Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil
Farhan masuk dengan cara menyamar tentunya, museumnya begitu padat dengan orang-orang yang berkunjung, ini adalah sebuah kesempatan emas yang tak boleh Farhan lewatkan bukan.
Awalnya hanya berjalan-jalan melihat-lihat semua yang terlihat berharga, tujuan Farhan langsung tertuju pada kalung yang begitu berkilau dan penuh dengan berlian sangat menarik, mungkin dengan mencuri itu akan membuat orang itu keluar.
Selama ada didalam museum Farhan selalu menghindari Cctv, mencoba bermain-main agar mereka sedikit kesulitan mencarinya nanti.
Dengan mudah Farhan masuk kedalam tempat berlian itu yang sudah di garisi dengan sebuah rantai melingkar. Penjaga masih sibuk dengan pengunjung yang lain, yang nakal sepertinya yang masuk seperti ini.
Dengan sekali tarikan Farhan mengambilnya, keluar dari sana dan berlari dengan kencang, alarm sudah terdengar nyaring menandakan ada barang yang diambil.
Para penjaga langsung saja siaga dan mencari orang yang telah mencuri, ada yang berjaga di depan pintu juga dan pada pengunjung juga sudah banyak yang ditahan dan ditodongkan senjata, anak kecil menangis orang tua berteriak tak terima diperlakukan begitu saja.
Dengan mudah Farhan melumpuhkan satu penjaga yang baru keluar dari ruangan Cctv dan menukar pakainya, berjalan dengan santai kearah yang dituju.
Namun langkahnya berhenti saat ada yang menepuk bahunya.
"Kenapa kamu diam saja, malah tenang seperti ini. Kalung berlian yang baru saja Tuan pajang hilang cepat kita harus mencarinya sekarang juga sebelum Tuan tahu dan marah"
Farhan mengangguk dan membalikan badannya.
"Kau, siapa kau" teriak penjaga itu.
Dengan gesit Farhan menarik tangannya dan memutar kepalanya sampai tiada, kembali pergi tanpa ada salah sedikitpun suruh siapa menghentikan langkahnya.
Farhan masuk kesebuah toilet yang memang sudah sengaja Farhan lubangi, tentu saja di bantu dengan orang-orangnya keluar dari sana dengan santai dan masuk kedalam mobilnya untuk segera pergi, diluar tak ada orang mereka sedang sibuk didalam memeriksa semua orang padahal orang yang sudah mengambilnya sudah pergi meninggalkan tempat itu.
...----------------...
"Apa, kalung itu hilang kenapa bisa. Sialan siapa yang mengambilnya" marah orang itu.
"Maaf Tuan kami benar-benar kehilangan jejak orang itu"
"Sialan" dor dor. Orang-orang yang melapor tadi langsung dihabisi begitu saja.
"Cepat cari orang yang telah mengambil kalung itu, aku membelinya begitu mahal dan itu adalah sebuah peninggalan yang begitu langka" perintahnya pada orang kepercayaannya yang selalu ada disampingnya.
"Baik Tuan, akan saya laksanakan orang itu akan segera ditemukan dan akan habis ditangan mu"
"Aku beri waktu 1 bulan, jangan lebih dan kau harus segera menemukannya"
"Baik" ucapnya sambil pergi dari ruangan Tuannya.
Dan kedua orang yang tadi dihabisi segera dibawa pergi dari sana, dibuang begitu saja pada sebuah lubang, lalu di tariknya sebuah tuas dan keluar api membakar jasad itu didalam lubang yang sudah penuh tulang manusia.
...----------------...
lagi-lagi Indy ada didepan apartemen Farhan, Mamanya selalu saja memintanya melakukan ini, kemarin gagal dan sekarang dirinya diminta untuk kembali dan menemui Farhan.
Beberapa kali Indy memencet bel namun pintu sama sekali tak terbuka. Sedangkan Karina yang ada didalam apartemen hanya sibuk mencari jalan untuk keluar dari sini, kabur yang jauh dan menghilang begitu saja.
"Farhan apakah kamu ada didalam" teriak Indy yang masih tak mau menyerah.
