Sebelum baca sebaiknya baca novel aku yang berjudul, Love You Kak Kenan. soalnya cerita ini ada kaitannya dengan cerita tersebut.
🕊️🕊️🕊️
Kevano Aiden Alaska, adalah seorang pemuda yang kejam dan apa yang ia inginkan harus di turuti. Ia mencintai seorang gadis yang bernama Vania Keyla Clarissta.
Vania adalah seorang gadis yang sangat baik, akibat kebaikannya orang di sekitanya memanfaatkannya dan selalu menjadi bahan bullying di sekolahnya. Ia sangat takut kepada Aiden dan membenci sosok Aiden.
Raiden Azra Alaska, Raiden merupakan adik dari Aiden dan sifatnya berbanding terbalik dengan Aiden, Raiden sangat ceria dan ramah, ia juga mencintai Vania tetapi dalam diam dan tidak berani mengungkapkan perasaannya.
kalau kalian suka, baca langsung ajalah.
ig: fj_kk17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriishn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Pilihan
HAPPY HAPPY AJAAA ~
Haiiiii semua kembali lagi dengan akuuu selamat datang dan selamat membaca bab inii, kali ini double update semoga kalian suka dan bisa terhibur yaa bay-bay...
🕊️🕊️🕊️
Vania dibuat kewalahan oleh Aiden dan Raiden, keduanya sama-sama tidak mau menyerah untuk sekedar mendapatkan perhatian Vania, aneh! Padahal Vania hanya menganggap mereka sebatas teman itupun terpaksa.
Seperti saat ini, ketiganya sedang berada di taman kota, di bawah pohon yang rindang dengan jejeran buku di depan mereka.
Awalnya Vania berjanji akan belajar bersama dengan Raiden, tetapi Aiden tidak terima dan harus ikut mengajarinya.
Bukanya belajar keduanya malah harus bertengkar mempermasalahkan pelajaran apa yang akan mereka bahas saat ini.
"Lebih baik kita bahas matematika aja! Bahasa Indonesia udah biasa dan pastinya mudah untuk di fahami sama Vania." Ucap Raiden memberi pendapat.
"Lo kira bahas bahasa Indonesia itu semudah membalikkan telapak tangan?" tanya Aiden kesal, karena Raiden menganggap bahasa Indonesia itu pelajaran yang mudah.
"Ya-iyakan memang mudah? Anak SD aja ngerti sama bahasa Indonesia."
Aiden menatap kesal kepada Raiden, "kocak banget sih Lo bocah? Jangan anggap remeh sama bahasa Indonesia, menurut Lo itu mudah tapi kalau Lo pahami lebih dalam apa Lo masih sanggup bilang kayak gitu?"
Vania yang melihat pertengkaran keduanya di buat pusing dan kewalahan hanya untuk sekedar melerainya. "Udah-udah kak kalian gak usah berantem gitu, aku mau pulang aja ada janji sama ibu."
"Gue yang antar!" Ucap keduanya bersamaan.
"Aku di jemput sama Diva kok, maaf aku harus pergi." Ujar Vania beranjak dari duduknya dan bergegas pergi dengan sedikit berlari.
"Itu semua gara-gara Lo sialan." Umpat Aiden kesal.
"Gue? Lo anj! Gue yang janjian sama Vania tapi Lo ikut-ikutan." Kesal Raiden menatap Aiden.
Aiden hanya acuh tak acuh, "terserah gue! Urusan gue juga." Ucapnya berdiri dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Raiden sendirian.
Belum ada sepuhan langkah Aiden bejalan, Raiden memanggilnya, "woi kak." Ya-walaupun dia kesal pada Aiden tapi dia masih punya sopan untuk memanggilnya.
Aiden menaikan sebelah alisnya kebingungan dan menunggu apa yang akan Raiden katakan.
"Kita gak bisa gini, gue adek Lo dan Lo kakak gue."
"Lalu?"
Aiden menarik nafasnya dan berseru, "biar kan Vania yang pilih kita! Dia lebih suka sama Lo atau gue."
"Jadi kalau dia gak mau memilih?" Tanya Aiden.
"Kita selesaikan dengan cara laki-laki." Ujar Raiden.
Aiden tersenyum tipis mendengar ucapan Raiden, "baik! Gue harap Vania tidak memilih dan kita menyelesaikannya dengan cara demikian." Ujar Aiden melanjutkan langkahnya
"Kenapa harus kita berdua kak?" Tanya Raiden menatap kepergian Aiden dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.
