NovelToon NovelToon
A Modern Soul In A Young Widow'S Body

A Modern Soul In A Young Widow'S Body

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Janda / Mengubah Takdir / Romansa / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22.Pemakaman yang tenang.

Langit sore di desa Yan shi tampak muram. Awan kelabu menggantung rendah, seolah ikut berduka. Di tepi bukit kecil di luar desa, sebuah gundukan tanah baru telah digali. Di sana, hanya ada Zi ning, Yue, beberapa petugas yang mengenal Li mei, dan seorang biksu tua yang memimpin doa.

Upacara itu sederhana,tanpa hiasan, tanpa keramaian. Hanya lilin-lilin kecil yang berjejer di sekitar liang lahat, menyala redup ditiup angin.

Zi ning berdiri di depan nisan kayu sederhana yang baru ditancapkan. Tertulis:

“Li mei,Tabib dan pelindung desa. Beristirahatlah dengan tenang.”

Yue berlutut di tanah, menundukkan kepalanya, matanya memerah. “Nona Li mei… semoga anda beristirahat dengan tenang.” Suaranya pecah, nyaris berbisik.

Zi ning diam sesaat, lalu meletakkan sebuah gelang pecah,satu-satunya benda milik Li mei yang tersisa yang di letakkan di atas tanah. “Li mei…terimakasih atas segalanya,aku berharap kamu bisa beristirahat dengan tenang karena orang yang mencelakai mu sudah diadili.”

Angin berhembus pelan, membuat lilin-lilin bergoyang. Suasana hening, hanya suara biksu yang melantunkan doa.

Setelah doa selesai, para petugas mundur perlahan, memberi ruang pada Zi ning dan Yue untuk terakhir kalinya bersama Li mei.

Yue menatap Zi ning, suaranya serak. “Nona… setelah ini, apa yang akan kita lakukan?,kita juga tidak bisa berada disini terus.”

Zi ning menatap ke arah nisan kayu itu, matanya tajam. “Sudah waktunya kita pergi, besok kita akan melanjutkan perjalanan kita kembali ke keluarga Liu.”

Yue menggenggam ujung jubahnya erat-erat. "Baik nona, saya akan bersiap-siap. Hari akan segera gelap sebaiknya kita kembali pulang dulu! "

Akhirnya semua orang pergi setelah memberikan penghormatan terakhir untuk Li mei, begitu juga dengan Yue dan Zi ning.

Zi ning menoleh, tatapannya lembut. “Terimakasih teman, atas semua yang telah kamu ajarkan pada ku.”

Mereka berdua berdiri lama di depan makam, ditemani angin sore dan suara burung gagak di kejauhan.

Saat mereka hendak pergi, Yue menoleh sekali lagi pada makam Li mei. “Tidurlah dengan tenang, Nona. Aku janji… kami tidak akan biarkan namamu hilang.”

Di kejauhan, lonceng desa berdentang tiga kali,tanda bahwa malam akan segera tiba. Zi ning menarik napas dalam-dalam dan melangkah menuruni bukit bersama Yue. Meski hatinya berat, matanya menyimpan tekad baru.

Saat mereka menuruni bukit, matahari mulai perlahan tenggelam di balik perbukitan jauh, memancarkan sinar jingga lembut yang menyelimuti desa Yan shi. Angin sore berhembus ringan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan, membuat langkah mereka terasa lebih damai meski hati masih berat.

Yue melirik Zi ning yang berjalan di depannya. “Nona, setelah sampai rumah, saya akan menyiapkan teh hangat. Perjalanan tadi… terasa panjang sekali.”

Zi ning tersenyum tipis, meski matanya terlihat lelah. “Teh jahe, ya. Badan kita perlu hangat sebelum malam. Besok perjalanan ke keluarga Liu juga tidak sebentar.”

Mereka melewati jalan setapak yang dipenuhi suara jangkrik. Beberapa anak desa berlari-lari kecil membawa lentera, tertawa ringan, tampak tak menyadari duka yang baru saja melanda. Zi ning sempat berhenti sebentar, menatap mereka dari jauh. Hatinya terasa sedikit lega, menyadari bahwa meskipun ada kesedihan, kehidupan di desa tetap berjalan.

Setiba di rumah sederhana yang mereka tinggali sementara, Yue langsung menyalakan lampu minyak dan menyiapkan teko teh di atas tungku kecil. Aroma jahe hangat memenuhi ruangan, membuat suasana terasa nyaman.

Zi ning duduk di kursi kayu dekat jendela, memandangi langit yang kini dipenuhi bintang-bintang kecil. “Li mei pasti senang… melihat kita tetap melanjutkan perjalanan. Dia tidak ingin kita larut terlalu lama dalam kesedihan.”

Yue meletakkan dua cangkir teh di meja, lalu duduk di seberang Zi ning. “Benar, Nona. Dan saya yakin, setelah kita kembali ke keluarga Liu, tuan besar pasti tidak mau lepas dari nona dan saudara-saudara anda nanti pasti memanjakan nona.”

Zi ning mengangguk perlahan, mengambil cangkirnya. Hangat teh jahe menyentuh bibirnya, menenangkan pikirannya yang penat.

