NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 Lomba

"Maaf buk, kenapa pasangan saya gak

pernah hadir dalam sesi tambahan jam

pelajaran ini ya?" Tanya Alvin hati-hati.

"Pasangan kamu punya guru privat

sendiri, saya juga sudah memberikan

materi yang sama dengan kamu padanya,

jadi tanpa belajar bareng disini dia pasti

sudah menguasai materi tambahan itu"

jawab Bu Irma, wali kelas Ratih, pasangan

lomba Alvin.

"Tapi saya merasa tetap ada yang perlu

di diskusikan Bu, apalagi nanti ada sesi

presentasi juga kan, menurut saya

sebaiknya dia tetap hadir di jam tambahan

ini"

ujar Alvin.

"Kamu bikin catatan aja, apa yang perlu diperhatikan oleh Ratih soal apa

yang telah kamu pelajari, biar saya

sampaikan ke dia" jawab Bu Irma enteng.

"Kalau begitu, mulai besok saya izin

gak ikut tambahan pelajaran ya Bu, saya

juga ada perlu lain, ibu bisa ngasih saya

materi yang perlu saya pelajari, dan saya

hanya perlu membuat catatan untuk Ratih"

tawar Alvin, sejujurnya ia sedikit kesal

dengan tanggapan guru tersebut.

"Tidak bisa begitu!" tolak Bu Irma

mentah-mentah.

"Kenapa Bu?" tanya Alvin basa-basi.

"Ya karena murid beasiswa wajib ikut

jam tambahan ini, lagipula kamu gak

punya guru privat, siapa yang akan

mengajarimu, meskipun kamu pintar,

sejujurnya murid beasiswa sepertinya tak

sepintar itu, mengingat disini banyak sekali murid pintar. Jadi pelajari yang ada,

jangan pulang sebelum jam tambahan ini

berakhir!" jawab Bu Irma kemudian keluar

kelas dengan raut emosi.

Alvin dan peserta lomba yang lain

hanya bisa menatap Bu Irma dengan

tatapan cengo.

Bu Irma adalah pembantu

pembimbing Alvin dan Ratih, karena

hari ini pak Arif, guru pembimbing yang

sebenarnya berhalangan mengajar.

"Kamu kok gak takut sih vin" sahut

Mingyu.

"Ngapain takut, wong kita cuma

ngeluarin pendapat Ming, lagian gak adil

banget kalau kayak gini" jawab Alvin.

"Ratih emang gitu, dia emang pinter,

selain karena punya guru privat dia juga

cukup ambisius, makanya bisa ngalahin Azam, temen sekelas mu" sahut Alex ikut

berkomentar. Alex memang ikut

olimpiade, ia mendampingi Arumi sebagai

peserta lomba cabang matematika.

"Kamu kenal Ratih?" tanya Alvin.

Alex pun mengangguk.

"Kami satu SMP, sejak dulu emang

anaknya ambisius, mungkin karena tuntutan

orang tua, tapi kamu tenang saja, otaknya

jalan kok. Kalau cuma jadi pendamping

pas tes tulis aja, aman" jawab Alex, ia yang

dulunya tak begitu menyukai Alvin, kini

mulai bisa menganggap Alvin sebagai

teman.

"Oh ya? Apa anaknya emang jarang

sosialisasi?" tanya Alvin.

"Dulu sih masih punya temen

anaknya, kalau sekarang gak tau, tanya aja

sama faisal itu, dia kan sekelas" jawab Alex seraya menunjuk Faisal, pasangan lomba

Mingyu di cabang mata pelajaran kimia.

"Sekarang kayaknya gak punya temen

sih, anaknya pendiem banget, tapi nilainya

tinggi sih, terutama di bidang fisika,

makanya jadi pasangan kamu" jawab Faisal

seraya menatap Alvin.

"Sudah-sudah, jangan bahas orang

yang gak ada terus, kalian pelajari itu

materi yang kalian punya!" tegur Arumi

yang sejak tadi mencoba fokus untuk

belajar, namun terus gagal karena

mendengar pembicaraan teman-

temannya.

Alvin pun akhirnya mau tak mau

harus menerima kenyataan yang ada, ia

juga gak lagi memikirkan mengenai

pasangan lombanya. Tak lupa setiap 3 hari

sekali Alvin juga membuat catatan, atas

apa yang ia pelajari, agar saat sesi presentasi nanti pasangan lombanya bisa

selaras.

3 Minggu berlalu, perlombaan sudah

di depan mata. Namun selama itu Alvin

masih belum pernah bertemu Ratih, di

jam pelajaran tambahan.

Pernah sekali Alvin mencoba

mendatangi kelas Ratih, namun gadis itu

hanya menatap Alvin dengan tatapan

mencemooh, dan menjawab Alvin

dengan angkuh saat Alvin bertanya.

Membuat Alvin enggan untuk

mengajaknya berbincang lagi.

Selain fokus pada lomba, Alvin juga

tak melupakan kewajibannya untuk

bekerja, mengingat dirinya sudah

berkomitmen menjadi pengambil sampah,

ia tetap nmelakukan hal itu dengan senang

hati.

Sedikit perubahan baik yang

dilakukan oleh ibunya, dimana kini

Alvin selalu di minta untuk makan di

rumah dan di beri uang saku, hal yang

membuat Alvin merasa diperhatikan

serta dianggap sebagai anak. Meski ia tetap

lebih baik makan di warung Mak Na, dan

hanya sesekali makan di rumah.

