NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Potongan Kejadian

Xav juga sama, bertanya-tanya, apa yang terjadi di luar pintu, dengan suara seperti ada pembantaian saja di sana.

Ia tetap menghubungi Nahla lewat telepon genggam. Seolah paham dengan apa yang akan ditanyakan oleh Xav, seketika tersambung, gadis itu berkata, 'Tadi, program yang kutanam untuk mengelabui CCTV kapal baru lepas. Kapten Kapal itu melihat wajahmu, kemudian keluar dari ruangannya dan mulai membunuh semua orang di sana.'

Xav mengernyit. "Kenapa? Bunuh diri untuk kabur? Takut interogasi?"

'Mungkin. Entah sepenting apa informasi mereka, sampai langsung menghabisi nyawa sendiri, bahkan sebelum sempat melawanmu.'

Xav berpikiran sama dengan Nahla. Bunuh diri saat tertangkap, mungkin bukan hal yang mengejutkan lagi. Tapi, itu saat benar-benar sudah terdesak, demi melindungi informasi, orang dunia gelap akan melakukan bunuh diri, dari pada tersiksa karena interogasi nanti. Ini, mereka bahkan belum melihat Xav, hanya si Kapten Kapal yang melihat dan langsung mengeksekusi anak buahnya begitu, seolah takut sekali, jika akan diinterogasi oleh Xav.

'Apa yang coba mereka sembunyikan?' batin Xav penasaran, karena bahkan, orang-orang dari kubu musuh yang sedang ia kejar tidak sebegininya.

Sejauh ini, bahkan orang-orang itu masih sok berani melawan, kalah dan berhasil ia korek informasinya.

Xav curiga, kalau mereka bukan dari kalangan musuhnya. Lebih-lebih teringat dengan kata-kata tentang Eireen, yang hilang ingatan dan tidak akan terlalu berbahaya.

"Hei? Ada apa?" Suara Eireen terdengar, membangunkan Xav dari lamunan.

Ia menoleh, menatap gadis yang berdiri di sampingnya penuh tanya. 'Siapa sebenarnya gadis gila ini? Kenapa aku merasa, orang-orang di sini tahu sesuatu tentangnya?'

Xav diam, masih menatapnya lekat-lekat, Eireen jadi salah tingkah. Matanya melirik ke kanan dan kiri. 'Apa-apa'an dia? Kenapa melihatku sampai sebegitunya? Padahal biasanya juga aku berisik seperti apapun, dia tidak akan sudi melihatku!'

Bahkan, Xav sampai menekuk tubuh, hingga kepalanya condong mendekat ke wajah Eireen, menatap matanya lekat-lekat, karena ingat, ibunya pernah bilang curiga dengan mata abu-abu kebiruannya.

Xav berpikir serius sekali tentang kasus yang mereka alami, Eireen justru beda lagi.

Gadis itu semakin gugup ditatap begitu. Napasnya mendadak sesak, seperti ada di ruangan pengap. Ia berdiri mematung, sambil mengumpat dalam hati menatap wajah tampan di depannya.

'Sial... apa sih yang dia lakukan? Ini lagi, kenapa detak jantungku berdetak aneh begini? Mana tidak bisa gerak lagi tubuhku, apa aku tersihir olehnya ketampanannya?'

'Bodoh, sejak kapan juga kau berpikir dia tampan? Astaga... aku sungguhan gila lama-lama!' Pipi Eireen sampai memerah, gugup luar biasa.

Sementara, Nahla yang masih melihat mereka berdua lewat pantauan CCTV semakin penasaran juga. 'Apa jangan-jangan itu kekasih barunya?'

Eireen menggelengkan kepala, berusaha menyadarkan diri, agar tidak semakin gila hingga jatuh cinta pada Tuan Muda. 'Tidak.. tidak.. dia tidak tampan, tapi dia datang ke sini menyelamatkanku, argh, apa sih?'

Sementara gadis itu berdebat dengan dua sisi dalam dirinya, serakan kepalanya membuat Xav yang mengamati matanya tersadar dari lamunan.

Dahinya mengkerut, ujung kedua alisnya saling menempel satu sama lain. 'Kenapa dia? Gila?'

Namun, melihat pipi gadis itu yang memerah, kemudian teringat dengan perkataan orang-orang tentang orang terdekatnya, yang pernah diracun musuh agar membuatnya menderita, Xav tampak khawatir.

Tangannya bergerak, menempelkan telapaknya ke dahi Eireen, memeriksa. "Hei, kau kenapa?"

Demi apapun, Eireen semakin gugup dan salah tingkah. Apalagi, saat Xav menangkup pipinya, menatapnya. "Kenapa diam? Kau diapakan mereka?"

