Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan
Erina masih geleng-geleng tak habis pikir, karna melihat puluhan box sepatu baru yang sudah menumpuk di sudut rumahnya.
Kenapa Tuan Arga begitu gampang membuang uang untuk hal yang tak berguna seperti ini. Seharusnya kan tak perlu sebanyak ini. Sungguh menyebalkan sekali.
Erina menggerutu dalam hati.
"Kamu suka istriku? " suara Arga mengejutkan Erina.
"Tapi kalau sebanyak ini, rasanya berlebihan sekali honey. " Erina masih sedikit kesal. Erina teringat sesuatu. "Oh ya honey, hari ini aku ingin pergi ke suatu tempat yang sudah lama tak aku kunjungi. Boleh ya? " Pinta Erina. Erina memegang tangan Arga. Berharap suaminya tidak ingkar janji atas ucapannya yang mengijinkan Erina pergi kemanapun dia suka, waktu makan siang di mall itu.
"Memangnya kamu mau kemana? " Arga melingkarkan tangannya di bahu Erina.
Erina masih ragu untuk mengatakannya.
"Kalau kamu tidak mau mengatakannya, tidak akan aku ijinkan. " ucap Arga tegas.
"Mau ke panti asuhan honey. " Erina berkata lirih. "Boleh ya? " Tersenyum manis memandang Arga. Membuat Arga gemas melihatnya.
Arga sempat terdiam sesaat. Dan akhirnya mengiyakan keinginan Erina.
"Baiklah, pergilah nanti minta antar pak Yan. " ucap Arga
"Terimakasih honey. Oh ya, satu lagi boleh? " Erina merengek lagi.
"Wah, hari ini kamu banyak permintaannya ya!" Arga mencubit hidung Erina.
"Gak boleh ya? " Erina tampak murung.
"Apa permintaan mu? " sambil meraih tangan Erina.
"Mm, sepatu ini kan ada puluhan. Dan aku tak mungkin memakai semuanya kan honey, boleh tidak aku bawa beberapa untuk anak-anak di panti asuhan? " kata Erina
Daripada tidak bermanfaat, lebih baik aku kasihkan kepada anak-anak yang ada di panti asuhan. Pasti mereka senang sekali.
Erina sudah membayangkan wajah-wajah ceria anak-anak panti asuhan.
"Boleh, jika itu membuat mu bahagia. Lakukanlah sayang. " Arga tersenyum karna istrinya mempunyai hati yang sangat mulia.
"Ah, terimakasih suamiku. " Erina mencium pipi Arga karena saking senangnya.
Arga terkejut kemudian jarinya menunjuk bibirnya sendiri. "Ini? " ucap Arga.
Erina yang berada sangat dengan Arga langsung menutup wajah karna malu. Arga memegang tangan Erina dan menurunkannya.
Diraihnya dagu Erina, dikecup pelan bibir merahnya. "Aku mencintaimu. " lirih suara Arga dan kembali mencium bibir Erina dengan lembut.
Erina seperti terbang tinggi ke tempat yang sangat indah. Erina merasa benar-benar menjadi seorang putri yang sangat dicintai oleh sang pangeran.
Arga menghentikan ciumannya. "Apa kamu mencintaiku? " goda Arga kepada Erina. Erina yang masih terpejam merasakan ciuman hangat suaminya. Langsung tersadar.
"Aaa.. ku, aku malu. " Erina kembali menutup wajahnya, kali ini Arga benar-benar semakin gemas melihat tingkah Erina.
"Kamu ya!" Arga memeluk tubuh Erina erat lalu memangku Erina. Kini tubuh Erina sudah berada di atas pangkuan Arga. Arga kembali mencium bibir Erina, kali ini semakin liar. Membuka kancing Erina satu persatu dan membenamkan wajahnya di dada Erina.
"Honey hentikan, nanti bibi Mar melihat kita. " Erina mencoba menghentikan Arga.
"Biarin, paling bibi Mar hanya melihat sebentar lalu pergi. " Arga tak menghiraukan ucapan Erina.
"Honey sudah, aku masih datang bulan!" Erina sedikit berteriak.
Arga langsung terdiam, memandang Erina yang bajunya sudah terlepas dari tubuhnya. Entah dimana Arga melemparkan baju Erina. Arga melepas kemeja yang dipakainya dan memakaikan di tubuh Erina yang hanya tertutup di bagian dada oleh bra berwarna putih. Pipi Erina tampak merona merah karna melihat dengan jelas dada bidang suaminya.
