Keikhlasan Hati Anita

***

Malan menjemput pagi mengantarkan semua insan yang masih tertidur untuk segera bangkit menyambut hari dengan semangat tetapi hal itu tak berlaku bagi seorang Anita yang harus meninggalkan rumah serta orang orang yang yang ia sayangi, bukan masalah kemewahan yang akan segera ia tinggalkan tapi rumah itu menjadi saksi bisu atas perjuangannya selama ini.

Akan tetapi nasi sudah menjadi bubur kini semua tinggal kenangan ia harus kalah oleh keadaan, tak ada alasan lagi dirinya untuk bertahan sedangkan orang yang selama ini ia pertahankan telah menyuruhnya pergi dari kehidulannya.

Apalah daya Anita hanya manusia biasa yang berusaha tegar walau tak menutup kemungkinan bahwa ia benar benar terluka.

Dengan hati yang berat ia melangkahkan kaki menuruni anak tangga dengan menarik sebuah koper ditangannya dan satu tas selempang di bahunya.

Disana sudah ada para pelayan yang akan mengantarkan kepergiannya.

Diruang tamu

Saat telah sampai pada anak tangga yang terakhir ia disuguhkan dengan pemandangan haru.

Semua penghuni rumah nampak disana terkecuali dengan tuan rumahnya yang tak lain adalah Danil, bahkan untuk menyaksikan kepergian Anita saja ia tak ingin mungkin saat ini ia sedang merayakan kepergian Anita.

"Nak".Panggil bi Sumi yang sudah tak sanggup menahan air matanya.

"Bibi...Aku akan merindukan kalian semua..aku titip mas Danil ya".Sambut Anita berlari kepelukan bi Sumi kemudian menatap para pelayan yang ada disana.

"Kamu yang sabar ya nak...suatu saat nanti kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu".Tutur bi Sumi lagi

Anita yang mendengar itu hanya bisa mengangguk.

Semua yang ada disana menitikkan air mata, mereka seakan tidak menyangka ia harus kehilangan majikannya yang sangat baik.

"Mungkin tempatku bukan disini bi..makanya aku harus pergi".Ucap Anita lagi sambil menangis

Bi Sumi hanya mampu memeluk erat tubuh mungil Anita seakan menyalurkan kekuatan kepada wanita yang sudah ia anggap anak itu.

Setelah lama saling memeluk Anita beralih kepada pelayan yang lainnya, Anita memeluk satu persatu para pelayan disana kecuali dengan pelayan laki laki hanya sebatas menyalami saja.

Banyak ucapan semangat yang Anita dapat dari masing masing pelayan yang ia peluk, Anita hanya mampu mengangguk berat dengan air mata yang masih terus menetes.

"Terima kasih semuanya karena selama Anita disini kalian selalu baik sama Anita..terima kasih sekali lagi".

"Anita akan selalu merindukan kalian".

"Sama sama nak..kami juga akan selalu merindukanmu".Balas bi Sumi mewakili.

"Sering seringlah hubungi bibi nak kalau kamu butuh tempat cerita".Lanjutnya bibi dengan mengusap lembut air mata Anita.

"Iya bi terima kasih ya".Lagi lagi tangis Anita pecah memeluk bi Sumi.

Setelah beberapa saat melakukan salam perpisahan kini saatnya dengan berat hati Anita melangkahkan kaki keluar dari rumah itu.

"Aku pamit yaa..Assalamualaikum".Pamit Anita sebelum benar benar melangkah keluar.

"Hati hati nak..jaga diri kamu baik baik".Balas bi Sumi dan berhasil membuat Anita kembali menoleh.

Dengan senyum terpaksa sambil mengaggukkan kepala mengisyaratkan bahwa ia akan baik baik saja.Menatap seluruh isi ruangan itu kemudian ia kembali melangkahkan kaki melewati pintu utama.

Semua yang ada disana mengantar kepergian Anita sampai di depan pintu, kecuali dengan mang Dimang yang membantu membawa koper Anita.

