NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tempat Orang-Orang Terpilih

Bau kayu yang manis menyambutku saat aku mendorong pintu berat itu. Ruangan dalamnya terasa sepi, berbeda jauh dari studio-studio yang tadi kudatangi.

Langkahku terhenti sejenak. Studio ini luas, tapi tak ada musik keras, tak ada teriakan pegawai menawarkan paket promo. Hanya ada keheningan yang terasa ‘dalam’.

Seseorang menghampiriku. Pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam rapi. Kacamatanya membuat tatapan tajamnya terkesan lebih dingin.

“Selamat datang di The Vendrell Tattoo House,” ucapnya kalem.

“Saya Zeke. Ada yang bisa saya bantu?”

Liora menelan ludah. Pria ini nampaknya dingin tapi tegas. Dilengannya ada ukiran tato naga. Bukan tato naga sembarangan. Tato itu seolah-olah hidup dilengan pria itu.

“Eh... saya cuma mau lihat-lihat dulu.”

Zeke mengangguk pelan, lalu membalikkan badan.

“Baik. Ikuti saya. Tapi ingat, di tempat ini bukan kita yang memilih.”

Kalimatnya membuat langkahku terhenti sejenak.

Tapi aku memaksakan diri berjalan di belakangnya.

Zeke membawaku menyusuri lorong panjang dengan dinding kaca. Di balik kaca, beberapa ruangan terlihat aktif. Seorang pria sedang menato punggung seorang wanita dengan pola kupu-kupu berwarna hitam. Tak ada kata-kata. Tak ada suara berisik.

“Semua orang boleh masuk ke sini,” kata Zeke tiba-tiba.

“Tapi tidak semua orang bisa duduk di kursi Drevian Vendrell.”

Aku menatapnya dengan alis terangkat.

“Maksudnya?”

Zeke tersenyum tipis.

“Banyak wanita datang ke sini berharap bisa ditato oleh Boss kami, apalagi di area-area tertentu,” ia berbicara sambil tersenyum sinis.

“Tapi Vendrell bukan tipe seniman yang mau menyentuh kulit orang tanpa alasan.”

"Kalau boleh tahu, kenapa banyak wanita yang ditato oleh Dreivan?" tanya Liora dengan polosnya.

Zeke terkejut. Dibenaknya mungkin gadis ini belum tahu apa-apa tentang tato apalagi wajahnya kelihatan polos dan lugu.

"Jadi, Boss kami itu seniman tato. Sebenarnya studionya paling terkenal dikota ini. Dia memiliki daya tarik yang membuat banyak wanita mengejarnya. Bahkan sampai-sampai para wanita rela menyerahkan tubuhnya demi ditato oleh Boss kami."

"Ya, kalau kamu belum mengerti, aku akan menjelaskan lagi. Maksud dari penjelasanku banyak wanita yang rela tanpa pakaian saat ditato oleh Boss kami." lanjutnya.

Mendengar itu Liora terkejut. Dia ingin muntah,

"Ada ya wanita gila seperti itu". Pikirnya

"Tapi Boss kami sampai sekarang belum pernah menyentuh tubuh wanita. Jika ada pelanggan wanita, beliau akan menyerahkannya kepada kami para karyawannya. Boss hanya ingin mau kepada wanita yang benar-benar lengket dihatinya."

"Ooo..." ucap gadis itu singkat.

"Bagaimana dengan pelanggan pria?" tanyanya penasaran.

"Boss kami tentu saja mau mentato pelanggan pria. Kalau sesama pria bisa saling bertukar pikiran tentang desain apa yang mau dibuat."

Aku menelan ludah.

“Kalau aku daftar kemungkinan ditolaknya berapa persen?”

“99%,” jawabnya santai.

Aku nyaris tertawa sarkastik.

“Lalu kenapa aku harus isi form?”

“Karena 1% itu milik orang yang datang bukan hanya untuk menato kulitnya, tapi hidupnya.”

Aku terdiam. "Apa maksud pria ini? Kenapa Boss mereka begitu aneh." gerutunya dalam hati.

Drevian berdiri diam di ruangannya, memperhatikan gerak-gerik gadis yang mengikuti Zeke dari rekaman CCTV. Langkahnya ragu-ragu, tatapannya terus mencari-cari sesuatu di ruangan itu, meski dia sendiri belum tahu apa yang dicarinya.

Dia tak mengumbar senyum seperti wanita-wanita yang sering datang berharap. Dia tidak tampil dengan pakaian mencolok atau tatapan menggoda.

Dia... berbeda.

Drevian menunduk, menekan tombol interkom di mejanya.

“Zeke, suruh dia isi form. Jangan tanya apapun lagi.”

