NovelToon NovelToon
Ciuman Sang Mafia

Ciuman Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bakwanmanis#23

Nayla Arensia hanyalah gadis biasa di kota Valmora hingga suatu malam, dua pria berpakaian hitam datang mengetuk pintunya. Mereka bukan polisi, bukan tamu. Mereka adalah utusan Adrian Valente, bos mafia paling kejam di kota itu.

Ayah Nayla kabur membawa hutang seratus ribu euro. Sebagai gantinya, Nayla harus tinggal di rumah sang mafia... sebagai jaminan.

Namun Adrian bukan pria biasa. Tatapannya dingin, kata-katanya tajam, dan masa lalunya gelap. Tapi jauh di balik dinginnya, tersembunyi luka yang belum sembuh dan Nayla perlahan menjadi kunci untuk membuka sisi manusiawinya.

Tapi bisakah cinta tumbuh dari ancaman dan rasa takut?
Atau justru Nayla akan hancur sebelum sempat menyentuh hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bakwanmanis#23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Hati yang Terkurung

Pagi menyambutku dengan udara yang lembab dan samar aroma darah dari pakaian Adrian yang kusimpan dalam keranjang cucian semalam. Hujan memang sudah reda, tapi sisa ketegangan masih menggantung di langit-langit vila, seolah dinding rumah ini telah menyerap semua rahasia yang tak pernah diucapkan.

Aku melangkah pelan ke ruang tamu. Adrian sudah tidak ada di sofa. Hanya ada selimut kusut dan noda darah kering di bantal kecil.

Dia ke mana?

Aku berjalan ke dapur, berharap menemukan Marta atau salah satu pelayan yang mungkin tahu. Tapi rumah itu... sepi. Terlalu sepi. Tidak seperti biasanya.

Langkah kakiku terhenti di depan ruang bawah tanah yang biasanya terkunci. Hari ini, pintunya terbuka sedikit, seperti sengaja ditinggalkan demikian. Rasa penasaran dan kekhawatiran membuatku perlahan mendorong daun pintu berat itu.

Langkah demi langkah, aku turun ke anak tangga batu yang dingin. Cahaya temaram menyambutku. Di ujung ruangan, Adrian berdiri membelakangi arah datangku. Di depannya, seorang pria terikat di kursi besi, dengan wajah bonyok dan tubuh penuh luka.

“Apa yang kau lakukan?” tanyaku lirih, suaraku hampir tidak terdengar.

Adrian menoleh. Matanya merah, bukan karena menangis, tapi karena kelelahan dan amarah yang ditekan.

“Dia salah satu dari orang Dmitri,” jawabnya singkat.

“Apa kau... menyiksanya?”

Adrian tidak menjawab. Dia hanya menatapku lama, seolah menimbang apakah aku masih sanggup berdiri di sisinya setelah melihat sisi tergelapnya.

“Ini bukan dunia yang bisa kau mengerti, Nayla. Tapi ini... kenyataan yang harus kutanggung.”

“Apa ini juga kenyataan yang harus kutanggung karena aku memilih bertahan di sini?” tanyaku, lebih tajam dari yang kumaksudkan.

Adrian terdiam. Lalu dia menoleh kembali pada pria itu. Sekilas, aku melihat tangannya gemetar.

“Aku tak ingin kau melihat ini,” ucapnya, pelan.

“Terlambat,” balasku cepat.

Aku berbalik, tak kuat melihat lebih jauh. Tapi sebelum aku naik ke atas, aku mendengar suara pria itu berbisik, nyaris tak terdengar, “Dia akan mengkhianatimu seperti semua orang, Adrian. Kau tahu itu.”

Dan anehnya, itu bukan aku yang merasa ditusuk oleh kata-kata itu. Tapi Adrian. Karena aku tahu, hatinya terlalu sering dilukai oleh orang-orang yang seharusnya bisa ia percaya.

