NovelToon NovelToon
Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Jadi Ibu Susu Bayi Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Nabila Fatma Abdillah yang baru saja kehilangan bayinya, mendapat kekerasan fisik dari suaminya, Aryo. Pasalnya, bayi mereka meninggal di rumah sakit dan Aryo tidak punya uang untuk menembusnya. Untung saja Muhamad Hextor Ibarez datang menolong.

Hextor bersedia menolong dengan syarat, Nabila mau jadi ibu ASI bagi anak semata wayangnya, Enzo, yang masih bayi karena kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Baby Enzo hanya ingin ASI eksklusif.

Namun ternyata, Hextor bukanlah orang biasa. Selain miliarder, ia juga seorang mafia yang sengaja menyembunyikan identitasnya. Istrinya pun meninggal bukan karena kecelakaan biasa.

Berawal dari saling menyembuhkan luka akibat kehilangan orang tercinta, mereka kian dekat satu sama lain. Akankah cinta terlarang tumbuh di antara Nabila yang penyayang dengan Hextor, mafia mesum sekaligus pria tampan penuh pesona ini? Lalu, siapakah dalang di balik pembunuhan istri Hextor, yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Pengganggu

Namun, Hextor sudah keburu mematikan sambungan telepon membuat Nabila kembali merengut. Kini wanita itu tak bisa tidur karena kesal.

Hextor menahan tawa, tapi setelahnya ia menjatuhkan diri ke atas ranjang terlentang dengan merentangkan kedua tangan. Ia lega sekaligus senang. Senang karena membuat Nabila kesal. Pria itu dengan bersemangat masuk ke dalam selimut. "Rasanya menyenangkan juga mengganggu orang ini. Bagaimana wajahnya sekarang ya. Pasti cemberut." Hextor malah tersenyum membayangkan ini. Ia memeluk guling dan memejamkan mata. "Bibirnya pasti makin tebal." Ia tertawa dengan mata terpejam.

***

Arman masuk ke dalam rumah. Rumah orang kaya itu selalu saja sepi. Ia sudah terbiasa masuk ke dalam rumah itu tapi kali ini dengan perasaan berbeda.

Dulu ia bebas keluar masuk tanpa perlu takut sedang melakukan apa, hingga Hextor kemudian menikah. Ia jadi segan masuk hingga ke ruang tengah bila Hextor tak di rumah. Namun, setelah kematian istri bosnya itu, ia kembali leluasa berkeliaran di mana pun di rumah itu.

Seperti permintaan Hextor, ia mendatangi kamar bosnya itu. Baru saja membuka pintu, Nabila keluar dari kamarnya dan melihat Arman.

"Pak, Bapak kenapa ke kamar Pak Hextor? Orangnya 'kan sedang tidak ada." Mata Nabila langsung mencurigai pria itu.

"Aku disuruh Tuan Hextor untuk memeriksa kamarnya."

Nabila terkejut. "Memeriksa apa?" Ia mendekat.

Arman yang sedang memegang pegangan pintu, tampak dongkol. "Bukannya kamu yang minta agar Tuan Hextor tidak minum minuman keras lagi!? Jadi aku diminta untuk membuang botol minuman keras yang tersisa di kamarnya!"

Nabila jadi ingat kata-katanya pada Hextor. "Oh iya, bener. Aku yang minta."

"Ya udah, jangan ganggu kerjaanku!" Arman yang kesal, masuk ke kamar Hextor dan menutup pintu. Ia geram karena merasa dicurigai, padahal ia sudah terbiasa masuk kamar bosnya itu karena sering dimintai tolong Hextor mengambil barang yang tertinggal atau hal lainnya.

Arman langsung mendatangi lemari pendek tempat sang bos biasa meletakkan minuman kerasnya. Tentu ia sudah hapal di luar kepala karena sering membawakan yang baru, setiap kali Hextor kehabisan minuman itu. Memang sudah lama bosnya itu tidak minum-minum lagi, dan ketika Hextor mulai minum, ternyata sudah ada yang menghentikan kebiasaannya ini tiba-tiba. Padahal orang itu hanyalah seorang ibu sussu bagi anak bosnya ini.

