Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Waktu berjalan terasa lambat bagiku,setiap menit setiap detik hanya ada rasa sakit yang terus menggerogoti hati. Hari ini Mas Danu dan keluarga nya nampak sibuk. Seperti nya mereka tengah mempersiapkan pernikahan yang mereka agung-agungkan itu. Mereka sama sekali tak pernah menganggap ku ada,mereka tak menanyai ku apalagi mengajak diskusi tentang apa yang mereka lakukan saat ini.
Aku hanya menatap mereka yang tengah membuat aneka kue di dapur ku. Tempat yang luas dan peralatan yang lengkap menjadi alasan mereka tanpa mengajak ku ikut bergabung. Bahkan saat ku tanyai akan ada acara apa ,jawab nya cuman iseng saja bikin kue. Tapi iseng nya mereka gak tanggung-tanggung,sampai bertoples-toples.
Hati ku berdenyut nyeri,aku tahu apa yang tengah mereka rencanakan,tapi aku memilih diam seribu bahasa,apalagi Mas Danu pun tak berkata apa-apa. Meski sesekali aku memergokinya tengah menatap ku lama, dan setiap ku tanya jawab nya selalu sama ' Gak apa-apa '.
Arvan kini sudah tidur,melihat mas Danu sendirian di luar aku pun menghampiri nya. Duduk di kursi sebelah nya menatap lurus ke depan. Tapi bibir ku mulai bergerak," Apa yang membuat suamiku ini termenung begitu lama ? Apa ada hal yang mengganggu pikiran mu,mas ? Atau ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan padaku ?" Tanya ku kini menoleh dan menatap nya dalam.
"Gak,kok gak ada apa-apa" Jawab nya sedikit gugup.
"Yakin gak ada apa-apa?" tanya ku penuh selidik.
Hingga kemudian Mas Danu menghela nafasnya, wajahnya berubah serius.
"Mila...!" Panggil nya pelan
"Hmm...iya mas?" Tanya ku
"Kamu kan istri aku,orang yang akan selalu mendukung ku apapun yang terjadi " Ucap nya terhenti
"Iya,...terus ...?" Kening ku berkerut dengan alis yang hampir bersatu. Sepertinya aku tahu arah pembicaraannya kemana.
"Apa kamu tidak keberatan kalau misalnya aku...."
"Aku gak mau dimadu " Ucap ku cepat memotong kata-kata nya.
Terlihat Mas Danu terkesiap," Bu,... bukan itu " Ucap nya gugup
"Mas,...aku memang istri kamu secara hukum dan agama. Dan aku selama ini selalu mendukung kamu,tak pernah aku sedikitpun protes atas apa yang terjadi. Tapi untuk yang satu itu maaf,aku gak bisa . Mas bisa ceraikan dan kembalikan aku dengan baik-baik pada orangtuaku. Bukan kah dulu Mas meminta ku secara baik-baik juga" Ucap ku tegas
"Aku tidak ada maksud untuk mendua, Mila ! Bukan itu maksudku "
"Tidak ada maksud tapi niat nya kenceng " Pekik ku dalam hati
"Lalu,apa maksud Mas ?" Tanya ku
"Lusa aku ada acara sama ibu dan bapak. Sama yang lain juga. Kamu di rumah saja ya "Ucap nya
"Aku gak diajak gitu ?" Tanya ku tanpa memperlihatkan kekecewaan ku.
"Bukan maksud begitu,tapi aku cuman gak mau kamu capek apalagi ada Arvan. Kamu pasti akan lebih capek dan repot nanti " Selalu itu alasannya.
"Ya sudah lah,kalian pergi saja. Toh , selama ini aku memang tak pernah diajak. Jadi aku sudah biasa diam di rumah sementara kalian pergi. Untung saja ada Arvan jadi aku tidak berjamur dan berubah jadi oncom saat kalian kembali " Ucap ku menyindir
"Maaf ya,jika selama ini aku selalu buat kamu kecewa" lirih nya , entah dia ini tulus atau tidak ,aku tidak perduli rasanya aku begitu muak mendengarnya.
"Ya sudah lah mas,aku juga sudah biasa kok. Ngomong-ngomong acara nya itu apa ? Kok aku gak dikasih tahu? Apa ini ada alasan nya dengan kesibukan di dapur ?" Tanya ku lagi
"Hanya acara keluarga,ada sepupu jauh aku lamaran. Nanti kalau nikahan pasti kamu diajak " Janji nya
"Oh,...ya sudah" Sahut ku tak lagi bertanya .
Untuk sesaat kamu terdiam, hingga suara Arvan memecah kesunyian.
"Mama..." Lirih nya sambil mengucek matanya, bocah itu memeluk ku dengan mata yang masih mengantuk.
"Sayang ,kok sudah bangun nak ? Mau mama temani tidur nya ?" Tanya ku,Arvan pun mengangguk lemah
"Baiklah ,mama temani. Sebentar ya,mas " Pamit ku lalu beranjak sambil menggendong Arvan yang nampak lemas karena masih mengantuk.
Akan tetapi,sesampai nya di kamar aku dibuat terkejut. Anak-anak nya mbak Tami dan mbak Wiwi nampak bermain di atas kasur. Kasur ku sudah macam trampolin saja,mereka loncat-loncat hingga semua nya berantakan. Pantas saja Arvan terbangun. Aku menghela nafas. Hatiku merasa kesal, dongkol dan ingin memaki apa lagi semua peralatan makeup ku pun berserakan di lantai bahkan ada sebagian yang pecah dan isi nya berceceran.
"Astaghfirullah......"
Tanpa berucap,kutarik anak-anak itu ke luar kamar. "Main nya jangan di dalam ya,Arvan kan lagi bobo. Main di luar saja ya !" Ucapku mencoba untuk tetap tenang.