______

Siang harinya, Adrian menghilang lagi. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ia meninggalkan sebuah kotak kecil di kamarku. Di atasnya, hanya tertulis satu kalimat:

"Untuk saat kau mulai meragukan niatku."

Tangan gemetar, aku membuka kotak itu. Di dalamnya ada liontin kecil berbentuk hati. Sangat sederhana. Namun yang membuatku tercekat adalah foto kecil yang terlipat di dalamnya foto Adrian saat remaja, berdiri bersama seorang perempuan muda yang tampak seperti ibunya.

Di balik foto itu, ada tulisan tangan:

"Kau bukan hanya cahaya dalam gelapku. Kau adalah alasan kenapa aku mulai melihat dunia."

Untuk pertama kalinya, aku menangis bukan karena takut. Tapi karena tersentuh. Di balik semua lapisan pelindung, darah, dan dinginnya dunia mafia, Adrian ternyata hanya pria yang ingin dicintai. Tapi ia tak tahu caranya.

______

Malam itu aku kembali menunggunya. Tapi dia tak datang.

Pukul satu dini hari, suara mobil terdengar dari kejauhan. Jantungku berdebar. Tapi langkah kaki yang masuk ke vila bukan langkah Adrian. Terlalu ringan. Terlalu asing.

Aku menahan napas dan bersembunyi di balik dinding ruang tamu. Seorang pria bertubuh tinggi, berpakaian serba hitam, menyusup masuk. Tidak bersuara. Tapi jelas bukan pelayan.

Mataku membulat. Ini bukan kebetulan. Ini... penyusup.

Aku berlari ke dapur, mengambil pisau. Nafasku berat. Jantungku seperti ingin meledak. Namun saat aku kembali ke ruang tamu, pria itu sudah berdiri di hadapanku.

“Cantik, tapi terlalu ceroboh,” gumamnya sambil menyeringai.

“Apa maumu?” tanyaku dengan suara serak.

“Bukan aku. Tapi Dmitri. Dia ingin tahu... kenapa Valente begitu tergila-gila pada gadis lemah sepertimu.”

Aku tak sempat berpikir. Pisauku terlepas saat dia menamparku keras, membuat tubuhku jatuh menghantam lantai. Dunia berputar. Aku nyaris pingsan.

Namun sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Tubuh si penyusup terhempas. Darah muncrat ke dinding.

Adrian berdiri di ambang pintu. Wajahnya basah oleh hujan, namun matanya menyala penuh kemarahan.

“Sentuh dia sekali lagi, dan aku akan menguliti setiap orang dari kelompok kalian satu per satu,” bisiknya tajam sebelum menembakkan peluru kedua ke kepala si pria.

Aku gemetar. Tubuhku tak bisa digerakkan. Tapi bukan karena takut pada Adrian. Justru karena rasa aman yang tiba-tiba muncul saat dia ada.

Adrian berlari ke arahku, memelukku erat. “Maaf. Aku terlambat.”

“Apa mereka akan terus mengejarku?” tanyaku sambil terisak.

“Selama aku masih hidup, mereka takkan bisa menyentuhmu.”

“Tapi bagaimana kalau kau... tidak kembali lagi seperti tadi?”

Dia menatapku lekat-lekat. Lalu mengangkat wajahku, menatap mataku dalam-dalam.

“Aku tidak bisa janjikan aku akan hidup selamanya. Tapi aku bisa janjikan satu hal aku akan mati untukmu, jika itu harus.”

Aku menangis dalam pelukannya. Bukan karena sedih. Tapi karena untuk pertama kalinya, aku percaya... cinta bisa tumbuh bahkan di dalam kegelapan yang paling pekat.

1
Pa'tam
Sayangnya sudah segitu banyak bab nya tidak di kontrak. Harusnya di bab 20 sudah ajukan kontrak biar dapat bab terbaik dan dapat reward kontrak.
Pa'tam: Iya, aku juga masih perlu banyak belajar dan terus belajar.
Bolang2: siap, jangan lupa dukung novelku uhuy, masih pemula/Facepalm/
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!