Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan dan Ketahuan
"J-Josh?" Anaya terkesiap saat Josh melepaskan ciumannya. "Apa kau gila? Apa kau sakit?"
Josh mengangguk dan tersenyum. "Ya, aku sakit karenamu, Nay. So, kau harus menyembuhkanku. Aku juga gila karenamu, bagaimana ini?"
Tiba-tiba saja, Anaya mendorong Josh untuk menjauh. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Daddy, Josh memintaku bekerja terlalu keras dan sekarang aku kelelahan. Bisakah aku kembali besok?" tanya Anaya dalam panggilan teleponnya.
Robert yang saat itu sedang bersiap-siap meeting dengan klien pentingnya, berkerut heran. ("Kerja keras apa maksudmu? Kau, kan hanya pelatihan, Nay. Lalu, kalau kau tidak kembali hari ini, siapa yang akan menyampaikan laporan kuartal kepadaku?")
Anaya menepuk dahinya. "Aku lupa laporan kuartal sialan itu! Shit!"
("Nak, are you oke? Apa kau baru saja memakiku atau memaki Josh?") tanya Robert yang ternyata mendengar umpatan putrinya yang manis itu.
Josh terkikik pelan dan tak sampai sedetik, dia terdiam dan menjauh karena Anaya menatapnya tajam.
"Aku tidak memaki siapa-siapa, Dad. Untuk laporan kuartalnya, akan aku kirimkan kepada Leona dan nanti Leona yang akan memberikannya kepadamu," kata Anaya dengan suaranya yang paling lembut.
Di seberang, Robert masih terdengar bingung. ("Apa Josh akan bersamamu?")
Sontak saja Anaya dan Josh saling berpandangan mendengar pertanyaan Robert.
Anaya memang sengaja mengatur panggilan itu dengan mode pengeras suara, sehingga Josh dapat mendengar percakapan mereka.
"Dia akan kembali, Dad. Mungkin agak sedikit sore karena di-, ...,"
("Mana bisa dia kembali sementara kau di sana sendirian! Tidak! Kalau kau tidak kembali, dia juga tidak boleh kembali!") kata Robert. Kali ini suaranya terdengar panik membayangkan putri kesayangannya sendirian di sebuah tempat yang jauh darinya.
Anaya dan Josh saling melirik dengan wajah memerah. "O-oke, Dad."
"Hoaaam! Dad, aku mengantuk, boleh aku tutup teleponnya? Nanti aku kabari lagi," kata Anaya berpura-pura menguap.
Dengan suara iba dan cemas, Robert pun meminta Anaya untuk beristirahat dan mematikan teleponnya setelah dia mengirimkan laporan kuartal pada Leona.
Setelah panggilan itu berakhir, Anaya menatap Josh dengan tatapan membunuh.
Dia mendorong Josh kasar hingga pria itu terjatuh di atas sofa, lalu dia duduk di atas pria itu.
"Kita selesaikan yang tadi kita tinggalkan, Josh!" Anaya membungkuk dan mendekatkan wajahnya pada Josh.
Josh menyeringai dan membalikkan posisi Anaya menjadi di bawah. "Apa yang ingin kau selesaikan, Nay? Hubungan kita?"
Anaya menggeleng. "No. Aku ingin kita menyelesaikan diskusi kita. Kenapa kau selalu berubah-ubah, Josh?"
"Kau membuatku pusing, Nay." Josh balik bertanya sambil mencium bibir Anaya kembali.
Namun kali ini, bukan ciuman lembut, tetapi ciuman kasar, liar, memabukkan, dan menuntut.
"Karena aku membuatmu pusing, jadi kau berubah-ubah seenakmu dan mempermainkan perasaanku, begitukah?" tanya Anaya lagi dengan nada menantang.
Josh mendengus, tetapi senyum di wajahnya belum memudar. "Kupikir aku bisa melupakanmu. Apalagi setelah mendengar ayahmu akan menikahkanmu dengan Jack."
"Bayangan kau akan menikah saja sudah membuat duniaku gelap. Apalagi kalau aku masih harus menjadi asistenmu dan harus tetap menatapmu, aku tidak sanggup," kata Josh lagi.
Bibir pria itu mulai kembali bergerilya. Dari kening, berjalan ke bawah dan semakin ke bawah.
"Lalu? Apa yang terjadi? Oooh, Josh! Kita belum selesai!" Anaya melenguh saat Josh membenamkan bibirnya di ceruk leher gadis itu.
Josh mengangkat wajahnya dan menatap manik cokelat Anaya. "Ternyata, aku gila! Aku tidak bisa melupakanmu. Segala cara sudah kulakukan, tapi aku tetap tidak bisa."
"Kalau begitu, jangan lupakan aku, Josh! Jangan pernah sedetikpun kau lupakan aku!" Anaya menarik Josh untuk masuk kembali ke dalam ciumannya.
Josh menggelengkan kepalanya. "Tidak akan, Gadis Kecil! Kau bisa memegang teguh janjiku."
Keesokan harinya, Anaya bangun lebih cepat dari biasanya. Tapi saat gadis itu membuka pintu kamar untuk mengambil kopi, dia malah terpaku.
Josh berdiri di depan pintu. Tanpa jas, tanpa dasi. Hanya kaos hitam tipis dan celana abu-abu yang sedikit terlalu memperlihatkan bagian bawah tubuhnya.
Kamar Josh dan Anaya memang terpisah selama mereka mengikuti pelatihan.
“Pagi, Nay,” ucap Josh dengan suara serak pagi yang mematikan.
Anaya menelan ludah. “K-kau sedang apa di sini?”
