NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Perempuan Malang

Terjerat Cinta Perempuan Malang

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fafacho

Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.

Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.

Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22.

Samudera saat ini sudah membawa Zahra pulang tapi perempuan itu juga belum sadar. Dokter juga sudah di panggil, dan Samudera diminta untuk tidak khawatir.

Samudera sedari tadi memeras handuk dan mengopres dahi Zahra. perempuan itu kini terlihat pucat dan badannya juga panas, tapi sedikit lebih baik dari pada sebelumnya.

Setelah itu Samudera menggenggam tangan Zahra, bahkan tangannya juga masih panas.

"cepatlah bangun, jangan membuatku khawatir seperti ini" ucap Samudera tak lepas dari Zahra. Benar, dia begitu khawatir saat karena kondisi Zahra yang belum pulih. perempuan itu masih sedikit demam.

tok tok..

terdengar ketukan di pintu kamar, Samudera langsung melihat siapa yang telah mengutuknya. Letda Yanuar berdiri di ambang pintu sambil melihat atasannya tersebut.

"iya ada apa Letda Yanuar? " tanya Samudera.

"itu bang, sudah saya buatkan teh hangat. ayo diminum dulu" ucap Letda Yanuar.

"nanti saja, saya belum ingin minum" tolak Samudera.

"bang, abang khawatir sama mbak Zahra ya. tenang aja bang tadi kan dokter sudah bilang mbak Zahra.. " belum sempat Letda Yanuar menyelesaikan ucapannya. ponsel Zahra yang ada di nakas meja berdering. Bertepatan dengan itu juga tiba-tiba Zahra membuka matanya dan refleks akan mengambil ponselnya.

Samudera yang melihat itu sedikit terkejut dengan tangan yang masih menggenggam tangan Zahra.

"ayah ya mas" ucap Zahra melepaskan tangan Samudera dan menyahut ponsel itu dari tangan suaminya.

"halo yah.. " ucap Zahra lirih, suaranya begitu lemah.

"kamu nggak semangat banget dengar suara ayah, nggak suka ayah nelpon" di seberang sana ayah Zahra malah memarahi putrinya.

Samudera jelas mendengar itu, dia langsung menyahut ponsel istrinya.

"bisa tidak bicara baik dengan istri saya, dia lagi sakit. kalau ayah mertua ada urusan dengan Zahra, bicara saja denganku" tukas Samudera tegas.

"mas.. " ucap Zahra lemas dan meminta ponselnya tapi Samudera malah membawa pergi ponsel itu keluar kamar.

Samudera keluar melewati Letda Yanuar yang langsung mengikutinya.

Di luar kamar, suasana berubah panas. Samudera berdiri dengan ponsel Zahra di tangannya. Rahangnya mengeras, matanya tajam penuh emosi. Suaranya meninggi, terdengar jelas hingga ke ruang tamu.

"Ayah! Ini semua karenamu!" bentak Samudera, tak lagi peduli soal sopan santun. “Zahra sampai pingsan begini karena ayah selalu menekan dia! bisa tidak jangan memeras anakmu sendiri, anakmu bukan Zahra saja. minta saja pada anakmu Zera itu. ”

Di ujung sana, suara ayah Zahra terdengar membela diri, tapi Samudera langsung menyela.

“Sudah cukup! Jangan pura-pura peduli sekarang! Waktu dia butuh ayah, ayah ke mana? Malah lebih membela anak yang lain! Apa Zahra itu bukan anak ayah. dia sekarang istriku jadi hak ku membela dia!”

Letda Yanuar hanya bisa memandang seniornya, ia tak berani ikut menengahi, dia hanya berdiri di ujung lorong rumah dinas itu. Ia melihat seniornya yang biasanya tenang dan tegas, kini begitu meledak-ledak penuh emosi.

“Zahra pingsan, Badannya panas, lemas, dan baru saja sadar dan anda sebagai orang tua malah akan memerasnya!” suara Samudera pecah, nyaris bergetar karena amarah yang bercampur

“Kalau sampai kedepannya anda masih saja melibatkan istri saya saya tidak akan pernah membiarkan anda menghubungi Zahra”

Setelah mengatakan itu, Samudera langsung mematikan panggilan. Napasnya memburu, dadanya naik turun. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, mencoba menahan emosi yang sudah memuncak.Entah mengapa dia bisa seemosi ini mendengar suara ayah Zahra.

Letda Yanuar mendekat perlahan, menepuk bahu Samudera dengan tenang.

“Sudah bang tenang dulu. ,” ucap Yanuar pelan.

Samudera menoleh, matanya merah menahan marah yang belum reda.

Samudera lalu menarik napas panjang, mengangguk,

......................

Zahra tadi sempat bangun tapi kali ini di tidur lagi, sedangkan Samudera sibuk di dapur. Entah mengapa ia ingin membuat sesuatu agar saat Zahra bangun nanti perempuan itu sudah langsung bisa makan.

