Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Teman Ngobrol
Selama masuk sekolah Ira tidak banyak bergaul dengan teman satu kelas ataupun lain kelas hanya beberapa saja itu hanya sekedar bertanya saja tidak lebih .
Sekarang Ira duduk sendirian di depan guru , semua siswa duduk berdampingan , Fika yang dulu pernah dekat sekarang lebih memilih menjauh darinya . Ira semakin tidak menyukai sikap Fika yang sekarang sangat sombong padanya semenjak kenal dengan teman baru meskipun satu kelas Fika jarang ngobrol dengan Ira bahkan menyapa saja jarang sekali .
Waktu istirahat Ira pergi ke kantin seorang diri dan makan di sana tidak ada yang menyapa ataupun mengajak bercanda seolah tidak ada orang . Ira melihat satu per satu teman yang ada di kantin merasa sepi .
Ira berjalan menelusuri koridor sekolah melihat gedung banyak siswa namun seperti ia sendiri yang berada di sana miris sekali batin Ira berjalan menuju kelas .
Satu per satu siswa masuk ke dalam kelas sambil bercengkerama dan bercanda ria . Lagi-lagi tidak ada yang menyapa Ira membuatnya semakin kecil dan sepi seorang diri .
“Hai , Ira ya namanya ?“ sapa Temon nama panggilan , nama sebenarnya adalah Manto . Anaknya suka tersenyum dan bercanda .
Ira menoleh lalu tersenyum tipis ada rasa canggung menanggapi teman cowok yang belum ia kenal . "Iya , namamu siapa ?" tanya Ira . meskipun sudah beberapa minggu Ira belum hapal semua nama teman satu kelas .
"Panggil saja Temon ,“ katanya duduk di sebelah Ira dengan percaya diri tidak lupa senyum .
" Kamu duduknya di sana , kan !" kata Ira menunjukkan tempat duduknya .
"Iya , nanti kalau ada guru baru pindah ," katanya dengan santai .
" Oh begitu ," kata Ira singkat hatinya sangat malu ketika ditemani duduk . Baru kali ini Ira dekat dengan seorang cowok duduk berdua di lihat banyak teman pula .
"Mon , kembali tempatmu di sini bukan di situ haram , bukan muhrim ," panggil Ashan sambil menarik tangan Temon .
"Bu guru saja belum datang , nanti dulu aku mau duduk sama Ira ," Temon kekeh menolak tangan Ashan .
"Kalau tidak kembali kursimu aku taruh di luar ," kata Dani ..
Akhirnya Temon kembali ke kursi tempat awal ia duduk . "Maaf ya ,Ra . Aku balik dulu ," Temon beranjak dan pindah ke tempat duduknya .
"Iya ," jawab Ira senyum yang dipaksakan .
Pelajaran jam terakhir tidak ada guru semua siswa saling bercanda ria ada yang berani bolos sekolah, ada yang pergi ke kantin , dan sisanya di dalam kelas . Sesorang datang menghampiri Ira duduk di sebelahnya .
"Hai nama kamu siapa ?" tanya Nina teman perempuan . “Irawati ," jawab Ira dengan ramah .
"Rumahmu dimana ?" tanya Nina dengan senyum ramah .
" Di kampung ," jawab Ira asal karena ia tidak suka di tanya karena sedang tidak mood .
"Kenapa tanya alamat segala memangnya mau datang ke rumah?" batin Ira melirik Nina yang sedang mencoret kertas .
"Maksudku alamatnya siapa tahu mampir kalau ada waktu ," kata Nina menjelaskan maksud pertanyannya .
" Desa Manggar Sari ," jawab Ira .
"Kenapa Fika tidak duduk sama kamu padahal awal masuk kalian barengan ?" tanya Nina ingin tahu . "Aku tidak tahu ," jawab Ira apa adanya tidak mau merusak hubungan baik dengan teman sekampung .
"Sepertinya Fika bukan anak baik-baik , buktinya dia suka sekali bolos sekolah dan berteman dengan teman cowok daripada cewek ," kata Nina sambil melirik ke arah Fika yang sedang ngobrol bersama beberapa teman cowok .
