Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Mama Muda
Perkataan Arga semalam, membuat Ariana canggung untuk melanjutkan pekerjaan di rumah keluarga Bradley. Dia yang bertekad untuk tak akan memiliki hubungan dan menikah malah di suguhkan dengan pendekatan terang-terangan dari seorang duda kaya.
”Kalau memang benar dia menyukaiku, apa aku berhak menerima cintanya?”
Walau belum pasti, Ariana memikirkan apa yang terjadi ke depannya. Rasanya bingung namun juga sayang jika hal ini di lewatkan.
”Aku tahu jika jatuh cinta awal dari penderitaan, tapi jika harus menangis di atas mobil mewah dan juga barang-barang branded yang aku pakai itu lebih baik daripada hidup menjomblo dalam kemiskinan.”
Tiba-tiba logikanya bermain, dia berpikir untuk mengesampingkan perasaannya. Dan akan menerima jika suatu saat Arga benar-benar mengajaknya berhubungan.
”Kenapa loe senyum-senyum sendiri?”
Arkana datang tanpa sepengetahuannya membuat Ariana menghentikan lamunannya. Apalagi yang sedang ada di pikirannya saat ini adalah ayah dari pemuda yang sedang mengambil air minum di hadapannya.
”Saya gak apa-apa, hanya ada hal yang membuat saya bahagia,” jawab Ariana sambil kembali mencuci piring bekas sarapan sang majikan.
”Gue takut aja loe jadi gila karena gak bisa libur kerja,” ledek pemuda itu sembari meninggalkan Ariana yang ada di dapur.
Prang!
Suara benda yang pecah membuat Ariana berbalik melihat majikannya. Gelas yang tadi di bawa Arkana kini menjadi serpihan kaca di lantai. Ariana segera menghampiri majikannya yang hendak membereskan pecahan gelas itu.
”Biar saya saja tuan,” ucap Ariana yang mengambil kepingan kaca pecah. Namun ada sesuatu yang menyenggol tubuh Ariana membuat kepingan kaca tertancap pada telapak tangan gadis itu.
”Ya ampun,” Arkana panik dan segera membantu pengasuhnya. Dengan hati-hati dia mencabut kepingan kaca itu.
”Loe diem disini gue ambil kotak obat dulu,” ucap Arkana yang segera pergi mengambil kotak obat. Melihat darah di tangan pengasuhnya, membuat pemuda itu panik.
Dengan telaten, dia mengobati tangan Ariana. Memberikan obat luka dan memasang kapas dan perban seperti ahli.
”Loe istirahat aja, gak perlu kerja,” titah pemuda itu pada Ariana.
”Tapi Tuan Arga meminta saya—”
”Nanti gue yang kabarin papa, loe gak perlu takut,” ucapnya sambil mengambil ponsel dan mengambil foto tangan Ariana.
Arkana pun mengirim pesan pada ayahnya mengenai kondisi Ariana. Arga yang sudah berada di arena golf, membatalkan permainannya kali ini dan memilih pulang.
”Papa ngapain mau pulang segala, cuma luka kecil kaya gini aja sampai bikin khawatir,” ketus Arkana yang tak habis fikir dengan kelakuan ayahnya.
Sementara itu, Ariana yang keras kepala tetap mengerjakan pekerjaannya. Lukanya yang belum kering kembali mengeluarkan darah di balik perban yang membalut tangannya.
”Darahnya kok malah makin banyak,” ucap Ariana yang mencoba membuka kembali balutan kassa lembut di tangannya.
”Udah gue bilang loe gak usah kerja, bandel banget sih punya pelayan satu ini!” Amarah pemuda itu memuncak saat mendapati luka Ariana yang terbuka lagi.
”Terus siapa yang masak, bersih-bersih rumah dan juga nyiapin keperluan Tuan Arga sama Tuan Muda?”
”Gue yang bakal ngerjain semua, kalau loe maksain yang ada gak bakal sembuh nih luka.”
Jawaban Arkana membuat raut wajah Ariana berubah, apa mungkin seorang Tuan Muda bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Karena pakaian pun harus selalu di persiapkan.
...~~~...
Arga melihat Arkana yang tengah santai di taman belakang sembari mendengar musik favoritnya. Pemuda itu tak sadar jika ayahnya sudah pulang.
”Kemana Ariana?” Tanya Arga yang tak melihat batang hidung pelayannya.
”Di kamarnya, lagi tidur.”
”Pasti dia terluka gara-gara kamu kan?” Tanya Arga menaruh curiga pada sang putra. Sementara Arkana menatap sang ayah dengan ekspresi marah.
”Papa kenapa malah nuduh Arkana, kan udah di jelasin kalau dia kena pecahan gelas.”
Arga pun segera pergi menghindari pertengkaran dengan anaknya, dia pun bergegas pergi ke kamar Ariana.