Baru saja Arman keluar lagi membawa sebotol minuman keras, ia bertemu lagi dengan Nabila di depan pintu. "Ada apa?" Ia mengerut dahi.

Wanita itu memang tengah menunggunya. "Mmh, Pak Hextor sebenarnya pergi ke negara apa?"

"Apa? Apa dia gak kasih tau kamu?"

"Ngak."

"Baguslah. Mau tahu saja perempuan ini!" "Dia ke Skotlandia. Kantor pusat Malnya di sana."

"Mal?"

"Kamu tidak tahu? Dia pemilik jaringan Mal Hexo di seluruh dunia."

"Mal Hexo?" Bola mata Nabila melebar. Ia sangat tahu mal itu sangat terkenal, bahkan rencananya akan dibuka juga di Jakarta. "Yang di Jakarta mau dibuka juga, 'kan?" Ia hampir tak percaya, pria yang bersamanya selama ini bukan orang kaya biasa. Pantas saja rumahnya bergaya Eropa dengan banyak pajangan barang-barang antik menghiasi rumah itu.

"Iya, tapi masih pembangunan. Jadi Tuan Hextor selalu tampak menganggur, tapi setiap keluar negeri, dia pasti bekerja."

Nabila menatap Arman dengan dahi berkerut. "Tapi kenapa Bapak memanggilnya " Tuan", bukan "Bapak" seperti yang lainnya?"

"Kenapa? Karena kalau di kantor dia memang dipanggil "Tuan". Semua kliennya juga dipanggil "Tuan", jadi aku ngikutin standar yang ada." Terang Arman.

"Oh."

Arman malas berlama-lama dengan Nabila, hingga pergi meninggalkannya begitu saja. "Huh, apa sih! Tanya-tanya, memangnya dia bosnya apa?"

Saat melangkah menuruni tangga, ia sudah mulai pusing. "Apa yang harus ku katakan pada pegawai yang lain? Peraturan baru lagi, peraturan baru lagi. Hh ...."

***

Arman bersandar di meja beranda belakang. Sambil menatap taman, ia mengeluarkan rokoknya. Baru saja ia menyalakan satu batang rokok, teriakan Nabila mengagetkannya.

"Pak, jangan merokok!"

"Eh?" Arman menoleh.

"Bapak apa tidak tahu, merokok asapnya bisa mengganggu kesehatan."

"Apa sih? Saya merokok di luar lho!" Arman kembali kesal.

"Tapi tetap saja, asapnya bisa ke mana-mana." Nabila merengut menatap pria itu. "Di sini ada anak kecil, Pak. Ada bayi!"

"Kamu ...!"

"Mau ku telepon Pak Hextor?" Nabila memperlihatkan ponselnya menakut-nakuti.

Gigi Arman merapat menahan amarah. Wanita ini hanya ibu sussu, tapi kenapa kekuasaannya bisa lebih dari seorang nyonya rumah? Kalau tidak ingat pesan bosnya, ia mau saja bertengkar dengan wanita ini.

Dengan kesal Arman melempar rokok ke lantai dan menginjjaknya. Sempat ia menekan dengan kaki memastikan apinya mati. Tak ada kata yang bisa terucap. Mungkin sehabis ini ada peraturan baru lagi yang akan keluar, dilarang merokok dan yang akan protes adalah pegawai lelaki di rumah itu yang sebagian besar adalah perokok. Ini akan menjadi pengumuman terberat yang ia pernah lakukan. Memikirkannya saja sudah membuatnya pusing. Ia akhirnya pergi tanpa berani membantahnya.

***

"Hei, mana Enzo?" Kembali malam berikutnya Hextor menelepon Nabila untuk melihat wajah anaknya. Ini jadi kebiasaan baru yang menyenangkan, karena sesudahnya, ia akan segera tertidur. Entahlah. Mungkin karena keberadaan Enzo, ia bisa tidur.

"Itu, Pak."

Hextor melihat baby Enzo tertidur dengan tenang. Bahkan ibu jari bayi itu dimasukkan ke mulut sambil sesekali mengeyot. Mungkin Enzo begitu bahagia menyussu hingga terbawa ke dalam mimpi.

