 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Tepat pukul 10 malam, mobil Damar baru saja tiba di rumah Pak Darma.
Mengingat tadi ada insiden kecil yang menimpa Rumi, sebab ia tak terbiasa memakai heels, jadi kakinya sedikit lecet memerah.
Damar menoleh kala melihat Rumi akan turun. "Kamu bisa berjalan?"
Rumi mengangguk lalu menjawab, "Bukan masalah besar, Mas! Aku bisa sendiri kok."
Damar segera turun terlebih dulu. Ia membantu Rumi berjalan, menuntunnya menapaki dinginya teras marmer di malam hari.
Pintu sudah terbuka dari dalam oleh Pak Darma. Pria parubaya itu sengaja belum tidur, demi menunggu putri bungsunya pulang.
"Om... Kalau begitu saya pamit dulu," kata Damar dengan sopan. Lalu ia menatap Rumi. "Rumi... Terimakasih sudah menemani saya tadi. Saya pamit."
Pak Darma hanya mengangguk lemah saja. "Hati-hati nak Damar."
"Hati-hati, Mas Damar." Rumi tersenyum tipis.
Pintu sudah tertutup kembali. Rumi langsung saja ingin masuk, namun langkahnya di hentikan oleh suara sang Ayah.
"Rumi, duduk dulu! Ada yang ingin Papah bicarakan."
Papah? Sejak kapan Pak Darma menyebut dirinya sebagai Papah? Ayu tidak salah dengar 'kan. Sebab Rumi sudah pergi jauh, dan digantikan oleh dirinya, jadi Ayu hanya mengangguk segan, berjalan tertatih menuju sofa.
Pak Darma menyipitkan mata. Ia menatap kaki sang putri yang terlihat lecet dan memerah.
"Kakimu sakit?"
Rumi tersenyum tipis, "Tidak apa-apa, hanya lecet sedikit. Saya tidak terbiasa memakai heels." Jawabnya dingin.
Pak Darma mengabaikan itu. Ia menatap Rumi dengan antusias. Dan tak lama itu membuka suara, "Katakan pada Papah, mengapa kamu mengeklaim kepada awak media, bahwasanya kamulah calon istri Damar?"
Dada Ayu terasa berdesir. Ingin menertawakan kalimat pria didepannya kini, namun saat ini ia adalah Rumi. Jadi, Ayu hanya mampu tersenyum getir.
"Ayah mempermasalahkan itu? Padahal sejujurnya Ayah sudah tahu jika Mbak Raisa lah yang akan menikah nanti."
Pak Darma masih menampakan wajah tenangnya. Sorot matanya mencoba menahan sesuatu, agar kalimatnya tidak menyakiti kedua belah pihak. Mungkin maksudnya Rumi dan Raisa. Tetapi, sebagai sang Ayah, ia harus memberi paham kepada putrinya, jika salah satunya berada dalam garis kekeliruan.
"Ayah tahu apa tujuanmu. Tapi, tanpa kamu sadari... Kamu telah menghancurkan citra nama baik Kakakmu."
Rumi kali ini menatap kedua mata Ayahnya. Hal yang mustahil ia lakukan, dan malam ini Ayu melakukannya. "Kenapa Ayah menyudutkan Rumi, sedangkan Mas Damar tidak mempermasalahkannya! Apa Ayah tidak bertanya, seberapakah besar cinta Mas Damar kepada Mbak Raisa, jika didepan awak media saja dia hanya diam! Apa Ayah yakin, jika Mas Damar benar-benar mencintai Mbak Raisa. Atau... Ada hal yang Ayah tutupi demi kebahagiaan Mbak Raisa?! Ayah tidak pernah tahu, ada seseorang yang paling menderita dari hubungan Mas Damar. Ayah orang berpengalaman. Jangkauan Ayah luas, tapi mencari kehidupan Mas Damar saja Ayah tidak tahu. Heh...." Rumi tersenyum getir.
"Miris sekali hidupku," batin Ayu menertawakan dirinya.
Pak Darma terdiam. Tidak biasanya putrinya itu berani mencercanya. Ia tatap lamat-lamat apakah itu benar-benar Rumi atau tidak. Namun, sorot yang dulunya teduh, penuh ketakutan, malam ini hilang dalam sekejab. Pak Darma tak menemukan jiwa Rumi dalam gadis didepanya saat ini. Padahal sejatinya gadis itu memang putrinya.
"Masuklah, Rumi! Istirahatlah." Putus Pak Darma yang tak ingin memperkeruh suasana.
Rumi bangkit, mengambil heelnya, dan berjalan tertatih menuju lantai dua.
Dalam diamnya, Pak Darma masih terpaku dengan kalimat sang putri barusan.
"Atau... Ada hal yang Ayah tutupi demi kebahagiaan Mbak Raisa."
