NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Kapten

Jerat Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Menikahi tentara
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.

Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.

Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Jhonatan merasakan euforia yang aneh saat meninggalkan rumah Alvino. Langkahnya terasa ringan, pikirannya dipenuhi satu nama  Aresa. Baginya, bisnis bisa menunggu. Ada hal yang jauh lebih penting dari sekadar angka dan strategi. Setelah sembilan tahun mencari, ia tidak akan membiarkan kesempatan ini hilang begitu saja

Ia kembali ke markas, namun fokusnya buyar. Pratu Haris, sampai dibuat bingung dengan tingkah sang kapten. "Haris," panggil Jhonatan  "Siap, Kapten! Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya saat melihat Jhonatan hanya duduk melamun di balik meja kerjanya.

"Tidak ada, Haris. Saya hanya sedang memikirkan strategi baru," jawab Jhonatan, suaranya terdengar datar seperti biasa, namun matanya memancarkan kilau yang berbeda.

Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Alvino.

Jo: Vin, apa Aresa masih di rumahmu?

Alvino: Masih, Jo. Kenapa?

Jo: Aku butuh datanya. Aku ingin dia gabung di bisnis ini, Biar kita bisa leluasa saat presentasi ke Bapaknya Aresa.

Alvino: Nanti aku kirim. Kamu kayak kesetanan begitu sih nanya Aresa terus.

Jhonatan tak membalas. Ia tahu Alvino akan memberikannya. Ia hanya butuh alasan untuk kembali. Rencana yang ia susun sederhana, tapi efektif. Menggunakan dalih bisnis, ia akan datang lagi ke rumah Alvino dan kali ini, ia akan pastikan bisa berbicara dengan Aresa. Ia akan menunjukkan padanya bahwa ia bukan sekadar "pria berseragam" yang galak, seperti yang Aresa pikirkan.

****

Aresa terbangun dari tidurnya. Ia merasa sedikit lebih baik, namun memori tentang tatapan Jhonatan masih terngiang. Ia bangkit, wajahnya terlihat sebal. "Ihh, kenapa sih kebayang muka dia terus, ganggu banget," gumamnya. Pikirannya melayang pada Liam, Liam Gracia pacar bulenya. Mereka sudah menjalin hubungan dua tahun lamanya, dan Aresa sangat mencintainya. Tapi ada satu hal yang terus menjadi benteng di antara mereka. Perbedaan keyakinan. Liam bersikeras tidak mau berpindah keyakinan, dan keluarga Aresa pun sudah pasti tidak akan merestui hubungan mereka. Aresa merasa lelah, lelah dengan hubungan yang tidak memiliki masa depan.

Sore harinya, saat Aresa sedang asyik bermain dengan Gio, Mas Alvino datang menghampirinya. "Resa, nanti malam Jhonatan mau datang lagi," bisiknya.

Aresa langsung terdiam. "Ngapain, Mas? Kan sudah tadi," tanyanya, nada suaranya berubah panik.

"Mau bahas bisnis. Mau ngajak kamu gabung bisnis kita, kalau kamu mau Jhonatan minta datamu. Aku sudah bilang ke dia, kalau kamu masih capek, tapi dia memaksa," jawab Alvino, terlihat tak enak hati.

Aresa menghela napas. Ia tahu, ia harus bersikap profesional. Tidak boleh ada lagi insiden lari ke kamar. Ia memutuskan untuk memakai pakaian yang lebih sopan, kemeja hitam lengan panjang dan celana kulot coklat muda, serta memakai hijab dengan warna senada. Ia siap menghadapi "Komandan Galak" itu.

****

Malam itu, Jhonatan tidak bisa tenang. Pikirannya terus berputar, menyusun strategi layaknya hendak menyerbu markas musuh. Kali ini, musuhnya bukanlah kelompok bersenjata, melainkan seorang wanita dengan tatapan setajam elang dan lari secepat kelinci. Rencana yang ia susun sederhana, namun efektif. Menggunakan dalih bisnis, ia akan datang lagi ke rumah Alvino dan kali ini, ia akan pastikan bisa berbicara dengan Aresa. Ia akan menunjukkan padanya bahwa ia bukan sekadar pria berseragam yang galak, seperti yang Aresa pikirkan.

Pukul delapan malam, Jhonatan sudah siap dengan seragam lengkapnya. Pakaian dinas harian (PDH) berwarna hijau army itu membalut tubuh tegapnya, dengan lencana pangkat Kapten tersemat kokoh di pundaknya. Ia memastikan setiap kancing bajunya terpasang sempurna, setiap lipatan celananya tajam. Penampilan adalah segalanya. Ia ingin Aresa melihatnya bukan sebagai pria dengan tatapan menakutkan yang membuatnya terkejut, melainkan sebagai sosok yang berwibawa dan penuh kendali.

