Balas Dendam Istri Yang Dikhianati

"Mas, makanannya udah datang, kamu makan dulu. Apa masih sibuk?" tanya Lisa.

"Kamu masuk aja, kita makan dulu. Aku butuh banyak asupan tenaga, Sayang. Anak buahku belum bisa menemukan Aira," jawab Irwan.

Lisa langsung masuk ke dalam ruangan Irwan sambil membawa makanan. "Terus gimana dong? Kamu harus siapin uang banyak dong Mas sebelum ditendang dari perusahaan ini."

"Aku juga berpikir gitu, Sayang. Tapi aku juga takut kalau tim audit tiba-tiba melacak dan aku bakalan di penjara karena korupsi," ucap Irwan dengan bimbang.

"Tapi aku nggak akan ikut dipecat kan dari kantor ini?" tanya Lisa.

"Kalau itu sih aku juga nggak tau, Sayang. Keputusan ada di tangan CEO yang baru nanti. Setelah kamu mual waktu itu, sepertinya nggak akan ada lagi yang mau memperkerjakan kamu. Mereka tau kalau kamu Hamis anak aku," jawab Irwan.

"Udahlah kita makan aja. Mikirin hal itu cuma buat aku pusing aja," ucap Lisa langsung membuka kotak makanannya dan langsung memakannya. Begitu juga dengan Irwan.

"Pokoknya kamu harus tanggung jawab sama aku dan hidup anak kita kedepannya, Mas. Aku nggak mau hidup miskin," ucap Lisa.

*****

Pak Agam segera membuka email yang dikirimkan oleh Dokter Virgo. Ia sedang membaca dengan sangat teliti satu persatu, hingga matanya membola setelah melihat kata HIV AIDS yang cukup besar.

Dengan cepat Pak Agam menghubungi Dokter Virgo. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilan pun terhubung.

"Apa Dokter yakin jika ini hasil cek pemeriksaan saya hari ini?" tanya Pak Agam memastikan.

"Dengan berat hati saya harus mengatakan iya, Pak. Karena Pak Agam mengidap penyakit mematikan itu. Saya sebenarnya tidak enak untuk mengirimkannya lewat email tadi, tapi karena tidak ingin membuat Pak Agam menunggu, akhirnya segera saya kirimkan," jawab Dokter Virgo.

"Tapi bagaimana mungkin, Dok? Selama ini hasil pemeriksaan saya selalu sehat saja, kan?" tanya Pak Agam yang tidak percaya dengan hasilnya.

"Itu juga yang saya tidak mengerti, Pak. Bukan maksud lancang, tapi sepertinya mungkin Bapak berhubungan dengan seseorang yang memiliki penyakit itu. Hingga akhirnya Bapak tertular," jawab Dokter Virgo yang berusaha untuk tetap tenang agar Pak Agam tidak curiga.

"Apa tidak ada pengobatan yang paling ampuh agar saya sehat kembali?" tanya Pak Agam.

"Sampai sekarang ilmu kedokteran belum menemukan obatnya hingga sembuh, Pak. Namun, HIV dapat ditangani dengan terapi antiretroviral dan obat-obatan seumur hidup. Dengan pengobatan rutin, gejalanya dapat berkurang dan kualitas hidup penderitanya dapat terjaga," jawab Dokter Virgo.

"Kapan kira-kira saya bisa langsung melakukan pengobatan, Dok?" tanya Pak Agam.

"Lebih cepat lebih baik, Pak. Kalau bisa kurangi jajan sembarangan yang akan memperburuk keadaan Bapak. Bukannya saya ingin menuduh, tapi kebanyakan yang terkena penyakit seperti itu, hanya orang-orang yang suka jajan sembarangan Pak," jelas Dokter Virgo.

"Weekend nanti saya akan bertemu dengan Dokter. Kalau bisa jadwalkan tiap weekend terapinya Dok," pinta Pak Agam.

"Baiklah Pak, tidak masalah. Sebisa Pak Agam saja, saya mengerti jika Pak Agam cukup sibuk dengan pekerjaan," jawab Dokter Virgo.

Pak Agam langsung mengakhiri panggilannya dengan Dokter Virgo. Ia memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Di umurnya yang hampir lima puluh tahun, membuatnya sering kali bermain wanita.

"Apa aku benar-benar kualat ya sama Aisha?" pikir Pak Agam, "apa sekarang saatnya aku harus berubah pada Aisha? Mungkin jika Aisha memaafkan, aku bisa kembali sehat. Aku harus segera pulang hari ini, agar bisa bertemu dengan Aisha dengan cepat."

