyaring.
*Tingtong*
"Siapa itu?" Tanyanya dalam hati sembari melirik ke arah pintu utama rumahnya.
"Biar bibi buka dulu mas." Ucap bi Inah yang langsung menghentikan segala aktivitasnya di dapur dan langsung beralih menuju pintu.
Nio pun hanya mengangguk pelan dan memilih berdiri tenang di tempatnya untuk mengetahui siapa gerangan tamu yang datang ke rumahnya.
"Eh hai bi." Sapa salah seorang pemuda.
Pemuda itu tak lain tak bukan ialah Rio, teman akrab Nio di kampus, ia tentu tidak datang sendiri, melainkan datang berdua bersama dengan Aldy yang juga akrab dengan Nio.
"Mas Rio, mas Aldy?!"
"Hehe iya bi, Nionya ada bi?" Tanya Aldy.
"Oh ada mas, ayo silahkan masuk." Bi Inah dengan sangat ramah pun langsung mempersilahkan mereka untuk masuk.
Dengan senyuman, Rio dan Aldy pun langsung masuk begitu saja tanpa rasa segan, mengingat jika mereka memang sudah sering berkunjung ke rumah Nio sebelumnya,
"Tunggu sebentar saya panggilkan mas Nio nya dulu."
"Iya bi, terima kasih." Rio pun tersenyum lebar.
Dengan cepat bi Inah langsung melangkah cepat untuk menghampiri Nio yang masih berdiri di dekat tangga.
"Siapa yang datang bi?" Tanya Rena yang tiba-tiba saja sudah muncul dari belakang Nio sembari menuruni anak tangga dengan pelan.
Hal itu pun sontak membuat Nio terkejut dan langsung membalikkan badannya ke arah Rena. Kala itu, Rena nampak sangat anggun seperti biasa dengan rambut panjangnya yang kala itu ia biarkan terurai. Bajunya pun terlihat sudah ia ganti dengan baju kimono berbahan sutra, berwarna hitam yang panjangnya di atas lutut.
Hal itu membuat jantung Nio yang melihatnya untuk kesekian kalinya sontak dibuat bergetar, sejak awal mengenal Rena, jantung Nio sangat sering berdegub hebat, sungguh perasaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah ia rasakan sebelumnya pada wanita lain,
"Oh itu bu, ada teman-temannya mas Nio bu yang datang."
"Temanku? Siapa bi? Rio? Atau Aldy?" Tanya Nio sembari mengerutkan dahi.
"Dua-duanya mas hehe." Jawab bi Inah sembari tersenyum.
"Astaga!! Untuk apa mereka datang kesini malam-malam begini?" Celetuk Nio pelan.
Namun meski mengatakannya dengan suara pelan, Rena dan Bi Inah tentu masih bisa mendengar dengan jelas ucapan Nio itu.
"Temanmu datang bertamu kenapa malah begitu, ayo segera temui mereka!" Ucap Rena pelan.
Saat itu Nio masih saja diam, raut wajahnya terlihat jelas jika saat itu ia sangat malas untuk menemui kedua temannya itu.
"Sudah, ayo lah! Mereka temanmu kan? Tidak boleh begitu! Nanti akan ibu buatkan minuman dan cemilan untuk kalian." Tambah Rena lagi yang mencoba tetap bersikap baik pada anak sambungnya itu.
Nio pun menghela nafas berat, lalu mulai ingin melangkah menuju ruang tamu, namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, kedua temannya itu pun sudah datang menghampirinya.
"Astagaa disini kau rupanya hehehe." Celetuk Aldy dengan santainya.
"Kaliann! untuk apa datang kesini malam-malam?" Tanya Nio lagi,
"Hah?! Apa aku tidak salah dengar? Bukankah sebelumnya kami juga sering datang malam hari? Bahkan sering menginap disini." Tambah Rio yang merasa heran sembari tertawa geli.
"Eeemm iya aku tau, tapi..." Nio pun terlihat sedikit gelagapan.