Disisi lain Aresa merasa gelisah, entah apa yang dipikirkannya. Aresa merasa lelah, niat awal datang ke tempat Sepupunya untuk menenangkan diri justru harus terseret urusan dengan seseorang yang menurutnya sangat menakutkan. Seseorang dengan tatapan tajam seperti elang.

Ditengah lamunannya tiba-tiba Ayu datang menghampiri Aresa. "Resa, Kapten Jhonatan sudah datang," bisiknya. Aresa menghela napas, menguatkan diri. Ia melangkah keluar kamar dan mendapati Jhonatan sudah duduk di ruang tamu, di samping Alvino.

"Terima kasih sudah datang Jo," sapa Alvino.

"Its oke vin," jawab Jhonatan, matanya tak lepas dari Aresa. Ia menatap Aresa seolah menantangnya, seolah berkata, kali ini kau tidak akan bisa lari.

Aresa hanya menunduk, tidak berani menatap mata Jhonatan. Ia merasa gugup, namun ia berusaha mengendalikan diri. "Silakan duduk, Kapten Jhonatan," kata Aresa, suaranya terdengar dingin dan profesional.

Jhonatan mengambil duduk di depan Aresa, membuat suasana menjadi canggung. Alvino yang merasa tidak enak, mencoba memecah keheningan. "Jo, ayo, mulai saja. Biar cepat selesai."

Jhonatan mengangguk. Ia mengeluarkan sebuah tablet dari tasnya. "Saya datang untuk membicarakan bisnis. Saya ingin kamu ikut turut serta dalam bisnis ini karena lokasinya di tanah milik ayah mu dan saya butuh data kamu," kata Jhonatan, suaranya tegas dan tenang.

Aresa mengangkat kepala, menatap mata Jhonatan. Ia tidak akan lari. Ia akan hadapi pria ini. Ia akan tunjukkan padanya bahwa ia bukan anak kecil yang bisa diganggu. "Silakan, Kapten Jhonatan. Data apa yang Anda butuhkan?" jawab Aresa, suaranya terdengar lebih dingin.

"Semua data baik data pribadi ataupun yang berhubungan dengan pekerjaan Anda, termasuk kontrak kerja yang sedang anda jalani sekarang," jawab Jhonatan, matanya menatap Aresa lekat-lekat. Ia tahu ini terdengar sangat pribadi, tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin tahu semua hal tentang Aresa.

Aresa terkejut. Ia tidak menyangka Jhonatan akan meminta data-data yang sangat pribadi. Ini bukan tentang bisnis lagi. Ini tentang Jhonatan yang ingin tahu semua hal tentang dirinya. "Untuk apa Anda butuh data itu? Bisnis itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya," jawab Aresa, suaranya mulai meninggi.

"Ini berhubungan dengan bisnis keluarga mu. Saya ingin tahu berapa modal yang bisa kamu keluarkan," jawab Jhonatan, suaranya tenang dan tegas. "Kita tidak bisa membangun bisnis tanpa modal."

"Saya tidak butuh modal dari Anda. Saya punya uang sendiri," jawab Aresa, suaranya bergetar. Ia merasa Jhonatan sedang merendahkannya.

"Saya tahu. Tapi saya butuh data Anda untuk membuat presentasi yang meyakinkan," jawab Jhonatan.

Aresa terdiam. Ia merasa terjebak. Ia tidak bisa lari. Ia harus hadapi pria ini. Ia mengambil napas dalam-dalam. "Baiklah. Saya akan kirimkan datanya besok," jawab Aresa. Ia merasa lelah. Ia tidak ingin berdebat lagi.

Jhonatan tersenyum tipis. "Saya butuh sekarang," jawabnya, suaranya tenang, namun penuh dominasi.

Aresa menatapnya dengan marah. Ia tahu Jhonatan sedang mengujinya. Ia tidak akan menyerah. "Tidak bisa. Saya tidak punya datanya sekarang," jawab Aresa, suaranya dingin.

"Saya akan tunggu," jawab Jhonatan, suaranya tenang, namun penuh tekad.

Pertarungan pun dimulai. Pertarungan antara dua orang yang sama-sama keras kepala, sama-sama ingin menang. Aresa menyadari, ini bukan lagi takdir. Ini adalah sebuah pertarungan. Pertarungan yang harus ia menangkan.

1
Embhul82
💪 semangat 👍
Embhul82
menarik Thor
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
rokhatii: hehe tunggu aja kak🤭. konfliknya santai kok
total 1 replies
aisssssss
💪
aisssssss
👍
rokhatii
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!