Akan tetapi dari arah dapur mbak Tami datang sambil berkacak pinggang.
"Aku yang nyuruh anak-anak main di dalam. Di luar panas,kalau mereka sakit bagaimana,kita kan akan ada acara lusa" Ucap nya
"Ya tapi jangan di kamar juga mbak ! Lihat kasurnya jadi berantakan, makeup aku semuanya rusak. Arvan yang sedang tidur juga jadi kebangun " Ucapku
"Halah .. ketimbang makeup murah aja jadi masalah. Lagian kalau anak pungut kamu mau tidur kan bisa tuh di sana !" Tunjuk nya ke arah sofa depan televisi.
Apa tadi katanya? Makeup murah...!
Huufftthhh....
Gak tahu saja dia berapa harga semua makeup aku itu. Harga salah satunya saja diatas seratus ribu tapi dengan enteng nya dia mengatakan murah. Arvan yang tadi mengantuk kini segar bugar. Bocah itu aku duduk kan di kursi milik nya.Tetapi anak bungsunya Mbak Tami malah mendorong Arvan dan merebut kursi nya. Arvan yang terkejut pun akhirnya menangis. Untung saja tubuh mungil nya tidak sampai jatuh menyentuh lantai.
Tanpa ingin membuat situasi tambah kacau,aku gendong Arvan dan membawanya ke dalam kamar. Pintu pun aku tutup dengan kasar, hingga suara berdebam terdengar menggucang isi rumah.
Terdengar suara umpatan dan makian dari ipar ku,mungkin dia terkejut. Dan jujur sebenarnya aku pun terkejut dengan ulahku sendiri. Rasa emosi yang menumpuk dan amarah tertahan membuat ku secara tak sadar meluapkan kemarahan pada pintu kamar yang tak berdosa.
Dengan sisa emosi di dalam dada,aku mulai merapikan kamar. Arvan yang tadi sempat menangis terlihat shock setelah aku membanting pintu. Bocah malang itu hanya menatap ku sambil berdiri.
Ya Allah....rasa bersalah merayap di hati,kala melihat wajah nya yang sendu menatap ku.Sungguh aku tak ada maksud membuat nya takut. Aku berjongkok di depan nya,"Sayang ...maafin mama ya ! Mama tidak sengaja. Kamu kaget ya ?" Ucap ku pelan sambil mengusap kepala nya.
"Mama janji gak akan ngelakuin itu lagi. Mama sayang Arvan " Aku membawa Arvan ke pelukan ku. Ku dekap erat tubuh mungilnya seakan tak rela untuk melepas nya.
"Mama..."
"Iya sayang ?" Tanya ku menatap wajah tampan nya
"Mam...mamam...."
Aku terdiam beberapa detik ,hingga akhirnya aku tersenyum ," Kamu mau makan nak ?" Tanya ku lembut . Alhamdulillah....Arvan sudah ada kemajuan berbicara ,meski hanya satu kata.
Arvan mengangguk cepat. Ya sudah kalau gitu mama ambil makan nya dulu ya,kamu tunggu di sini ! Jangan kemana-mana ! Mengerti ?" Arvan lagi-lagi mengangguk.
Dengan ragu,aku meninggalkan Arvan sendirian di kamar , aku juga menutup pintunya. Ku langkahkan kaki ini menuju dapur.Aku menghela nafas saat telinga ini mendengar ibu mertua dan kedua ipar ku tengah menggunjing ku perihal masalah tadi. Tanpa berkata-kata,aku masuk seketika obrolan mereka terhenti. Aku cuek saja tidak ingin bertanya atau berucap apapun sambil mengambil nasi dan sayur sup telur puyuh kesukaan Arvan yang ku simpan di lemari kabinet paling atas.
"Oh,...jadi kamu sengaja nyimpan makanan di sana biar gak dimakan kami "Tuduh mbak Wiwi
"Iya,karena ini aku beli bukan dari uang mas Danu. Kan aku sudah katakan bahwa aku tidak pernah menggunakan uang Mas Danu untuk Arvan" Jawab ku tak mengelak.
"Halah emang kamu punya duit ? Duit dari mana ,orang gak kerja sok-sokan punya duit. Bohong ! Aku gak percaya ! Pasti ujung-ujungnya duit Danu juga yang kamu pake. Jangan munafik jadi orang!" Cibir Mbak Tami
"Terserah kalian mau percaya atau enggak. Gak ada untungnya juga buat aku " Ucap ku sambil berlalu.
"Dih,songong banget sih. Lihat saja setelah ini dia bakal berani songong lagi gak "
"Udahlah paling nanti dia juga bakal nangis-nangis di pojokan. Biar tahu rasa ! Siapa suruh jadi menantu gak ada nurut- urut nya,sukanya ngelawan terus " Ucap ibu mertua yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Untungnya Danu ada pada kendali kita ya,coba kalau enggak "timpal mbak Wiwi
"Danu kan anak ibu,sudah seharusnya patuh sama ibu. Beda dengan menantu. Menantu kan anak orang,gak bakal bisa jadi seperti anak sendiri "
Aku menguatkan hati mendengar cibiran mereka. Aku lihat Mas Danu hanya diam tak ingin melerai apalagi membela ku.
"Aku bangga punya suami yang begitu patuh pada orangtuanya. Kamu itu contoh anak berbakti mas,saking berbakti nya sampai-sampai kamu tidak pernah menghargai ku sebagai seorang istri" ucap ku tepat di hadapannya
"Mila !" Ucap mas Danu tegas
Seakan tak takut ,aku pun menatap nya tanpa gentar,
" Apa Mas ?"
Bersambung.....