"apa emosiku tadi berlebihan, kenapa aku bisa seemosi tadi dengan ayahnya" gumam Samudera sambil mengepalkan tangannya di pantry dapur.

"aish, sudahlah Samudera tidak usah kau pikirkan lagi" ucap Samudera lagi sambil menggelengkan kepalanya.

Samudera kini sibuk kembali dengan aktifitas nya, dia mencicipi sayur sop buatannya itu.

"enak, dia bangun tinggal makan nanti" ucap Samudera saat sudah mencicipi sayur buatannya itu. Samudera segera mematikan kompornya dan dia berjalan ke sofa ruang TV. menyalakan televisi tapi pandangannya langsung beralih pada pintu kamar Zahra yang terbuka. Dia melihat Zahra yang keluar dari dalam, Zahra juga melihat kearahnya.

"mas Samudera, " lirih Zahra dan berjalan perlahan mendekat.

"sudah bangun, ayo makan" ucap Samudera sambil berdiri dari duduknya.

"aku belum laper mas, kamu sudah makan. kalau belum aku siapkan dulu. Maaf aku merepotkan mu" ucap Zahra sedikit menunduk takut Samudera marah.

"nggak usah minta maaf, kau tidak salah. ayo makan" Samudera langsung menarik tangan Zahra ke meja makan. Zahra sendiri saat ini masih mengenakan baju persit, karena siapa yang menggantikan nya.

"tapi aku belum masak.. "

"sudah ada masakan, aku yang masak. duduk dan makan. kau tidak ingin merepotkan saya lagi kan, jadi duduk dan makan" tegas Samudera pada Zahra.

Zahra langsung duduk di meja makan saat Samudera menarikkan kursi untuknya dan Samudera langsung mengambilkan sayur sop dari panci tadi. dia membawanya ke meja makan.

"kamu yang masak mas? " tanya Zahra karena melihat sayur sop itu yang terlihat masih panas.

"iyalah siapa lagi, memang ada orang lain selain saya disini" tukas Samudera.

Mendengar itu Zahra langsung diam, dia hanya memperhatikan Samudera saja.

Setelah melayani Zahra, Samudera langsung mengambil duduk di depan Zahra.

"cepat makan, dan setelah ini saya mau bicara sama kamu" perintah Samudera pada sang istri.

"mau bicara apa mas? " tanya Zahra penasaran.

"kamu nggak dengar saya bilang apa, makan dulu. Baru saya bicara" ketus Samudera menatap tajam Zahra.

"I.. iya mas, maaf" jawab Zahra akhirnya. Dia langsung menuruti perintah Samudera.

Samudera juga ikut makan, tapi sesekali dia melihat Zahra yang makan seperti di paksakan. Dia paham mungkin selera makan Zahra sedang tidak ada. Ia memaklumi hal itu, pasti mulutnya terasa tidak enak mengunyah makanan.

Samudera langsung menunduk pura-pura tidak tahu saat Zahra melihat kearahnya, dia tidak ingin perempuan di depannya ke geeran.

"mas, aa.. aku, aku minta maaf kalau tadi membuatmu malu" ucap Zahra sambil melihat kearah Samudera.

"kau keras kepala ya, saya bilang makan dulu baru bicara. Nggak usah dibahas, nanti kalau bicara makan dulu" pungkas Samudera. Seketika Zahra terdiam karena saat ini wajah Samudera terlihat cukup serius. Kini hanya suasana hening, dan hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring tak ada lagi pembicaraan dari keduanya.

***

1
Ma Em
Sabar Zahra sebentar lagi Samudra akan bucin sama kamu dan akan takut kehilanganmu pastinya.
Ma Em
Samudra kamu jgn terlalu menekan Zahra kasihan Zahra di keluarga nya dia selalu disisih kan sekarang sama suami selalu di bentak dan disalahkan.
Ma Em
Makanya Samudra kamu jgn terlalu keras dgn Zahra sdh dirumah Zahra tdk pernah merasakan kasih sayang dan sekarang punya suami juga malah yg ada hanya selalu menyalahkan nanti kalau Zahra sdh pergi meninggalkan kamu baru kamu menyesal Samudra
Ma Em
Semoga Samudra bisa segera menerima Zahra sebagai istri yg sesungguhnya.
Ma Em
Zahra kamu yg sabar kalau emang Zahra merasa tdk dianggap dan tdk dihargai sdh jgn memaksakan diri lebih baik menjauh dari Samudra pasti Samudra akan menyesal karena sdh menyia nyiakan istri yg baik seperti Zahra.
Ma Em
Samudra kamu pasti akan menyesal setelah Zahra pergi meninggalkan kamu.
Ma Em
Semoga Samudra baik2 saja sama Zahra jgn sampai menyakitinya dan berubah mencintai Zahra.
SJR
Assalamu'alaikum, mampir thor saling suportnya 🙏
Ma Em
Semoga Samudra segera mencintai Zahra dan jadi bucin tdk mau jauh dari Zahra jgn sampai Zahra disakiti sama Samudra.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!