Seakan mengerti yang Yue bicarakan, "Oh ya, Yue bisa kamu ceritakan tentang keluarga ku itu, mereka seperti apa karena aku sedikit lupa pada mereka. "

Malam itu mereka duduk lama, berbicara ringan tentang perjalanan dan tentang keluarga Zi ning mereka esok hari,tentang medan yang akan dilalui, tempat peristirahatan, hingga rencana kerja mereka setelah kembali. Tidak ada rasa takut, tidak ada bayangan suram,hanya percakapan tenang ditemani suara angin malam yang sesekali masuk lewat jendela.

Sebelum tidur, Yue menatap langit malam sekali lagi dari jendela. “Semoga perjalanan besok lancar, Nona. Dan… semoga Li mei beristirahat dengan tenang, di tempat yang lebih baik.”

Zi ning mendekat, menepuk bahu Yue dengan lembut. “Pasti, Yue. Sekarang, tidurlah. Besok hari baru menanti kita.”

Lampu minyak dipadamkan, dan malam pun menyelimuti kediaman kecil itu dengan ketenangan.

Pagi hari di desa Yan shi terasa berbeda. Kabut tipis masih menyelimuti jalan-jalan tanah, sementara suara ayam berkokok bersahutan dari kejauhan. Warga desa yang hendak berangkat ke pasar tiba-tiba menghentikan langkah mereka ketika suara derap kuda terdengar mendekat.

Dari arah jalan utama, sebuah kereta besar berlapis kayu ukir berhenti di depan rumah Li mei. Kereta itu ditarik oleh dua ekor kuda hitam berotot, dengan lambang keluarga bangsawan Zhao terukir di sisinya. Beberapa pengawal bersenjata berdiri mengelilingi kereta, menatap tajam siapa pun yang terlalu dekat.

Seorang pria turun dari kereta. Tubuhnya tegap, mengenakan jubah hitam beraksen emas, rambutnya disanggul rapi sesuai adat bangsawan. Wajahnya tegas dengan tatapan tajam, jelas bukan orang biasa. Begitu kakinya menjejak tanah, suasana desa menjadi sunyi.

Dialah Zhao shen li, saudara laki-laki Li mei.Dia datang kesana karena perintah ayahnya tuan Zhao untuk menjemput Li mei setelah mendapatkan barang peninggalan ibu Li mei.

Warga desa yang lewat berhenti melihat rombongan tersebut berada di depan rumah Li mei, lalu Shen li turun dari kudanya dan berjalan menghampiri gerbang rumah Li mei.

Sedangkan Yue dan Zi ning sedang bersiap mengemasi barang nya, untuk kembali ke rumah keluarga Liu.

Mereka di kejutkan dengan suara gedoran pintu yang keras, dan terus memanggil Li mei.

"Siapa pagi-pagi bertamu seperti itu? "

"Biar saya yang buka nona. "

Yue pun lalu berjalan membuka gerbang pintu rumah mereka, Yue terkejut melihat orang yang berdiri didepan gerbang Li mei.

Pria gagah yang membawa kereta mewah, dan beberapa rombongan berada didepan pintu rumah mereka.

"Siapa tuan? " Tanya Yue.

Dengan sopannya Shen li memberikan hormat pada Yue, dan saat akan mengatakan maksud kedatangannya.

Zi ning menghampiri Yue, dan Shen li terkejut melihat wanita yang anggun berdiri dengan nya.

"Siapa Yue? " Tanya Zi ning.

"Tidak tahu nona" jawab Yue.

"Maaf.. maafkan saya belum memperkenalkan diri, saya Shen li saudara Li mei. Apa kamu Li mei? " Tanya nya yang penasaran.

"Saudara, oh!, jadi kamu keluarga yang membuang Li mei dan ibunya. Li mei tidak ada, sebaiknya tuan pergi dari sini!. Yue tutup pintu nya, jangan biarkan orang yang menyakiti Li mei masuk kedalam! " Ucap nya dengan marah.

"Tun.. tunggu nona.. ", sebelum selesai bicara pintu gerbang rumah Li mei langsung tertutup dengan keras.

1
Alan Banghadi
Rasain kamu tuan muda hu bahkan itu belum cukup dengan matinya li mei
Alan Banghadi
Zi Ning yg sabar ya karena Li mei sudah mati😭😭😭
Alan Banghadi
Kasihan li mei malah mati bahkan di perkosa dan di bunuh😭😭😭.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡
Alan Banghadi
Jangan2 li mei mati di bunuh sama tuan muda keluarga hu aduh jangan sampe
Alan Banghadi
Ternyata yg membunuh pelayan tua itu Tian mudah Hu sendiri astaga 🤦🏻
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning dan Yue akan berjuang dari nol
Alan Banghadi
Akhirnya li hua yg Berti dak
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning akan berkumpul lagi dengan keluarganya
Alan Banghadi
Bagus semoga ketahuan perlakuan Keluarga terhadap Zi ning
Chen Nadari
ambil thor.ksh dia dimensi /Casual/
Chen Nadari
semoga buruan keluar dr keluarga laknat
Chen Nadari
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!