Josh melirik kopi di tangan Anaya, lalu mengambilnya begitu saja. “Kopi pagimu dan aku ingin memastikan kau benar-benar siap untuk kembali ke kota nanti.” Josh mencondongkan tubuh, sedikit terlalu dekat, lalu menambahkan, “Dan memastikan kau sarapan.”
“Kau bukan ayahku,” gumam Anaya sambil memalingkan wajah.
Josh tersenyum miring. “Benarkah? Karena tadi malam kau terlihat seperti seseorang yang sangat membutuhkan aku, bukan ayahmu, hehehe."
Anaya terlonjak. “JOSH!”
“Kau menangis, Nay,” ujar Josh pelan, jemarinya menyentuh pipi Anaya secara halus tapi sangat disengaja. “Dan aku benci melihat itu.”
Sentuhan itu membuat napas Anaya terhenti sepersekian detik.
Anaya hendak mundur, tapi Josh menahan daun pintu dengan satu tangan, tubuhnya hampir menutup celah masuk cahaya.
“Boleh aku masuk?” tanya Josh dengan nada rendah yang membuat bulu kuduk Anaya meremang.
Anaya mengangguk terlalu cepat. Josh masuk, menutup pintu pelan, lalu tanpa bertanya dia meraih dagu Anaya, mengangkatnya sedikit.
“Bibirmu, ...,” Josh berbisik. “Masih merah karena semalam?”
Anaya mundur setengah langkah, namun Josh mengikuti langkah gadis itu.
“A-aku harus bersiap,” ucap Anaya terbata.
Josh menggeleng perlahan sambil menyentuh pinggang Anaya, menariknya sedikit mendekat. “Kau sudah siap, tapi aku…” tatapan Josh turun ke bibir Anaya, "Belum selesai.”
Anaya memejamkan mata, merasakan napas Josh di kulitnya. “Kalau kau menciumku lagi, aku mungkin tidak akan sanggup berhenti.”
Josh menahan napas, lalu tertawa pelan, rendah, dan berbahaya. “Itu ancaman atau undangan?”
Dan sebelum Anaya bisa marah atau mengelak, Josh mencium sudut bibirnya dengan ringan dan singkat.
Walaupun bukan ciuman panjang dan panas, tapi panasnya seperti memantik listrik dari kepala sampai tumit.
Anaya tersentak. “Josh!”
“Aku bilang aku belum selesai,” ucap Josh santai.
Wajah Anaya sudah sangat dekat dengan Josh. Dia dapat mendengar setiap helai napas pria itu.
"Nay, maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Josh dengan desahan di telinganya.
Anaya membeku. Napasnya sedikit bergetar. Seolah pengakuan itu membuatnya lebih rentan daripada seratus rapat direksi.
“Aku tidak bisa pura-pura lagi,” ucap Josh. “Kalau kau menolak, katakan sekarang. Tapi kalau kau masih punya sedikit saja ruang untukku di hatimu,” Josh menggenggam tangan Anaya lebih erat, “Biarkan aku berada di sana.”
Sementara Anaya masih dalam kondisi terJosh-Josh, Robert mendapatkan berita tidak mengenakkan dari Jack Scout.
"Mereka dekat karena Josh asisten pribadi putriku. Lagipula, aku percaya pada Josh. Dia akan melindungi putriku dan itu sudah dia buktikan dengan sangat baik," kata Robert saat Jack menyampaikan kedekatan Anaya dengan Josh.
Jack tersentak. “Berdasarkan pengakuan Josh Grebel, dia mengakui kalau dia mencintai putri Anda. Tuan Grebel masih berstatus suami dari Celline Hudson, bukan?"
Robert mengerenyit. "Mohon maaf, Tuan Muda Scout. Saya tidak suka kita berdiskusi tentang hal yang tidak penting seperti ini. Ini sangat membuang waktu saya."
Jack menegang. “Saya hanya mencoba menyelamatkan putri Anda, Tuan. Karena sepertinya, Putri Anda juga menyukai Tuan Josh Grebel."
"What? Kabar macam apa ini, Tuan Scout? Anda tidak bisa menuduh putri tercinta saya begitu saja. Itu tuduhan serius," kata Robert lagi. Kali ini, dia sedikit tersinggung.
Jack menggigit bibir. “Itu bukan tuduhan, Tuan White. Putri Anda sendiri yang mengakui kalau dia mencintai Josh Grebel."
Robert menggelengkan kepalanya. Urat di pelipisnya muncul. Tanda kalau pria paruh baya itu mulai tak sabar menghadapi Jack serta kabar gilanya.
"Dengar, Anak Muda. Aku tidak tau apa yang kau bicarakan saat ini, tapi tidak pantas rasanya membicarakan orang lain sampai seperti ini." Robert memijat pelipisnya dan berbicara dengan tenang. Setenang air mengalir.
Lalu, dia menghela napas. Wajahnya tampak lelah sekaligus gusar. "Putriku dan kau akan segera menikah, jadi, ...,"
"Bisakah pernikahan kami dipercepat?" tanya Jack memotong. "Saya akui kalau saya jatuh cinta pada putri Anda dan saya tidak mau, pernikahan kami batal hanya karena dia mencintai suami-maksud saya, orang lain," lanjut Jack cepat-cepat.
Tiba-tiba saja, Robert menggebrak meja. Habis sudah kesabarannya. "Kau! Sudah kuperingatkan baik-baik untuk tidak menuduh orang lain, apalagi putriku sendiri!"
Namun, Jack tidak mundur. Dia maju selangkah dan menatap Robert dengan tatapan menantang. "Saat ini, Anda boleh tidak memercayai saya, tapi saya akan buktikan kalau tuduhan gila ini bukan sekedar tuduhan!"
***