Perkenalan Mia dan Asril berawal dari sosmed dan tidak butuh waktu lama, mereka pun menikah tapi sayang pernikahan mereka hanya seumur jagung itu disebabkan oleh hadirnya Ida mantan istri dari Asril. yang sedang hamil dari laki laki lain namun laki laki itu tidak mau bertanggung jawab sehingga Ida menjebak Asril agar bisa menikah dengannya. apakah nantinya kebusukan Ida terbongkar? dan apakah Asril dan Mia bersatu kembali? yuk kita baca bersama sama kelanjutan cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur leli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku ingin cerai
"aku mau kita berpisah!" ucap Mia tegas.
"apa? kamu yakin dengan kata katamu itu?" tanya Asril kaget.
"apa yang membuat aku tidak yakin? kamu sudah menyakinkan aku bahwa keinginanku tidak salah" Mia menatap nanar ke arah Asril.
"kamu ingin pisah karena kejadian tadi malam? jangan kayak anak kecil dong kamu, Mia" Asril terkekeh kecil.
"gila! kamu udah ngak waras, kamu katakan hanya karena tadi malam? kamu anggap sepele masalah tadi malam? kamu katakan aku seperti anak kecil?" terlihat bahu Mia naik turun saat meluapkan emosinya terhadap Asril.
"iya, seharusnya kamu cari tahu dulu apa penyebabnya dan pasti ada solusinya bukan dengan perpisahan" tutur Asril sambil menggelengkan kepalanya.
"penyebabnya itu kamu masih mencintai Ida dan solusinya yang benar adalah perpisahan, jadi, apa aku harus menerima Ida sebagai maduku dengan berlapang dada? jangan mimpi kamu, mas!" ucap Mia dengan suara yang bergetar.
"iya benar aku masih mencintainya dan aku pun tidak mau berpisah denganmu, aku sayang sama kamu" Asril mencoba mendekati dan memeluk Mia, namun dengan cepat Mia menepis tangan Asril.
"cui, tidak sudi aku kamu sentuh lagi! jangan kamu coba coba sentuh aku dengan tangan kotor mu itu!" Mia segera beranjak dari tempat duduknya.
"begitu bencinya dirimu kepadaku?" ucap Asril tidak percaya melihat perilaku Mia.
"kalau kamu ingin rujuk dengan Ida, urus surat perceraian kita." balas Mia ketus.
"aku ingin rujuk dengan dia tapi aku tidak mau bercerai dengan kamu" ucap Asril.
"jangan serakah kamu, mas! tidak ada wanita yang mau di madu dan akulah salah satu wanita itu" Mia menggelengkan kepalanya tak percaya melihat sifat Asril yang sangat egois.
"ada, wanita yang ingin dimadu bahkan banyak, salah satunya yaitu Ida. dia mau dimadu bahkan rela berbagi waktu denganmu" tutur Asril.
"karena dia bukan wanita baik, kalau dia wanita yang baik dia tidak akan merebut kamu dari aku" Mia semakin meninggikan suaranya.
"dia tidak merebut aku dari kamu, dia sadar akan posisinya maka sedari itu dia mau dimadu, dan dia bukan pelakor atau pelacur dia akan menjadi istriku yang sah dan perlu kamu tahu satu hal, akulah yang memulai mendekatinya bukan dia yang memulainya."
Ucapan Asril itu bagaikan pisau yang menyayat nyayat hati Mia.
sudah tidak ada gunanya lagi Mia mendengarkan perkataan Asril yang tidak masuk diakal baginya.
Asril terlihat sangat egois dia tidak mau menimbang perasaan Mia terlebih dahulu. Mia berlalu ke kamar dan segera dia memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
Asril mengejar Mia ke dalam kamar dan melihat Mia yang sudah memasukan pakaiannya ke koper.
"tunggu, dengarkan penjelasanku, jangan pergi, aku mohon!" lirih Asril.
"tidak ada lagi yang perlu aku dengarkan, minggir kamu mas!" Mia menggeret koper itu keluar kamar dan masuk kedalam kamar anak anak untuk mengemasi pakaian Andi.
Asril terus mengejar Mia namun ucapan Asril tidak di dengarkan Mia. selesai dengan mengemasi pakaian Andi kini terlihat dua koper sudah ada di ruang tamu.
"Mia, bisa tidak dengarkan aku!" sentak Asril.
"apa? apa yang mau aku dengarkan? apa kamu mau mengatakan kalau secepatnya kalian akan menikah dan aku harus hadir di acara kalian itu?" tanya Mia beruntun dengan tatapan amarah yang luar biasa.
