KEKUATAN NAGA KENAPA BISA ADA DI TANGAN BOCAH INI? PLOT TWIST-NYA: DIA BISA KUASAI SEMUA ELEMEN!
Bayangin: di dunia Aethoria yang isinya cuma soal kekuatan elemen, ada Vincent Kai, cowok misterius dari Suku Naga, yang diam-diam punya cheat code paling gila. Dia bukan cuma kuat, tapi Juga Overpower—dia bisa ngendaliin semua elemen! Rahasia ini harus dia sembunyikan dalam-dalam biar dunia enggak chaos.
Masalahnya, dunia fantasi mana yang damai terus?
Datanglah Ash Falnes Phoenix, dengan ambisinya yang setinggi langit, ingin membuat Aethoria tunduk di bawah kakinya. Rencana jahat Ash ini jelas mengancam keseimbangan Antara Suku Starlight, Aquaria, Terra, Sylvan, Aeolus, dan lainnya.
Ini bukan lagi sekadar petualangan biasa, ini pertaruhan hidup-mati yang penuh intrik, pengkhianatan, dan epic battle.
Vincent sekarang dihadapkan pada pilihan paling berat: terus hide and seek dengan kekuatannya sambil melihat dunia hancur, atau come out dan terima takdirnya?
Status : Daily Update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zan Apexion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Kekacauan dan Penyesalan
Preview Bab sebelumnya :
Vera, yang wujud fisiknya hancur, ternyata ini adalah bagian yang telah ia rencanakan dengan pengorbanan diri ini, Esensi jiwa yang telah terlepas itu dengan kecepatan kilat langsung menyerap Kunci Waktu yang baru terlepas itu.
Esensi jiwa itu kemudian menghilang sepenuhnya, meninggalkan resonansi temporal yang mengancam. Vera telah mati, tetapi Kunci Waktu kini ada di tangannya, dan ia telah melarikan diri secara dimensional menggunakan Kunci itu.
Evan berdiri terpaku di tempat Vera menghilang, terkejut melihat Kunci Waktu telah hilang. Ia telah membunuh Vera, tetapi masalah yang ada semakin membesar.
Vincent, yang gagal melindungi Alicia dan Lentera Kuno, kini menghadapi kenyataan pahit: Vera pasti ada di suatu tempat, dan kini ia memiliki kekuatan untuk mengendalikan waktu.
Bab 32: Kekacauan dan Penyesalan
Kehancuran Lentera Kuno menyebabkan Dimensi Center of the Northern bergejolak. Rune-rune di tanah seketika padam, dan cahaya kristal yang ada di sekitar memudar. Udara terasa tipis dan tidak stabil, seperti gelas yang retak.
Vincent terhuyung mendekati Alicia. Sedangkan, Alicia berlutut di tengah pecahan kaca biru-hitam Lentera Kuno. Matanya kosong, melihat ke arah di mana Esensi Jiwa Vera yang menghilang bersama Kunci Waktu.
"Alicia..." suara Vincent serak. Ia terluka parah, tetapi kekhawatiran utamanya adalah tentang kondisi Alicia.
Alicia tidak menjawab, air matanya mulai menetes. "Dia... dia mengambilnya. Kunci Waktu..."
Evan berdiri mematung di tengah medan perang yang sunyi. Ia berhasil membunuh Vera, memenuhi janji dendamnya, tetapi harga yang ia bayar kini terlihat jelas: ia membiarkan Esensi Jiwa Vera yang sudah mati mengambil kesempatan di tengah kesulitan, mereka seperti menari di telapak tangan vera.
Dendam Evan terhadap Vincent seketika terasa sia-sia dan konyol di hadapan kegagalan ini.
"Aku... aku tidak bermaksud..." Evan mencoba membela diri.
Vincent menoleh, matanya biru dan dingin. Kemarahannya yang tenang jauh lebih menakutkan daripada raungan.
"Kau membiarkan dia menang," ujar Vincent datar. "Kau lebih memilih kebanggaan dirimu sesaat, di atas keselamatan dunia ini, Evan kau sungguh serakah. ini semua karena kau memberikan Vera Kunci Waktu. Dia sekarang memiliki alat untuk mengendalikan takdir itu sendiri."
Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam menampar Evan, menghapus jejak dendamnya. Ia telah bebas, tetapi kebebasannya menyebabkan kekalahan yang jauh lebih besar.