Namun, pikiran Hextor sedang tidak di sana. Ia tadi sempat melihat bibir Nabila yang tidak berkilauan. "Apa dia lupa pakai Lips balm itu? Warna bibirnya jadi tidak cantik. Ah ...." Ia menyayangkan.

Tiba-tiba layar berganti jadi wajah Nabila. Hextor sampai terkejut.

"Tidur 'kan, Pak?"

"Ck, kenapa dia tidak pakai Lips balm itu? Wajahnya jadi tidak semanis kemarin."

"Pak ...." Nabila mengerut dahi karena pria itu diam saja.

Hextor terbangun dari lamunannya. "Eh ... oh ... tidak. Aku sedang berpikir, lama sekali aku bisa pulang." Hextor tertawa. Tertawa untuk menghindar. "Aku tidak bisa melihat dia bangun, sayang sekali."

"Ya, kebetulan begitu. Coba Bapak ganti jam menelepon, mungkin bisa ketemu Enzo ketika masih bangun."

"Oh, gitu ya. Ok."

"Pak, tunggu dulu."

"Iya?"

"Bapak belum mengirim nomor telepon yang ku minta."

"Oh, itu ...."

"Iya."

"Iya-iya."

"Sekarang," pinta Nabila lagi.

"Memang kamu kenapa minta sekarang? Kamu mau telepon mereka?"

"Aku ingin kasih tau nomorku yang baru."

Hextor mengambil ponsel Nabila. Ternyata tidak bisa dinyalakan. "Sepertinya batrenya habis. Aku cas dulu, hapenya." Ia kembali menatap layar.

"Yyaa ... Bapaak ...." Mulut Nabila seketika mengerucut.

Hextor yang melihat wanita itu seperti itu, jadi gemas sendiri. "Apa dia tidak punya sopan santun? Masa dia ngambek dengan manja begitu di depan majikannya?" Namun, ia tak berani mengatakannya. "Eh, nanti saja kalau sudah nyala. Nanti aku kirim."

"Janji?" Bola mata Nabila membesar.

Entah kenapa gaya bicara wanita itu meresahkan Hextor, padahal karena ngantuk, Nabila jadi bicara santai.

"Iya," ujar Hextor yang sedikit malas melihat ke layar.

"Ya udah ... udah berhari-hari lho, Bapak tidak memberikan nomer itu," protes Nabila.

"Aku 'kan sibuk, Nabila! Memangnya seperti kamu yang tidak punya pekerjaan!?" bentak pria itu kesal.

Bersambung ....

1
Susi Akbarini
lanjuttttt..
❤❤❤😍😙😙
Susi Akbarini
😀😀😀😀❤❤😘😍😙😗
Tri Handayani
thorrr'kapan kelakuan buruk suami nabila terbongkar'biar nabila cpt cerai dr suaminya yg durjana
Baby_Miracles: sabar-sabar
total 1 replies
Ani Basiati
semoga nabila tau thor kl suamianya selingkuh
Nar Sih
emang segaja bos mu ngk kasih no hp suami mu nabila ,biar kmu ngk telpon suami mu
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Nar Sih
lanjutt kakk ,👍🥰
Susi Akbarini
nabila menghantui hextor..
😀😀😀❤❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
😀😀😀❤❤😘😍😗
Tri Handayani
hektor'g usah d kirimin no tlfnya suami nabila,mnding tunjukin kelakuan busuk suami nabila biar dia g mengharapkan lagi suaminya.
Susi Akbarini
lanjutttttt....

😍😙😗😗❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhhh..

ngeriiiu...
😘😍😍😙😗❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
Lani2..
satang Enzo tapi salah strategi..
😀😀❤❤😘😍😙
Susi Akbarini
apa lani lupa klao di rumah itu ada cctv..


😀😀😀❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
lanjutttt..

❤❤❤😘😙😗😗
Tri Handayani
makanya jadi orang jangan jahat'kena batunya kan...
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤😘😍😙😙
Susi Akbarini
waaahhh..
jangn2 lani naruh serbuk gatal do pakaian Enzo..
untung Hextor tau lani melakukan sesuatu di lwmari anknya ..
jadi gak bisa nuduh nabila..
😀😀❤❤❤😍😙😗
Tri Handayani
Next thorrr'semangat up
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤😍😙😗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!