Pak Agam segera menyelesaikan pekerjaannya. Setelah setengah jam berkutat dengan pekerjaan, akhirnya semuanya selesai juga.

Ia membereskan mejanya, dan segera beranjak dari kursinya untuk segera pulang. Ia harus meminta maaf kepada istrinya. Aira yang melihat pintu ruangan Pak Agam terbuka, membuatnya langsung berdiri.

"Maaf, anda ingin kemana lagi Pak?" tanya Aira. Ia harus memastikan jika Pak Agam tidak keluar hanya untuk bertemu dengan wanita lain.

"Mau pulang, puas kamu sekarang?" tanya Pak Agam dengan kesal.

"Pulang kemana dulu, Pak? Rumah Bapak kan banyak?" tanya Aira. Tidak ada yang tahu kalau nanti pulangnya malah ke hotel.

"Sok tahu. Urus aja itu pekerjaan kamu." Pak Agam langsung melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Aira.

Aira yang melihat Pak Agam sudah menghilang di balik lift, membuat Aira hanya bisa menghela napasnya.

"Punya bos usianya udah tua, cepet banget tantrumnya. Dikit-dikit marah, dikit-dikit pergi," keluh Aira.

Aira kembali duduk dan menyelesaikan pekerjaannya sebelum beberapa menit lagi jam pulang. Ia harus bersiap untuk ke tempat gym, untung saja Aira sudah membawa baju gantinya.

Aira membuka hpnya. Ia lalu memesan ojek online agar lebih cepat mengantarnya. Setelah selesai memesan ojek online, Aira membuka marketplace dan langsung melakukan pembelian sepeda motor agar besok lebih mudah saat ingin berangkat kerja tanpa perlu repot-repot menunggu angkutan umum lagi.

"Akhirnya jam pulang juga," ucap Aira dengan senang.

Setelah mendengar bel berbunyi, ia segera mematikan komputernya dan mulai membereskan mejanya.

Aira berdiri dari duduknya, dan menjinjing tasnya. Ia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Dan setelah berada di bawah, banyak sekali karyawan yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Alhamdulillah masih bisa napas hari ini meskipun punya badan besar," ucap Aira yang sengaja dikeraskan agar bisa menyindir beberapa karyawan yang sedang bergosip tentang tubuhnya.

"Kok bisa ya Pak Agam tiba-tiba punya sekretaris modelan begitu? Hal yang teraneh yang pernah ada di perusahaan ini. Selama ini Pak Agam kan sukanya yang seksi dan juga cantik," ucap karyawan yang masih terdengar oleh Aira.

Namun, Aira memilih mempercepat langkahnya ketika ada notifikasi ojek onlinenya sudah sampai. Ia tak ingin mengambil pusing apapun yang ingin orang katakan tentang dirinya.

"Ke tempat gym ya, Pak," ucap Aira sambil memakai helm.

"Baik Mbak."

Ojek online itu langsung melajukan motornya ke tempat gym yang telah di katakan oleh Aira tadi. Setelah satu jam, Aira akhirnya sampai di tempat gym. Ia buru-buru masuk ke dalam.

"Maaf Miss Zilla saya terlambat. Hari ini saya memutuskan untuk bekerja agar bisa memiliki kesibukan dan tidak fokus hanya makan," ucap Aira menjelaskan.

"Bu Melati sudah menghubungi saya tadi. Kamu tenang aja, karena tempat ini juga tutupnya jam sepuluh malam. Ganti baju dulu aja sana," ucap Miss Zilla.

"Baik, Miss. Saya sekalian numpang sholat dulu ya Miss," jawab Aira sambil nyengir.

Ia rasa akan memperbaiki ibadahnya juga selain memperbaiki penampilannya saja. Karena Aira merasa hidupnya berantakan karena ia jauh dari tuhan.

"Baiklah."

Aira berjalan ke arah ruangan khusus ganti. Di sampingnya memang ada ruangan kecil yang bisa untuk istirahat, namun Aira menggunakannya untuk sholat.

Setengah jam kemudian, Aira telah siap dengan pakaian olahraganya. Dan Miss Zilla mulai memberikan arahan.

Dua jam tanpa henti Aira terus berolahraga. Bayangan wajah Irwan yang menghinanya dan mengatakan selingkuh secara terang-terangan di depan wajahnya membuat semangat Aira semakin membara. Ia bahkan sampai lupa kalau dirinya hanya makan saat siang saja tadi.

"Kamu adalah orang pertama yang akan menderita setelah aku bisa kembali menjadi Aira yang dulu, Mas. Jangan harap jika aku akan luluh kepadamu," ucap Aira dengan kesal.