" Biarkan saja itu urusan dia ," sahut Ira menoleh ke arah Fika dengan hati entah . Mulai saat ini ia tidak mau ikut campur urusan Fika sejak Fika pindah tempat duduk sudah jarang berkomunikasi .
“Sabar ya ," kata Nina memberi kekuatan pada Ira . Nina melihat Ira selalu duduk sendirian merasa kasihan dan sejak saat itu ia akan menemani Ira .
"Ra , besok pindah tempat jangan di sini ," kata Nina melihat ke arah tempat belakang .
" Memangnya kenapa ?" tanya Ira merasa heran dengan perkataan Nina .
"Sepertinya ada yang tidak beres ," batin Ira .
"Besok aku aku carikan tempat duduk di belakang , kalau di depan tidak nyaman selalu diperhatikan oleh guru ," jawab Nina dengan berbisik .
"Baiklah terserah kamu ," sahut Ira .
Sepulang sekolah Ira jalan ditemani Nina dan kekasihnya . “Kamu pacaran sama dia ?" tanya Nina melihat teman cowoknya bertubuh tinggi rambut ikal . Nina melihat ke samping sambil tersenyum malu .
"Cuma temanan doang kita kan satu kelas , benar kan , Mas ?" jawab Nina kemudian meminta persetujuan temen cowok disampingnya . sedangkan teman cowok itu hanya tersenyum malu seolah tidak menanggapi pertanyaan Nina membuat Nina marah lalu memukul lengan teman cowoknya .
"Iya juga gak apa-apa," sahut Ira menyenggol lengan Nina . Akhirnya mereka bertiga tertawa bersama .
"Hayo ngetawain apa kalian ?" tanya Temon berjalan di samping Ira . Teman di belakang ikut mengiringi langkah mereka berempat seperti iringan pengantin .
"Ciee , Temon pedekate ," celetuk salah satu teman dari belakang .
“Sssstt .. Siapa yang pedekate kita kan teman ya kan ,Ra ,“ kata Temon kemudian meminta persetujuan Ira sambil menyenggol lengan Ira . sedangkan Ira menganggukkan kepala saja karena ia tidak tahu harus berkata apa .
"Tuh denger gak?' tanya Temon kepada teman di belakang . Semua yang mendengar tertawa melihat reaksi Ira sehingga Temon merasa berhasil membuat temannya percaya .
"Iyain aja ,“ sahut yang lainnya .
Suasana sepanjang jalan sangat riuh karena ulah Temon dan teman-temannya sampai akhirnya mereka berpisah menuju ke angkutan umum yang sudah menunggu dan mengantar mereka pulang ke rumah masing-masing,
"Ra , hati-hati ya di jalan kalau jatuh bangun sendiri ,“ pesan Temon membuat Ira dan teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal .
" Iya ,“ jawab Ira dengan ramah meskipun hatinya bergejolak ia sembunyikan agar orang tidak salah paham menanggapi candaan Temon .
Ira masuk ke dalam mobil dengan perasaan tidak karuan sambil menghembuskan napas kasar . "Akhirnya bebas juga dari mereka ," kata Ira di dengar oleh pak sopir yang sedang melihat para siswa keluar dari gang .
“Kenapa dek ?' tanya pak sopir ingin tahu . "Enggak apa-apa kok," jawab Ira gugup lalu menetralkan degup jantungnya . beberapa siswa masuk ke dalam mobil sampai tidak lagi siswa yang masuk lalu mobil melaju mengantar para siswa pulang ke rumah masing-masing.
Selama perjalanan pulang Ira tidak banyak bicara padahal satu mobil dengan teman-temannya . Ira tidak mudah akrab dengan teman baru karena merasa minder . Ia sadar diri kalau beda dengan teman lainnya .
Sampai di ujung jalan pertigaan Ira turun dan membayar ongkos lalu berjalan masuk ke dalam gang menuju desanya dan akhirnya Ira sampai juga di rumah dengan selamat ." Perutku terasa sangat lapar sekali ," kata Ira mencium aroma masakan .