"Tolong bukalah sebentar, aku membawakan kamu makan siang, tadi aku sudah kekantor tapi kamu tak ada" kembali Indy bicara, namun nihil masih tak ada pergerakan, masih sepi dan Indy begitu takut di tegur oleh penghuni lain.
"Farhan, tolong buka sebentar"
Pintu terbuka, namun bukan pintu apartemen Farhan, yang sebelah yang terbuka.
"Mba, bisa ga sih ga usah teriak berisik tahu saya lagi istirahat ga ada kerjaan banget sih siang-siang gini cari orang"
"Maaf Mba, sudah menganggu waktunya"
"Lebih baik Mba pergi deh dari sini, kalau nggak aku panggilin satpam ganggu waktu tidur orang saja. Mba itu bener-bener ga ada kerjaan"
"Baik Mba, maaf menganggu waktunya"
Indy tergesa-gesa pergi dari sana. Jangan sampai nanti dirinya tak diperbolehkan lagi masuk ke gedung apartemen ini lagi.
Dengan terpaksa Indy menghubungi Farhan, namun tetap saja tak diangkat malah dimatikan sepihak. Apakah dirinya begitu tak menarik dihadapan Farhan.
"Tolong angkat Farhan" gumamnya dalam hati.
Indy tak mau sampai tubuhnya menjadi sasaran kemarahan Ibunya lagi karena tak berhasil mendapatkan Farhan. Hidupnya begitu berat sekali.
Kabur pun rasanya tak mungkin, Tante Maya sudah memerintahkan orang untuk selalu menjaganya. Sungguh hidupnya begitu sial sekali terlahir hanya untuk memuaskan hasrat Ibunya yang ingin kaya dan selalu jadi bahan amarah Ibunya saat dia kesal, tubuhnya seperti sudah kebas saking seringnya dipukul.
"Bagaimana berhasil masuk" tanya Ibunya yang memang sengaja ikut dan ingin memantau apakah anaknya benar-benar datang kemari.
"Farhan tidak ada di apartemennya Ibu, bahkan aku sampai di tegur oleh tetangga sebelahnya. Farhan juga sudah aku telepon tapi sama saja dia tidak meresponnya. Sepertinya aku dan dia tidak cocok Bu jangan memaksakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi"
"Dasar anak bodoh" plak sebuah tamparan mendarat sangat mulus di pipi Indy "Seharusnya terus kejar mau bagaimanapun Farhan menjauh ya kamu yang mendekat. Jangan jadikan alasan Farhan tidak ada untuk kamu mundur begitu saja. Ibu melakukan ini itu untuk masa depan kamu, agar kamu tidak usah bekerja dan bahagia hidup jadi orang kaya semua tercukupi segalanya"
Indy hanya diam, memegang pipinya yang masih sangat terasa panas. Bahkan orang-orang yang lewat hanya melihatnya sekilas tanpa ada yang mau ikut campur dan ingin tahu apa yang terjadi padannya.
"Nanti malam datang lagi kemari Ibu tidak mau tahu kamu harus mendapatkan Farhan bagaimanapun caranya. Mau nanti kamu jadi istri kedua pun Ibu tidak masalah yang terpenting kamu menikah dengan Farhan"
"Kenapa tidak Ibu saja yang menikah dengan Farhan agar Ibu lebih puas untuk menghabiskan uang Farhan dan tidak menjadikan aku alat untuk Ibu menjadi orang kaya" akhirnya Indy mengeluarkan suaranya.
"Sialan ya, kalau aku masih muda dan tak punya anak seperti kamu aku akan melakukannya tanpa disuruh" srek rambut Indy ditarik dengan begitu kasar sampai Indy menunduk dan beberapa helai rambutnya rontok.
"Diam disini dan jangan pergi kemana-mana tunggu Farhan sampai pulang, ambil simpatinya agar dia kasihan denganmu"
Brak pintu mobil langsung ditutup dan pergi begitu saja meninggalkan Indy sendirian dengan penampilan yang tak karuan. Indy sendiri tak membenarkan penampilannya hanya diam mematung diparkiran tak ada niatan untuk bergerak sedikitpun.