Perpisahan Elena dan center the Northern
Elena muncul dari balik puing-puing, wajahnya pucat.
"Dimensi Center of The Northern ini tidak stabil," kata Elena. "Tanpa Lentera Kuno, kami telah kehilangan jangkar waktu. Sisa Esensi Waktu kini bocor. Kita harus pergi, sekarang!"
Elena melihat ke arah tempat terakhir kali Kunci Waktu yang menghilang.
"Vera telah menggunakan kekuatan Kunci itu untuk melompat melampaui Dimensi Center of the Northern. Dia akan muncul di tempat yang aman, dan tempat yang dapat melindunginya saat dia mempelajari cara menguasai Kunci Waktu."
Elena memandang Vincent, kemudian Evan. "Vincent, Evan, kalian salah satunya Pewaris Naga dan yang satunya lagi adalah Komandan perang Phoenix. Kalian sama-sama kebanggaan klan masing-masing, tapi sekarang Konflik yang akan kita hadapi ini adalah hal yang berbahaya yang bahkan akan mengancam Aethoria. dengan ini kalian harus bertanggung jawab untuk menghentikan Vera dan menyelamatkan dunia."
Dengan sisa kekuatannya, Elena menciptakan satu portal dimensional terakhir yang menuju ke Aethoria.
"Aku harus tetap di sini, mencoba menstabilkan Center of The Northern," kata Elena. "Ambil Jarum Temporal. Mungkin kalian akan membutuhkannya untuk mengalahkan Vera nanti."
Misi Baru: Perburuan Kunci Waktu
Vincent mengangguk. Ia meraih Jarum Temporal yang ditinggalkan Alicia. Ia menyadari bahwa Lentera Kuno yang pecah adalah pengorbanan yang tak terelakkan; ia hanya menyesali pengkhianatan Evan yang membuatnya sia-sia.
"Evan," kata Vincent, kini tanpa emosi. "Kau telah memilih. Sekarang, kau harus bertanggung jawab. Tugas kita adalah mengejar Vera. Kita harus menemukannya sebelum dia menguasai Kunci Waktu."
Evan menundukkan kepala. Ia tidak berani menatap Vincent. "Aku akan melakukannya," katanya. "Aku akan membantu kalian sampai Vera dikalahkan. Setelah itu, aku akan menerima hukuman apa pun yang kau berikan."
Vincent hanya menatapnya. Ia tidak mengampuni, tetapi ia membutuhkan bantuan saat ini.
Vincent, Alicia (membawa pecahan Lentera Kuno), dan Evan yang penuh penyesalan, melangkah masuk ke portal dimensional yang dibentuk Elena. Di belakang mereka, Dimensi Center Of the Northern mulai meredup dan runtuh, lalu dalam sekejap menghilang dari pandangan mereka.
Kini, mereka kembali ke dunia Aethoria, dengan misi baru yang sangat sulit: Menemukan dan mengalahkan Vera yang kini memiliki senjata paling berbahaya di seluruh dunia dan dimensi ini.
Kembali ke Aethoria
Portal dimensional yang diciptakan Elena menjatuhkan Vincent, Alicia, dan Evan dengan kasar di sebuah hutan yang gelap dan berlumut. Udara di sana terasa berat dan familiar—ini adalah Aethoria, tetapi di bagian yang jauh dan terpencil, jauh dari Celah Utara.
Suara "KRAK!" terdengar saat mereka mendarat. Evan segera bangkit, Core-nya yang kuat merespons secara naluriah, dan ia mulai memindai sekeliling. Vincent, meskipun perlahan pulih, rasa sakit yang ia rasakan sebelumnya masih saja belum baik akibat benturan dan pengosongan energi Draconix Core-nya.
Alicia dengan posisi seperti berlutut, dengan hati-hati meletakkan pecahan Lentera Kuno di sampingnya. Artefak itu kini hanyalah pecahan kristal yang sesekali memancarkan cahaya biru-hitam yang redup.
"Kita kembali," gumam Vincent, merasakan tekanan yang berbeda di Aethoria—tekanan politik, tekanan hierarki kekuatan, dan ketegangan antar ras.
Kehilangan dan Penemuan
Evan mendekati Vincent, ekspresinya dipenuhi rasa bersalah yang tak terucapkan. "Aku minta maaf, Vincent. Mengenai Vera... dan Kunci Waktu. Aku tidak punya alasan."