Hingga sampai di depan gerbang ia kembali di sambut oleh pak satpam.

"Aku pamit ya pak".Pamit Anita menyalami pak Asep selaku satpam disana.

"Hati hati ya non".Balas pak Asep.

Setelah mengagguk mengiyakan Anita kembali melanjutkan langkahnya melewati pintu gerbang diikuti oleh mang Dimang.

Didepan sudah ada taxi yang menunggunya karena sebelumnya ia sudah memesan taxi.

"Makasih yang mang".Ucap Anita setelah mang Dimang memasukkan kopernya di bagasi mobil.

"Sama sama non..hati hati ya".Balas mang Dimang.

Mobil taxi melaju membawa Anita dengan rasa sakitnya meninggalkan tempat yang selama ini menjadi tempat perjuangannya.

Di dalam mobil

"Kejalan XX ya pak".Ucap Anita memberitahu.

"Baik bu".

Hanya ada keheningan dalam perjalanan Anita hanya diam menatap kosong keluar jendela, bahkan air mata saja tak mampu mengisyaratkan betapa hancurnya hati Anita saat ini.

Ting ting ting

Suara pesan masuk membuyarkan lamunan Anita.

"Kamu sekarang dimana nit".Isi pesan dari Arum menanyakan keberadaan Anita.

Arum memang belum mengetahui bahwa Anita dan danil telah berpisah.

"Aku lagi dijalan menuju ke toko..kamu lagi di toko kan".Balas Anita.

"Ohh yaudah kalau gitu aku tunggu ya".

"Iya".Balas singkat Anita kemudian kembali memasukkan handpone ke dalam tasnya.

Beberapa menit kemudian mobil yang membawa Anita telah berhenti tepat di depan toko Az zahrah.

"Sudah sampai bu".Ucap supir taxi.

"Ohh iya..ini pak".Menyerahkan uang.

Setelah turun segera Anita mengambil kopernya yang dibantu oleh pak supir.

Sedangkan Arum yang kebetulan keluar membuang sampah dibuat heran dengan Anita yang membawa koper besar.

"Lho lho lho..kamu mau nginap disini nit?".Cerocos Arum melihat Anita menarik koper.

Anita mendongak melihata Arum telah berada di depannya.

"Nanti aku jelaskan Rum tapi sekarang biarkan aku masuk dulu".Timpal Anita datar.

Arum yang melihat itu semakin dibuat heran dengan sikap Anita yang biasanya ceria tapi sekarang seperti tak punya semangat hidup.

Ditempat Danil

Disebuah apartemen yang terdapat dikawasan elit disana Danil dan Jessica tampak bahagia tanpa memikirkan ada hati yang terluka karena ulah mereka.

"Jadi kamu sudah mentalak istri kamu itu".Tanya Jessi memeluk manja lengan Danil.

"Mantan istri".Ucap Danil seakan tidak terima dengan ucapan Jessi".

"Iya maksudku mantan istrimu itu".

"Aku sedang mengurus surat perceraian kami".Kata Danil

"Jadi kapan kamu akan menikahiku sayang".Ucap manja Jessi.

"Setelah perceraianku dengan Anita selesai aku akan segera menikahimu".Jawab Danil.

Kembali ke tempat Anita.

Saat masuk dalam dengan Arum yang selalu mengekor dibelakang.

Setelah dirasa telah menutup pintu tiba tiba Anita berhambur kepelukan Arumi.Arum yang mendapat serangan itu sedikit terlungkai kebelakang tapi dengan segera ia mengendalikan dirinya.

Arum yang merasakan tubuh Anita bergetar menebak bahwa sahabatnya itu tengah menangis.

Memberi ruang untuk Anita menumpahkan kesedihannya dalam pelukannya walau tak dipungkiri banyak pertanyaan dalam benaknya mengenai Anita.

.

.

.

.

Segitu dulu ya ceritanya nanti kita lanjut pada episod selanjutnya.

HAPPY READING.

Assalamualaikum💚