Wajah Arga tampak sedikit kecewa.
"Honey, kamu tidak apa-apa kan? " Erina merasa bersalah
Kenapa jadi aku yang merasa bersalah, yang memulainya kan dia. Tapi kenapa dia tampak sangat kecewa.
Erina bertanya-tanya
"Datang bulan harus selama ini ya? " ucap Arga sedikit kesal.
Ini kan baru empat hari, kan memang normalnya lima hari sampai satu minggu. Da**sar mesum**!!
Erina mengumpat dalam hati.
"Biasanya satu minggu hun. " jawab Erina
"Apa? Kenapa selama itu?" Arga tampak semakin kesal.
"Ya, normalnya memang begitu honey. " ucap Erina lirih, takut suaminya semakin kesal.
"Apa setiap bulan kamu akan kedatangan bulan? " Arga menatap Erina.
Apaan si, kedatangan bulan? Kenapa kalimat nya terdengar aneh ya!
Gumam Erina.
"Iya honey, selama belum ada tanda-tanda hamil. Aku akan datang bulan setiap bulannya. " Erina mencoba menjelaskan.
"Apa kamu juga akan merasakan nyeri seperti waktu itu setiap kali kamu datang bulan? " wajah Arga berubah menjadi khawatir.
Erina terdiam, bingung bagaimana menjelaskan kepada suaminya.
"Kamu tenang ya istriku, aku akan selalu ada disampingmu. Kekuatan cintaku padamu akan menyembuhkan segala sakit di tubuhmu. Seperti waktu itu! " Arga tersenyum dengan bangga.
Ah, aku sekarang benar-benar menyesal karna kalimatku waktu itu. "Kekuatan Cinta". Erina
Erina hanya tersenyum menanggapi perkataan suaminya.
"Eh, kamu tadi bilang kalau hamil bakal berhenti datang bulan kan? Kalau begitu kamu akan kuhamili secepat nya, biar kamu tidak merasakan nyeri datang bulan lagi. " Arga tersenyum penuh kemenangan.
"Apaan si. " Erina tampak malu dengan kalimat suaminya.
Aku ternoda oleh kata-katamu Tuan Arga.
Gumam Erina.
***
Erina sudah sampai di tempat panti asuhan. Tempat yang dulu sering di kunjungi waktu masih kuliah, tempat dimana dia sering ditemani Bima untuk berkunjung kesini.
Erina hanya menghela napas panjang, dan membuang jauh pikiran tentang Bima.
Karna hari ini hari biasa, jadi panti terlihat sepi karna anak-anak masih pergi ke sekolah.
"Erina." Sapa seorang ibu paruh baya.
"Bu Nani. " Sapa Erina dan segera mencium tangan bu Nani.
Bu Nani adalah pemilik dan pengasuh di panti. Bu Nani sudah menganggap Erina seperti anaknya sendiri.
"Sudah lama sekali kamu tidak kesini, pasti sekarang kamu sangat sibuk ya?" kata bu Nani.
"Iya bu, maaf. Saya masih belum sempat untuk berkunjung kesini. " jelas Erina.
"Tidak apa-apa, ini sekarang kamu sudah mengunjungi ibu. Sudah mengobati rindu ibu padamu." bu Nani tersenyum dan menepuk pelan bahu Erina.
"Oh iya, nak Bima bagaimana kabarnya? " tanya bu Nani.
"Saya sudah putus sama Bima bu. Oh ya, sekarang saya juga sudah menikah. " kata Erina dengan wajah ceria.
"Oh ya, wah. Selamat ya, kamu bahkan lupa untuk mengundang ibu ya. " goda bu Nani.
Maaf ya bu, karna dulu pernikahan ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pernikahan tanpa dilandasi cinta pada awalnya.
Erina tersenyum mengingat kejadian pernikahan nya. Kini Erina benar-benar merasa sangat bahagia.
"Maaf bu, karna pernikahan nya sangat sederhana. Jadi tak sempat mengundang bu Nani. " Erina mencoba menutupi.
"Tidak apa-apa. Melihat kamu bahagia saja ibu sudah ikut bahagia. " kata bu Nani.
"Oh ya bu, saya ada sedikit oleh-oleh untuk ibu dan anak-anak." Erina meminta tolong pak Yan untuk mengeluarkan barang yang sengaja dibelinya terlebih dahulu sebelum datang ke panti asuhan untuk oleh-oleh.
"Wah, banyak sekali Erin?" bu Nani kaget dengan banyaknya barang yang diturunkan oleh pak Yan.