"tolong! dengarkan aku, aku tidak mau pisah dari kamu. aku berjanji akan berlaku adil antar kamu dan Ida" tampak Asril memohon tertunduk di depan Mia.
"minggir kamu, mas! aku sudah tidak mau dengar apa pun itu. jika kamu tidak mau mengurus surat cerai itu, aku yang akan mengurusnya" Mia menatap Asril jengah dan melangkah meninggalkan rumah Asril.
"tunggu, Mia! tunggu!" Asril terus mengejar Mia dan mencoba meraih tangan Mia dengan cepat Mia menepisnya.
Taksi online yang Mia pesan sudah tiba,dengan cepat dia memasukkan koper kopernya kedalam taksi, awalnya Mia kesulitan memasukkan kopernya karena Asril terus mencoba menarik koper itu. namun Mia meminta tolong pak sopir agar membantunya.
"cukup, mas! biarkan aku pergi, kalau kamu masih menyayangiku biarkan aku pergi" ucap Mia dengan tegas.
"oke, aku akan membiarkan kamu pergi sementara dan aku akan menjemput kamu lagi" akhirnya Asril membiarkan Mia pergi, setelah taksi itu tidak terlihat lagi, Asril menjatuhkan tubuhnya terduduk di pelantaran rumahnya. dia hanya bisa memandangi taksi yang membawa Mia pergi.
Di dalam taksi Mia hanya bisa menangis, air matanya terus mengalir sangat sulit baginya untuk menghentikan air matanya. berulang kali dia menyeka air matanya namun tidak juga berhenti.
"menangislah mbak, jika itu membuatmu tenang" ucap sopir itu yang sedari tadi memperhatikan Mia dari kaca spionnya.
Tidak ada jawaban dari Mia, Mia terus menangis. sesakit ini hatinya dibuat Asril. begitu kerasnya Asril mempertahankan Ida bahkan Asril tidak memperdulikan perasaan Mia. ada rasa penjelasan besar di hatinya karena sudah menerima lamaran Asril waktu itu.
Taksi yang di tumpangi Mia kini sudah sampai dihalaman rumah bu Siti. Mia gegas turun dan mengambil koper koper itu dari bagasi.
Melihat kedatangan Mia dengan membawa dua koper membuat bu Siti terkejut. belum lagi Mia mengucapkan salam bu Siti sudah mendekati Mia.
"mana Asril? mengapa kamu membawa dua koper ini?" tanya bu Siti yang masih celingukan mencari Asril.
"kita masuk dulu ya Bu, di lihatin tetangga tuh" Mia menunjuk dengan bibirnya ke arah ibu ibu rumpi.
"loh Mia kok bawa bawa koper mau kemana? Kamu datang sendirian? suamimu mana?" tanya salah satu ibu ibu rumpi yang ada di depan rumah mereka.
Mia merasa enggan menjawab pertanyaan ibu ibu rumpi itu. Mia lebih memilih memasukkan koper kopernya ke dalam rumah. sesampai di dalam rumah lengan tangan Mia di tarik oleh bu Siti.
"mana Asril? mengapa kamu datang sendirian dengan membawa koper koper ini?" bu Siti menajamkan tatapannya ke Mia.
"huhhhhh" Mia membuang nafas perlahan dan menatap ibunya dengan sendu.
"maafkan aku Bu, aku tidak mendengarkan perkataan ibu sewaktu itu, kalau aku mendengarkan perkataan ibu mungkin ini tidak akan terjadi padaku" ucap lirih Mia dan tampak air mata menggenangi kelopak matanya.
"apa maksud kamu?" bu Siti mengerutkan dahinya karena tidak mengerti perkataan Mia.
"mas Asril selingkuh dan dia akan menikah lagi, hiks, hiks, hiks" Mia mulai tersedu sedu.
"selingkuh? dengan siapa?" tanya bu Siti geram.
"dengan Ida, mantan istrinya, mereka akan rujuk dan mas Asril ingin memadu ku" terdengar suara Mia bergetar.
"apa sudah gila dia?" bu Siti tidak percaya.
Bu Siti dengan cepat memeluk tubuh Mia, mengelus perlahan punggung Mia agar Mia merasa tenang. meskipun bu Siti sangat ingin marah pada Mia, namun yang namanya ibu tidak akan bisa melihat anaknya bersedih seperti ini apalagi dikhianati oleh laki laki.