"Kita bicarakan itu nanti," potong Vincent tajam. Ia tidak punya waktu untuk emosi. "Fokus kita adalah menemukan Vera. Dia sekarang memiliki Kunci Waktu. kita harus mencari tahu, kemungkinan tempat dia berada dan bersembunyi untuk menguasai kekuatan itu?"
Disisi lain, Alicia akhirnya menemukan petunjuk, ia menunjuk ke pecahan Lentera Kuno. "Saat Lentera itu hancur, ada resonansi yang sangat kuat. Kunci Waktu tidak hanya membawanya pergi. Kunci itu membawanya ke suatu tempat yang memiliki energi waktu yang sangat lambat."
Vincent merenung. "Energi waktu yang lambat... tempat apa di Aethoria yang memiliki distorsi waktu seperti itu?"
Evan, yang memiliki pengetahuan yang cerdas, segera menjawab, meskipun dengan enggan. "Ada satu tempat. Sebuah legenda. The Stillwater Sanctum (Suaka Air Tenang). Konon, waktu di sana hampir tidak bergerak. Itu adalah tempat persembunyian kuno Ras Chronix yang telah lama terlupakan."
Mendapatkan Bantuan
Vincent sadar bahwa mereka tidak bisa menghadapi Vera sendirian, terutama Vera yang kini bersenjatakan Kunci Waktu. Kini yang paling Mereka butuhkan adalah bantuan.
"Evan, kau tahu di mana lokasi Stillwater Sanctum?" tanya Vincent.
"Ya, tapi tempat itu berada di sisi barat benua, dekat peninggalan wilayah Suku Naga Langit," jawab Evan. "Kita harus melintasi banyak wilayah berbahaya, termasuk zona yang dikuasai Suku Giant."
"Kita tidak punya waktu untuk melewati wilayah mereka secara diam-diam," kata Vincent. "Kita harus mencari bantuan. Kita harus memberitahu Pemimpin suku Phoenix, tentang apa yang terjadi."
Alicia mengerutkan kening. "Pemimpin suku Phoenix adalah dahulu adalah sekutu lama Vera. Dia tidak akan mempercayai kita, apalagi setelah apa yang terjadi pada Evan."
"Dia harus percaya," balas Vincent, matanya dingin dan penuh perhitungan. "Dia harus tahu bahwa Vera, dalang sebenarnya, tidak hanya mengkhianati perjanjian lama, tetapi juga sekarang menguasai Kunci Waktu. Ancaman ini melampaui konflik antar kedua ras kita. Seharusnya Dia akan membantu kita, karena dia juga membutuhkan Kunci itu untuk mengendalikan semua takdir, termasuk takdir Suku Phoenix."
Vincent menoleh ke Evan. "Evan, kau adalah Komandan Perang suku phoenix. Saat ini Kau juga harus kembali. dengan membawa pesan ini ke Raja Phoenix. Gunakan semua yang kau tahu tentang Vera untuk meyakinkannya."
Evan, yang merasa ini adalah kesempatan untuk penebusan, mengangguk. "Aku akan pergi ke Utara. Aku akan meyakinkannya. Aku akan melakukan apa pun untuk memperbaiki kesalahanku, tapi pertarungan diantara kita akan terjadi setelah masalah ini selesai."
Vincent menyetujui, lalu dengan perlahan mengumpulkan kembali energinya. dengan ini, Mereka akan berpisah di sini. Vincent dan Alicia menuju ke timur untuk mencari jalur tercepat melintasi benua, sementara Evan menuju utara, kembali ke Suku Phoenix dan menghadap pemimpin suku Phoenix, untuk memulai negosiasi aliansi mendesak yang terjadi karena situasi paling genting dalam sejarah Aethoria.
Jalur Berbeda
Pagi pun tiba, di sebuah hutan Lumut. Vincent, Alicia, dan Evan bersiap untuk berpisah. Udara dipenuhi ketegangan yang lebih besar daripada ancaman disekitar nya.
"Evan," ujar Vincent, menyerahkan Jarum Temporal yang kini diselipkan dalam kotak kecil. "Jarum ini adalah satu-satunya senjata yang kita miliki yang bisa mengganggu energi dimensi Vera. Jaga baik-baik. Kita bertemu di dekat Stillwater Sanctum dalam tujuh hari."