Astaga, wajah Eireen semakin memerah karena dikhawatirkan sampai sebegitunya. Namun, karena ia mulai merasakan sesak napas, segera gadis itu menarik diri, menjauh dari Xav.

"Kenapa? Kau..." Xav mau mendekat, khawatir, kalau-kalau, terjadi sesuatu terhadap Eireen karena dirinya.

"Stop, jangan mendekat!" sela Eireen sambil merentangkan tangan, memberi jarak di antara mereka.

Xav masih mau memaksa mendekat, tapi Eireen segera menyergah, "Kubilang jangan mendekat, awas saja kau kupukul nanti!"

"Aku itu hanya mau memeriksa, siapa tahu kau sudah diracun oleh mereka!"

"Apa?!" Eireen jadi terkejut sendiri. "Racun katamu? Racun apa?"

"Ya mana kutahu? Makanya aku bertanya padamu!" Xav semakin kesal saja, karena dirinya ditanya balik begitu.

Eireen diam, mencoba merasakan apakah ada yang aneh dalam tubuhnya. Tapi, itu justru membuat Xav semakin khawatir. "Diam lagi. Kau itu ditanya, langsung jawab bisa tidak, hah?"

"Kenapa kau seolah peduli sekali dengan keadaanku, hah? Sudah jatuh cinta kau kepadaku?!"

"Heh. Persetan dengan cinta, katakan saja, kau diracun atau tidak?! Hanya itu yang kutanya dari tadi!"

"Kenapa mencurigaiku diracun atau tidak? Aneh sekali, padahal aku sehat, baik-baik saja, lihat!" Eireen sudah menggerakkan tangan, seolah siap meninju dengan kekuatan penuh.

"Lantas wajahmu memerah itu kenapa, hah?!"

Seketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Xav, gerakan tangan Eireen terhenti, wajahnya tampak kikuk.

Dengan tangan mengusap pipinya sendiri, mengalihkan pandangan, ia berkelit, "Merah apa? Jangan mengada-ada!"

"Jelas-jelas wajahmu merah, perlu aku..."

"Sampai kapan...!" Suara terdengar cukup lantang, untuk ukuran suara telepon.

"Aku mendengar percakapan tidak penting kalian....!" imbuhnya dengan suara lebih pelan, tapi masih terdengar saat Xav mendekatkan telepon genggam yang dipeganginya ke telinga.

Xav baru ingat, jika panggilannya dengan Nahla belum ia akhiri tadi. Ia letakkan telepon genggam itu di telinga, bicara dengan Nahla, memunggungi Eireen.

Sementara, gadis yang ia punggungi menatapnya curiga. 'Suara perempuan? Siapa?'

Diam-diam Eireen mulai menumbuhkan bibit cemburu. 'Bahkan dia banyak sekali bicara kalau dengan perempuan itu. Siapa sih?'

Sementara, sudah tidak terdengar suara apa-apa di luar pintu, hening. Tidak berselang lama, Xav memerintahkan perempuan itu membuka pintu. Dan pintunya sungguhan terbuka setelahnya.

Eireen sebenarnya terkejut. 'Bagaimana bisa?'

Melihat Xav beranjak ke arah pintu, ia pun mengikuti, sambil mau bertanya tentang bagaimana pintunya sungguhan terbuka.

Namun, ia tidak jadi berucap apa-apa, saat melihat di depan pintu, banyak mayat tergeletak penuh darah, termasuk dinding dan lantainya juga.

Xav sudah di depan pintu. 'Kalau dilihat dari luka tembaknya, mereka sudah mati!'

Benar, tidak ada tanda-tanda kehidupan, bahkan saat Xav coba memeriksa nadi orang-orang di sana satu per satu.

Tampaknya, semua orang berkumpul di lorong itu untuk membuka pintunya bersamaan. Tapi, dieksekusi oleh sang Kapten Kapal bersamaan pula.

Xav terus berjalan, menuju ke ruangan dimana Kapten Kapal berada, sesuai yang dikatakan Nahla, yang bisa melihat seluruh ruanga melalui CCTV nya.

Eireen mengikuti, keluar dari pintu, melompati mayat-mayat penuh mayat di depannya.

Xav bisa mendengar langkahnya, makanya tidak mengatakan apa-apa pada Eireen, karena percaya gadis itu akan mengikutinya, tanpa ia minta. Sayang, beberapa saat kemudian, suara langkah gadis itu tidak terdengar lagi. Xav kesal, kalau harus bicara dengannya. Tapi, karena ia harus bergegas memeriksa si Kapten, Xav pun menoleh ke belakang. Seketika itu juga, ia tertegun. Eireen, terlihat kebingungan, memegangi kepalanya.

Matanya melirik ke kanan kiri bawah, seolah tidak fokus melihat mayat-mayat di lantai lorong itu.