"Hei bro, ada apa denganmu? Apa kau mulai bosan berteman dengan kami ha?" Aldy pun mulai menatap Nio dengan tatapan yang sedikit aneh.
Mendengar hal itu, Rena yang merasa sebagai ibu sambung Nio pun berniat ingin membela anaknya.
"Mungkin yang Nio maksud bukan seperti itu. Kita semua tau jika Nio baru sembuh dari sakit, bahkan mungkin bisa di katakan belum terlalu sembuh. Jadi bisa jadi dia berkata seperti itu karena dia merasa masih belum terlalu pulih, jadinya ia masih ingin lebih banyak beristirahat dan tidak bisa bergadang seperti biasa." Jelas Rena dengan sangat lembut sembari tersenyum.
Nio yang mendengar hal itu pun seketika langsung melirik ke arah Rena sembari bergumam dalam hati,
"Apa dia sedang berusaha membelaku di depan mereka?" Gumam Nio dalam hati.
"Oh hai tante, aku baru sadar kalau ternyata ada tante juga disini hehehe." Ucap Aldy yang langsung tersenyum sembari membungkukkan singkat badannya.
"Hai,,, eemm siapa namamu?"
"Aldy tante hehe."
"Oh hai Aldy,"
"Maaf tante sudah mengganggu malam-malam begini hehehe." Tambah Rio yang ikut tersenyum kikuk pada Rena.
"Eeemm tidak apa-apa namanya juga anak laki-laki, wajar saja. Oh ya, kalau kamu, siapa namanya?"
"Rio tante."
"Oh Rio, ok." Rena pun kembali tersenyum lebar.
"Baik lah, kalau begitu kalian boleh lanjut, tante mau ke dapur dulu ya." Rena semakin melebarkan senyumannya dan kemudian langsung beranjak pergi meninggalkan mereka semua yang masih berdiri pada tempatnya.
"Kalau begitu, bibi juga izin mau lanjut cuci piring lagi mas." Tambah bi inah.
"Iya bi." Jawab Nio sembari mengangguk pelan.
Sementara Rio dan Aldy, saat itu mereka justru terlihat masih melongo memandangi kepergian Rena yang kala itu memang sangat cantik dan harum. Bahkan aroma wangi tubuhnya masih bisa tercium meski ia sudah cukup jauh dari mereka.
"Heh!! Apa yang kalian lihat?!" Ketus Nio tak senang.
"Lihat lah ibu tirimu Nio, benar-benar ibu idaman." Gumam Rio yang masih saja memandangi punggung Rena tanpa berkedip.
"Ya, wanita semuda itu rasanya sulit untuk di panggil tante, lebih cocok di panggil sayang hehehe." Sambung Aldy yang kembali terkekeh.
Nio yang mendengar hal itu pun semakin di buat tak senang, hingga membuatnya langsung saja menarik baju kedua temannya itu untuk menuju ke kamarnya.
"Jaga mulut kalian! Ayo kita ke kamarku saja!"
Nio pun membawa paksa kedua temannya itu ke dalam kamar, dengan tujuan agar mata kedua temannya itu tidak terus-terusan menatap mesum ke arah Rena, wanita yang ia cintai.
"Astaga!! Kenapa kau membawa kami kesini? Kenapa kita tidak duduk di ruang tengah saja?" Tanya Aldy.
"Atau bisa juga di meja makan, biar bisa terus memandangi tante cantik wkwk." Sambut Rio yang kembali terkekeh.
"Diam!" Ketus Nio.
"Kalian sadar tidak kalian sedang membicarakan siapa??? Ibu tiriku!!"
"Eeemm iya, iya maaf deh." Ucap Aldy sembari mulai duduk di sebuah sofa yang ada di sudut kamar Nio.
"Tapi Nio, bagaimana kau bisa biasa saja saat mendapat ibu tiri semuda dan se seksi itu? Bagaimana kau bisa biasa saja saat tinggal satu atap dengan wanita semenarik itu?" Tanya Rio yang mulai bertanya-tanya pada Nio.
...Bersambung......