Evan menerima kotak kecil itu, dengan genggamannya yang erat. "Aku akan membawa kabar tentang Vera kepada pemimpin suku Phoenix. Jika dia tidak percaya, aku akan memaksanya." Tatapan Evan menunjukkan tekad dingin; ini bukan lagi Evan yang penuh dendam, melainkan Evan yang penuh rasa bersalah serta bukti penebusan diri.
Alicia melangkah maju dan mengucapkan beberapa kata pada Evan. "Hati-hati, Evan. Vera mungkin sudah menyebarkan kebohongan tentang dirimu di sana."
Evan mengangguk singkat. Ia tahu perjalanannya ke Utara—kembali ke markas Suku Phoenix dan menghadap pemimpin suku Phoenix adalah tindakan yang penuh dengan risiko. Yang dimana jika dia menceritakan kebenaran ceritanya secara jujur dan detail. Maka kemungkinan yang terjadi dia akan dianggap sebagai pengkhianat atau boneka Vera yang berhasil lolos.
Evan menarik napas dalam, lalu melompat tinggi, berubah menjadi wujud Phoenix yang lebih kecil namun cepat, kemudian ia terbang dengan kecepatan penuh menuju utara.
Perjalanan Sunyi
Disisi lain, Vincent dan Alicia memulai perjalanan mereka ke timur, untuk melintasi benua menuju Stillwater Sanctum di daerah barat. Meskipun begitu, Mereka juga masih harus berhati-hati, menghindari kota-kota besar yang mungkin sudah berada di bawah pengaruh Vera atau kekuatan lain yang mencari mereka.
"Kau benar-benar percaya Evan?" tanya Alicia, setelah mereka berjalan cukup jauh.
Vincent berjalan cepat, mengandalkan Draconix Core yang kini memulihkan energi dengan cepat.
"Aku tidak percaya Evan, Alicia," jawab Vincent. "tapi, aku percaya pada dampak rasa bersalah dan dendam karena telah di khianati. Evan membunuh Vera, tetapi ia memberikan Kunci Waktu padanya. Rasa bersalah itu akan mendorongnya lebih jauh daripada kesetiaan apa pun. Tentang Dia akan membawa pemimpin suku Phoenix kembali, atau dia akan mati karena pengungkapan tentang mencoba menyakinkan pemimpin suku Phoenix, itu adalah takdirnya sendiri."
Alicia mengangguk, memahami strategi Vincent yang pragmatis dan brutal.
Titik Transit: Kota Para mage
Untuk menyeberangi benua dengan cepat, mereka memutuskan untuk menggunakan sistem portal kuno yang tersembunyi di bawah Kota Para Penyihir (Mage City) yang terkenal netral.
Saat mereka mendekati pinggiran Kota Penyihir, Vincent merasakan keanehan energi. Kota itu yang seharusnya netral, tetapi ada aura gelap yang tersembunyi di balik perisai magisnya.
"Sesuatu tidak beres," bisik Vincent, menarik Alicia untuk bersembunyi di balik reruntuhan kuno. "Energi gelap ini... ini bukan Black Mage biasa. Ini terorganisir, dan mereka mengawasi portal."
Di balik reruntuhan, dari kejauhan Vincent dan Alicia melihat sekelompok kecil penyihir yang mengenakan jubah netral, tetapi di bawahnya terselip lambang yang familiar: Cakar Phoenix Terbalik—simbol kelompok pemberontak yang dipimpin oleh bawahan setia Vera yang menyusul di suku Phoenix.
"Vera bergerak cepat," kata Alicia. "Dia sudah memasukkan pasukannya ke kota netral ini untuk mengontrol portal. Dia tidak ingin kita menggunakan jalan pintas ini."
Vincent mengangguk. Situasi ini sangatlah membingungkan dimana Jika mereka ingin mencapai Stillwater Sanctum tepat waktu, mereka harus melewati Kota Penyihir dan memecahkan blokade portal itu tanpa memicu alarm besar yang akan memberi tahu Vera. Misi kecil ini, yang seharusnya mudah, kini menjadi rintangan pertama yang rumit serta berbahaya setelah meninggalkan Dimensi Center of The Northern tadi.
apakah mereka berhasil melewati blokade portal dan tentang hal lainnya? Nantikan kelanjutannya di bab berikutnya.
Bersambung.......
tetap semangat 👍
/Smile/