Mungkin sebagai seorang Ayah, Pak Darma akan melakukan apapun itu, demi melihat putrinya bahagia. Namun, jalan yang ia tempuh sudah salah kaprah.
"Ayah tidak tahu, ada seseorang yang paling menderita dari hubungan Mas Damar?"
Ucapan Rumi lagi-lagi menghantui ketenangannya. Pak Darma mencoba mencerna setiap kata, namun lagi-lagi nihil yang ia dapat. Apa maksud ucapan putrinya barusan?
'Aku harus mencari tahu masalalu Damar. Kenapa baru dari ucapan Rumi aku tersadar selama ini. Demi melancarkan kerja sama dengan perusahaan Adipati, aku sampai menyampingkan masalah-masalah kecil selama ini.' Pak Darma lalu mengambil gawainya. Ia bangkit, berjalan ke sembarang arah.
"Dimas, cari tahu siapa wanita yang menjadi masalalu Damar!"
Begitu panggilan berakhir, Pak Darma juga ikut melenggang dari ruang tamu.
****
Sementara di kediaman Adipati, Damar baru saja dihadang oleh Tuan Galuh akibat siaran langsung yang sudah pria tua itu lihat.
Damar saat ini tengah berhadapan langsung dengan sang Ayah di ruangan kerja Tuan Galuh.
"Papah lihat, kamu sama sekali tidak mempermasalahkan ucapan Rumi. Kamu tidak memikirkan perasaan Raisa? Atau... Sebentar-sebentar," Tuan Galuh menjeda kalimatnya kesekian detik. Lalu ia menatap Damar dengan intens, "Itu sebabnya kamu menolak pernikahan kalian berdua di majukan?!"
Sebelum menjawab, Damar menarik nafas dalam-dalam. "Rumi hanya menyelamatkanku dari awak media, Pah! Itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dalam kelancaran pernikahanku. Jika pun aku menolak pernikahanku di majukan, itu semata-mata karena... Karena aku menghormati kematian Ayu!"
Seketika Tuan Galuh melebarkan kedua matanya.
"Kamu sudah gila, Damar?!" Sentaknya. Tuan Galuh tak habis pikir dengan jawaban sang putra saat ini. "Kamu menyesal telah membunuhnya-"
"DAMAR TIDAK PERNAH MEMBUNUH AYU! ITU SEMUA KARENA AMBISI PAPAH, DEMI MENOLAK MENDEKAM DALAM PENJARA!"
Plak!
Wajah Damar terhempas ke samping, saat Tuan Galuh melayangkan tamparan pada rahangnya.
"Kenapa kamu masih denial, Damar? Jelas-jelas kamu juga ikut terlibat dalam kematian istrimu! Kenapa, ha? KENAPA... KAMU MENYESAL-"
"IYA, AKU SANGAT MENYESAL TELAH MENGIKUTI SEMUA UCAPAN KOTOR PAPAH!" Bantah Damar menaikan nada bicaranya.
Tuan Galuh merasa frustasi. Wajahnya memerah, tak lama itu memekik, "Keluar! Keluar dari ruangan kerja Papah!"
Sambil menyeka darahnya, Damar melenggang keluar begitu saja.
Brak!
"Ahh... Semuanya berantakan gara-gara Damar! Lagian, kenapa bisa dia datang dengan Rumi?" Geram Tuan Galuh sambil menggebrak kuat mejanya.
Ia berjalan ke sembarang arah, lalu sedikit berpikir, "Damar harus cepat menikah dengan Raisa. Rumi itu hanya putri angkat saja. Dia tidak memiliki hak waris dari Darma. Dan hanya Raisa lah, yang nantinya akan menjadi satu-satunya ahli waris yang sebenarnya. Cepat lambat, Damar harus menikahi perempuan itu."
Tuan Galuh tersenyum penuh arti. Ia sudah tidak sabar, agar putranya menjadi menantu Suseno.
*
*
Sementara di dalam kamarnya, Damar masih duduk termenung di teras balkon. Pria itu menyalakan sebatang rokok, lalu menyesap dalam-dalam, hingga asapnya menyembul diatas udara.
Beberapa kalimat Rumi masih berputar dalam ingatannya. Namun bukan karena itu. Karena Damar melihat seolah Ayu hidup dalam diri Rumi. Sorot mata itu, suara lembutnya, bahkan dari jalan serta sikap Rumi, semuanya mirip dengan Ayu.
"Sampai kapan aku harus hidup dengan bersalah seperti ini?" Damar menekan rokoknya tadi pada asbak. Ia lalu mengusap kasar wajahnya, berdesis menahan rasa yang kembali menekan hatinya.
"Ayu... Aku masih berharap kamu hidup kembali."
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.