"Tidak apa-apa bu. Oh ya, saya juga tadi sebelum kesini sudah menstransfer sejumlah uang untuk membantu biaya anak-anak sekolah. " jelas Erina.
Bu Nani menitikkan airmata terharu dan sungguh berterimakasih atas bantuan yang diberikan Erina. "Terimakasih ya Erina. Semoga rejekimu semakin diluaskan. " ucap bu Nani dengan tulus dan memeluk Erina
"Aamiin, iya bu sama-sama. " Erina membalas pelukan bu Nani.
***
Suasana di kantor Arga.
"Tuan, nona Erina baru saja menggunakan kartu kreditnya untuk menstransfer sejumlah uang untuk panti asuhan XX. Dan memang sebelum menikah nona Erina sudah rutin membantu di panti Tuan." kata pak Sam.
Arga tersenyum mendengar laporan pak Sam.
Erina ternyata sangat bijak menggunakan kartu kredit yang aku berikan.
Arga merasa sangat bangga dengan Erina.
"Pak Sam, jadwalkan secara rutin untuk bantuan panti asuhan yang di datangi Erina hari ini dan juga untuk panti asuhan yang ada di sekitar lokasi kantor. " ucap Arga.
"Baik tuan. " pak Sam menganggukkan kepala.
***
"Erin, sebentar sepertinya ada tamu yang datang. " bu Nani melihat mobil berhenti di parkir sebelah mobil Erina.
Erina yang sudah hafal mobil suaminya tampak sangat terkejut.
Arga dan pak Sam turun dari mobil menganggukkan kepala kepada bu Nani. Erina masih mematung tak percaya bahwa yang di hadapannya adalah suaminya.
"Selamat sore bu, saya Arga suami Erina. " Arga memperkenalkan diri kepada bu Nani.
"Oh, maaf saya tidak tahu kalau anda suami Erina dan Erina tadi juga tidak bilang kalau suaminya akan datang juga kesini. " ucap bu Nani melirik Erina dan tersenyum.
"Tidak bu, Erina juga tidak tahu kalau saya akan kesini. " jelas Arga
"Oh jadi, ini semacam kejutan untuk Erina. " bu Nani mulai mengetahui tujuan Arga datang ke panti asuhan.
Erina mulai tersadar dan memandang Arga sedikit heran.
Arga mendekati Erina. "Apa kamu benar-benar terkejut sayang? " Arga tersenyum memandang Erina. Erina hanya memukul bahu Arga pelan.
Mobil box berhenti di depan rumah panti. Seseorang turun dari mobil dan mendekati pak Sam. Pak Sam memberikan instruksi untuk menurunkan semua barang di dalam rumah. Bu Nani yang masih bingung karna begitu banyak barang yang diturunkan. Hanya bisa terdiam mematung. Puluhan kantong beras, minyak goreng dan sembako lainnya.
"Untuk kebutuhan di panti asuhan, jika masih kurang atau habis nanti akan dikirim lagi. " jelas Arga kepada bu Nani yang masih terheran-heran. Begitu juga Erina yang tak kalah heran dengan bu Nani.
Selesai bercengkrama dengan bu Nani. Melepas rindu dengan bu Nani dan anak-anak panti asuhan. Erina dan Arga pamit pulang kepada bu Nani.
"Terimakasih banyak atas bantuan Tuan Arga dan nak Erina. Semoga kalian berdua selalu diberikan kebahagiaan yang tak terhingga. " Doa bu Nani terdengar sangat menyentuh untuk Erina. Erina meneteskan airmata haru.
"Sama-sama bu, kami pamit pulang dulu. Nanti kalau ada waktu, saya akan berkunjung lagi. " Erina dan Arga berlalu meninggalkan bu Nani dan anak-anak asuhnya.
***
Erina berada satu mobil dengan Arga.
"Apa kamu senang hari ini? " tanya Arga sambil memandang wajah Erina
"Iya honey, aku sangat senang sekali. Terimakasih ya. " Lagi-lagi Erina kembali menangis haru. Sangat bersyukur karna telah menjadi seorang istri Tuan Muda yang sangat baik hati.
"Iya sayang. " Arga tersenyum mengecup kening dan memeluk istrinya.
Terima kasih, kamu telah mengajarkan aku banyak hal.
Arga bersyukur dalam hati.
Bersambung
Terimakasih atas dukungannya para readers.
Jangan lupa coment, like + vote ya🥰😍