Tok! Tok! Tok!
Arga mengetuk pintu kamar gadis itu, lalu pintu kamar itu pun terbuka. Gadis itu keluar dengan perban di tangannya.
”Bagaimana kalau kita ke rumah sakit?”
”Tidak perlu Tuan, ini hanya luka kecil,” tolak Ariana yang tak ingin membebani majikannya.
”Tolong Ariana, jangan membuat saya terbebani. Kamu terluka karena pekerjaan di rumah ini, dan saya yang harus menjamin keselamatan semua pekerja termasuk kamu,” Arga terus memohon, dia begitu khawatir melihat keadaan Ariana.
Gadis itu pun menganggukan kepalanya, memunculkan senyum di bibir tipis milik Arga. Segera dia berganti pakaian dan bersiap menuju rumah sakit bersama tuannya.
Sementara, Arkana melihat kedua sejoli itu dengan tatapan penuh kebencian. Dia memang sengaja melukai tangan Ariana, agar gadis itu bisa istirahat dari pekerjaannya di hari libur. Namun justru yang di dapat malah membuat ayah dan gadis itu semakin dekat.
”Papa serius gitu deketin dia, memangnya dia gak takut apa kelakuan tuh cewek kaya mama dulu,” gerutu Arkana yang tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Dua minggu pun berlalu, Arga kini terlihat semakin intens mendekati Ariana. Begitu pula Ariana yang seolah membuka kesempatan pada tuannya untuk semakin dekat. Beberapa kali mereka menghabiskan waktu berdua, makan malam di luar dan juga pergi ke arena golf.
”Gue lihat loe murung terus bos, kenapa sih?” Tanya Rio yang melihat Arkana tak semangat.
”Loe punya ide gak sih buat Ariana bisa jauh dari papa gue?” Tanya Arkana pada Rio yang tentu saja mendapat respon tak percaya.
”Serius nih, loe mau punya mama tiri muda? Papa loe punya selera bagus juga,” ledek Dimas yang membuat Arkana semakin emosi.
Tiba-tiba orang yang di bicarakan datang, seperti biasa Ariana membawa 3 porsi makan siang ke sekolah.
Rio dan Dimas dengan lahap menyantap makan siang mereka, sementara Arkana seolah sengaja makan dengan lambat.
Ariana dengan sabar menunggu Tuan mudanya menghabiskan makan siangnya, sembari memperhatikan wajah pemuda itu.
Gadis itupun langsung merapikan kotak bekal makan siang setelah Arkana menghabiskannya, walaupun lambat tak membuat Ariana emosi karena jam makan siang Arga masih lama.
”Pasti setelah ini dia ke kantor papa juga antar makan siang. Makin deket aja nih papa sama si pengasuh ini,” gumam Arkana dalam hati.
”Kalau begitu saya izin pamit,” ucap Ariana pada ketiga pemuda di hadapannya.
Arkana tak menjawab apapun, dia hanya membuka bukunya dan belajar. Sementara Rio dan Dimas merasa khawatir dengan tingkah bosnya yang beberapa hari ini jadi pendiam.
Di kantor, seperti biasa Arga menikmati makan siang buatan Ariana. Sambil di temani gadis yang di sukainya, Arga dengan lahap menyantap tumis daging sapi brokoli dan tempura udang.
”Kamu sudah makan?” Tanya Arga dengan tatapan penuh cinta.
”Belum Tuan, saya akan makan setelah selesai dengan kegiatan saya.”
”Sudah ku bilang, panggil aku Mas Arga. Aku tahu mungkin ini terlalu mendadak, tapi semua ini dilakukan agar kau terbiasa,” pinta Arga yang sudah yakin jika Ariana akan menjadi pasangan hidupnya.
Arga pun mencoba berperilaku romantis, pria itu menyuapi gadis yang kini di hadapannya.
”Tidak Tuan, Mas Arga. Anda tak perlu melakukan ini,” Ariana berusaha menolak namun Arga terus memaksa gadis itu.
Ariana pun akhirnya menyerah dan menerima suapan dari majikannya, tak hanya sekali namun berkali-kali dia mendapat suapan penuh kasih sayang dari Arga.
Jempol tangan Arga mengusap bibir gadis itu untuk membersihkan saus yang menempel. Namun keadaan itu justru membuatnya terlarut dalam hasrat yang selama ini dia tahan.
Arga mencoba mendekat, namun Ariana berusaha memalingkan wajahnya. Pria itu tersenyum sembari memegang wajah Ariana dan membuat mereka saling berhadapan.
Dada Ariana berdebar hebat, dengan pasrah memejamkan mata. Begitu pun Arga yang juga memejamkan mata, siap untuk mencuri ciuman pertama gadis itu.