Zeke mendengar perintah itu lewat earphone-nya, namun ekspresinya tetap datar.

“Kalau kamu masih ingin lanjut, kamu bisa isi form di lobi.”

Aku mengangguk pelan.

Aku duduk di meja kayu di sudut ruangan. Formulir itu sederhana. Nama, kontak, desain tato, tempat tinggal dan alasan ingin ditato oleh Vendrell.

Di kolom desain, aku memandang kosong. Apa yang sebenarnya aku inginkan?

Lalu aku menulis:

“Saya tidak tahu desainnya. Saya hanya ingin merasakan dunia Anda.”

Aku tahu, itu jawaban yang mungkin membuatku langsung tersingkir. Tapi aku tak ingin memaksakan sesuatu yang bukan aku.

Zeke mengambil formulir itu tanpa berkata-kata, memegangnya ditangannya.

“Kalau Boss kami tertarik, kami akan hubungi kamu.”

Aku hanya tersenyum tipis.

"Baiklah, terima kasih. Saya pamit." ucap Liora

Lalu ia berjalan keluar.

Di Ruangannya, Drevian menunggu Zeke menyerahkan formulir itu kepadanya.

Lima menit kemudian, Zeke masuk.

"Permisi boss, ini formulir yang anda minta." Zeke memberikannya kepada Bossnya.

“Data gadis itu,” kata Drevian.

“Nama Liora Evianne. Pemilik toko buku kecil di pojok distrik timur,” jawab Zeke.

Drevian tersenyum tipis, namun matanya tetap dingin.

“Bukan wanita-wanita itu.”

Zeke mengangkat alis.

“Boss mau saya hubungi dia?”

“Tidak.”

Drevian memutar pena di jarinya.

“Aku yang akan mendatanginya.”

"Baik, boss."

"Baik, terima kasih. Lanjutkan pekerjaanmu." ucap Dreivan dingin.

"Baik tuan."

Zeke langsung keluar dari ruangan itu. Dia melanjutkan pekerjaannya. Membantu karyawan lain yang sedang mentato pelanggan.

"Kalau dilihat lagi dari CCTV pergerakan gadis ini tampak polos. Pakaiannya sopan dan bicaranya juga sopan. Apa dia baru pertama kali ke toko tato, ya?" ucap Drevian pada dirinya sendiri.

Setelah keluar dari studio itu, Liora kembali masuk ke dalam taksi. Dia memeluk tas kecilnya erat-erat.

Taksi melaju perlahan membelah jalanan kota, tapi pikirannya tertinggal di dalam studio itu.

"Bagaimana Non? Tempat nya cocok?" tanya Pak Roni.

"Cocok sih pak dari antara ketiga tadi"

Pak Roni mengangguk. Dia sebenarnya tahu kalau studio tato itu terkenal di kota ini tapi hanya orang-orang tertentu yang bisa ditato oleh Drevian.

"Memang gadis ini belum tahu apa-apa tentang tato ya? Dia modal nekat." ucap Pak Roni dalam hati.

Setelah setengah jam berjalan, Liora akhirnya sampai ke rumah.

"Ini Pak uangnya. Makasih ya pak." Liora memberikan ongkos.

"Iya, Non sama-sama." Pak Sopir lalu pergi.

Livia melihat sahabatnya sudah pulang. Ini sudah sore dan mereka sudah menutup toko bukunya. Rumah mereka berada disamping toko itu.

"Baru pulang? Kok kamu lama? Hampir setengah hari." Livia mengernyit.

"Iya, tadi aku sama taksi cari toko yang lain dulu. Kami mencari sampai tiga toko, tapi satu pun tak ada yang menarik diriku. Nah waktu pak taksi bilang Studio Vendrell, aku langsung ingat yang kita lihat di instagram itu. Tempatnya benar-benar bagus sih." ucap Liora.

"Oh, terus mana tatonya? Kok gak ada."

"Iya, kata karyawannya kalau mau ditato harus isi formulir dulu. Besok baru ada panggilan dari telepon karena boss mereka gak mudah untuk didekati. Pokoknya boss mereka pemilik toko itu gak sembarangan mentato wanita."

"Oh gitu. Ya udah sih itu kan pilihan kamu. Intinya jangan nyesal aja." ucap Livia dengan nada mengejek.

"Iya lho!"

Liora lalu pergi ke kamarnya membaringkan dirinya diatas kasur yang empuk dan dia memeluk boneka beruangnya. Seketika Liora memikirkan apa yang dikatakan Zeke tadi. "Bossnya tak pernah mentato wanita sekalipun? Yang benar aja. Kayak sok cool banget tuh orang." gerutunya

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!