"Hei?!" Xav memang ketus, padahal ia jelas sedang cemas campur curiga. Soalnya, Eireen aneh sekali, seperti gelisah.

Tidak ada sahutan, bahkan, Eireen seperti tidak mendengar suaranya.

Laki-laki tinggi tegap itu pun berjalan mendekat. "Hei, kau tidak apa-apa?"

Tetap tidak ada sahutan, ekspresi Eireen justru semakin terlihat panik, dengan gerakan kepala, ke kanan kiri, tangan meremas rambut kepalanya sendiri.

Jangankan Xav, Nahla yang bisa melihat pergerakan gadis itu pun jadi ikut penasaran.

"Kenapa dia?"

Xav berlari mendekat, merengkuh kedua lengannya, hingga wajah mereka bertatapan. "Hei, kau kenapa, hah?!"

"Hah. Heh." Eireen justru menghembuskan napas, sambil bicara tidak jelas. Tatapannya bahkan seperti ketakutan, matanya sudah berkaca-kaca.

Xav pun mengguncang tubuhnya. "Hei... sadarlah!"

Pandangan mata gadis itu sepenuhnya menatap mata Xav. Bibirnya mengerucut, seolah sedang menahan tangis.

Xav semakin tidak mengerti. "Kenapa? Kalau sakit katakan, jangan diam!" bentaknya dengan nada frustasi, padahal itu bentuk dia sedang peduli.

Air mata Eireen justru menetes ke pipinya. Xav jadi tidak enak hati melihat seorang perempuan begitu setelah ia bentak. "Ck. Ok-ok!" Nada suara Xav agak sedikit melembut.

"Ayo, bicara sambil duduk!" ucapnya, mau menarik Eireen pergi.

Xav pun mau tidak mau duduk jongkok di depannya. "Bisa katakan sesuatu, kan? Apa masalahmu?!" ucapnya ketus, tapi sorot matanya terlihat sedikit berbeda dari biasanya, lebih tampak perhatian.

Bibir Eireen bergerak-gerak, seperti ragu-ragu bicara. Lantas, tangannya bergerak menepuk dadanya. "Sakit. Sangat sakit!" katanya sambil menatap Xav lamat-lamat.

"Dadamu sakit? Kau keracu..."

"Bukan!" sela Eireen sambil merema s pakaian dekat dengan dadanya sendiri.

"Lantas apa? Kau punya penyakit jantung?"

Eireen menggelengkan kepala. "Tidak, ta-tapi, melihat mereka tadi, ra-rasanya seperti aku diserang rasa sakit luar biasa, dadaku sesak, sangat sesak, sa-sampai..."

Bibir Eireen gemetar. Baru ini ia merasakan kesedihan yang luar biasa menguncang jiwanya. Anehnya, kenapa rasa sedih itu tiba-tiba ia rasakan, hanya karena melihat mayat-mayat begitu?

"Apa kepalamu memunculkan ingatan tertentu, yang seperti potongan kejadian, tapi kau tidak merasa pernah mengalaminya?" tanya Xav curiga.

Eireen menganggukkan kepala. Air matanya menetes lagi, padahal, ia tidak pernah mau menangis sebelumnya.

'Mungkinkah itu bagian dari masa lalunya yang hilang? Tapi kenapa terbangkitkan, saat dia melihat mayat-mayat begitu? Apa dia pernah melihat pembantaian juga sebelumnya?' batin Xav, menatap penuh seksama.

Namun, Xav pikir, Eireen bukan orang yang akan bereaksi seperti ini, jika melihat pembantaian begitu. Ia bukan gadis penakut.

Ada yang janggal, Xav pun menangkup kedua pipi gadis itu. "Hei, lihat aku!"

Seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Xav, Eireen seketika berucap, "Aku...!"

Xav mengernyit. 'Aku? Aku apa?'

"Aku... juga melihat, tanganku membawa pisau, berlumuran darah." Bibir Eireen gemetar lagi, menguatkan diri bicara. "Aku... tidak tahu, siapa mereka, tapi, yang jelas, rasanya, seperti ada penyesalan. Apa menurutmu, aku bisa membunuh orang sebanyak itu, saat masih kecil?"

Kehidupan kurir Dunia Gelap memang keras. Tapi, sekalipun Eireen belum pernah membunuh orang. Bahkan, saat rekannya berkhianat, eksekusi dilakukan oleh orang lain, bukan dia.

Makanya, ada rasa tidak percaya, jika sungguhan itu ingatannya, dia telah membunuh orang sebanyak itu, bahkan saat usianya masih belasan tahun.

Xav terdiam. 'Kalau benar itu ingatan masa lalunya, pantas, ibu sampai curiga seperti itu. Tapi siapa gadis ini?'

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!