Hari H lomba, seluruh peserta lomba

olimpiade berangkat bersama, dengan

Menggunakan mobil yang telah di sediakan

sekolah. Selama perjalanan, Ratih terus

terdiam seolah ia sedang sendirian,

dengan headset yang menempel di telinga,

Ratih tampak menatap jendela, menikmati

pemandangan perjalanan.

Sementara Alvin dan yang lainnya

terlibat pembicaraan, mereka bercanda

untuk menghilangkan rasa gugup yang

ada, meski persiapan telah dilakukan, namun tetap saja ada rasa gugup bagi

beberapa teman Alvin.

"Lakukan yang terbaik, aku ingin kita

keluar sebagai juara!" bisik Ratih sebelum

memasuki ruang tes tulis.

"Ya" jawab Alvin singkat.

Tes tulis pun berlangsung, meski

Alvin dan Ratih duduk berdampingan,

keduanya seolah seperti tak saling kenal.

Jika pasangan lain memanfaat

kesempatan untuk berdiskusi mengenai

soal yang dianggapnya sulit, namun bagi

Ratih tes ini seperti tugas individu, ia

bahkan menutup diri dari Alvin,

membuat Alvin hanya bisa menghela

nafas.

Satu setengah jam berlalu, sesi tes

pun berakhir. Keseluruh peserta lomba di

ijinkan untuk beristirahat, sambil menunggu sesi presentasi.

Alvin pun keluar, ia menoleh ke

kanan dan ke kiri, mencari keberadaan

Mingyu, teman baiknya. Karena tak

menemukan keberadaan Mingyu, Alvin

pun memilih mencari tempat yang sepi.

la menaiki tangga menuju lantai tiga,

dimana ia lihat ada sudut yang tampak

aman untuknya menyendiri. Sesampainya

di lantai tiga, benar saja sudut yang ia lihat

dari bawah tampak condong ke dalam,

sehingga menurutnya pastilah aman.

"Untung tadi sempat beli ini"gumam

Alvin seraya mengeluarkan sebatang

rokok, yang sempat ia beli secara ecaran di

warung Mak Na tadi pagi.

Baru mencoba menghidupkan korek,

Alvin dikejutkan dengan kedatangan

Ratih yang tiba-tiba sudah berada didepannya, seraya membawa selembar

kertas.

"Kemungkinan soal presentasi nanti"

ucap Ratih seraya memberikan selembar

kertas tersebut.

Alvin pun menerimanya dengan

heran.

"Dapat darimana?" tanya Alvin

membaca sekilas.

"Gampang itu, tinggal transfer 5 juta,

bocoran keluar dengan sendirinya" jawab

Ratih bangga, seolah uang segitu tak ada

artinya.

"Kamu ngeluarin segitu hanya untuk

selembar ini? Ini juga belum tentu keluar,

dibanding ini jauh lebih baik catatan yang

sering aku berikan ke kamu"

protes

Alvin.

"Itu valid kok, liat aja nanti pasti

keluar. Lagian aku cuma pengen berbagi,

karena kamu udah baik hati sering ngasih

aku catatan" jawab Ratih.

"Hmmm makasih, sepertinya aku gak

butuh ini" jawab Alvin seraya

menyerahkan selembar kertas tersebut.

"Aku gak peduli, yang jelas itu untuk

kamu, dan aku gak mau tau, kita harus

keluar sebagai juara, tolong kerjasamanya

saat presentasi nanti!" bentak Ratih, seraya

berlalu.

"Hey, nona Ratih yang terhormat,

jangan mengingatkanku soal kerja sama,

jika kamu sendiri tak pernah hadir untuk

berdiskusi dengan saya, saat jam pelajaran

tambahan" ujar Alvin kesal. Sementara

Ratih tampak menghentikan langkahnya,

Mendengar ucapan Alvin.

"Cepetan lanjutin aktivitasmu, jangan

sampai masuk ruangan dengan bau!"

jawab Ratih tak mengindahkan kalimat

Alvin, ia justru mengingatkan Alvin.

Alvin pun segera menyalakan

korek, bukan untuk menyulut rokok yang

ia bawa, melainkan untuk membakar

lembaran kertas yang diberikan Ratih tadi.

"Jangan khawatirkan aku" jawab

Alvin sembari tersenyumn ngece, pada

Ratih yang wajahnya kini memerah

menahan amarah, melihat Alvin

membakar apa yang ia berikan tadi.

Sepeninggal Ratih, Alvin pun lanjut

menyulut rokok dan menghisapnya sambil

menatap seluruh penjuru sekolah tempat

olimpiade dilaksanakan, tampak sekolah

yang tak kalah elit di banding SANG

JUARA.

Alvin menghentikan aktivitasnya,

saat mendengar suara langkah kaki

mendekat, ia berusaha mematikan

rokoknya saat seorang laki-laki

mendekatinya.

"Lanjut aja gpp, santai ini. Orang cuma

saya aja kok" ucap pak Arif mendekati

Alvin.

Bintang masih menatap tak percaya.

"Pinjam korek!" ucap pak Arif, seraya

mengeluarkan sebungkus rokok, membuat

Alvin sedikit tersentak.

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Masak sih pemilik sekolah bisa di kadalin ma ora kepercayaan & kepsek harus di pecat donk.. Ttp semngt kak...
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!