🕊️🕊️🕊️
Vania bernafas lega setelah berhasil menghindar dari mereka berdua, dia bohong ada janji bersama ibunya, Vania hanya menghindari pertengkaran yang tidak ada ujungnya itu.
Satu hal lagi yang ia harus tutupi, kadang kalau ia sedang berfikir terlalu banyak hidungnya akan mengeluarkan darah. Seperti saat ini, ia mimisan entah kenapa bisa.
Vania kira itu hanya sekedar gejala biasa dan dia hanya butuh istirahat yang cukup maka mimisannya akan berhenti.
Ia pulang kerumahnya dengan di jemput oleh Diva, setidaknya dia jujur kalau dia di jemput oleh sepupunya itu.
Sesampainya di rumah Vania, Diva dan Vania masuk kedalam rumah itu, "Vani..." panggil Diva.
Vania menatap Diva dan menunggu perkataan apa yang akan ia ucapan, "kak Raiden beneran cinta ya sama kamu?" tanya Diva dengan wajah cemberutnya.
"S-epetinya sih enggak! L-agi pula aku sama kak Raiden cuman teman, kamu gak usah khawatir Diva! Besok kalau aku ketemu sama kak Rai aku akan ucapin perasaan kamu ke dia."
"tapi kenapa aku sering dikatain Ireng sih? Apa aku se-hitam dan dekil banget ya?" tanya Diva minder.
"enggak kamu cantik! Kamu ingat waktu SMP? Semua laki-laki suka sama kamu."
"iya sih, tapi kak Raiden kenapa enggak?"
"mungkin kak Rai malu-malu saat tau kalau icces suka sama dia." Puji Vani, hanya saja dia memuji Diva untuk menghindari ocehan Diva saja.
🕊️🕊️🕊️
Besoknya Vania di antar oleh Diva ke sekolahh-nya, "makasih udah antarin aku." Ucap Vania.
"Emm oke..." Ujar Diva, tetapi ia melihat kearah gerbang sekolah Vania.
Vania menatap binggung ke arah gerbang sekolah-nya, "k-amu cariin siapa?" Tanya Vania menatap Diva.
"Aku lagi cari kak Raiden! Dia mana ya?"
"Mungkin udah masuk duluan." Ucap Vania.
"O-hh gitu ya, aku titipin salam ya buat dia." Ujar Diva dibalas anggukan oleh Vania.
"Aku pergi ya Vania."
"Iya, kamu hati-hati." Ujar Vania melihat motor Diva yang perlahan mengecil dan menghilang.
Ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah, baru satu langkah ia masuk ke gerbang, Aiden dan Raiden sudah berdiri di kanan kirinya.
"Lo udah sarapan?" Tanya Raiden membuka topik.
"Udah kak."
"Gimana hari ini? Ada keributan di rumah Lo?" Tanya Aiden tak mau kalah.
"Gak ada kok." Ujar Vania seadanya.
Seolah tersaingi Raiden kembali berucap, "nanti siang kita belajar dimana?"
"Nanti siang Vania sama gue, udah janji dia." Ucap Aiden.
"Mana bisa gitu!" Kesal Raiden.
"Bisal--"
"DIAMM..." Teriak Vania pusing.
Sedari tadi mereka sudah menjadi bahan perhatian semua siswa.
"Kak kalian dua itu ngapain bertengkar sih? Kita kan teman, dan kalian berdua bisa kok sama aku tiap hari." Lerai Vania berjalan sedikit lebih cepat.
"Sepertinya ini saat yang tepat!" Ucap keduanya mengejar Vania.
Raiden dan juga Aiden menarik tangan Vania bersamaan, "ikut kita sebentar." Ujar Aiden.
Vania kebingungan di buat keduanya, mereka sama-sama begitu aneh. "Kalian berdua kenapa sih kak?"
"Udah Lo ikut aja!" Seru Raiden.
Keduanya membawa Vania ke taman belakang sekolah, "Vania Lo harus milih salah satu dari kita!" Ucap Raiden menatap Vania datar tetapi penuh arti.
"Milih? Milih apa sih kak? Kenapa kalian aneh?"
"Itu gak penting Vania, sekarang Lo harus milih antara gue atau Raiden!"
Vania menatap malas keduanya, "buat apa aku milih kalian?"
"Milih aja Van, siapa yang Lo suka dan nyaman saat kita ada di dekat Lo!" Ucap Raiden.
"Aku gak bisa milih salah satu dari kalian kak, kita ini teman! Buat apa sih pilih-pilih?"
"Lo anggap kita teman, tapi kita anggap Lo lebih dari kata teman!" Jelas Aiden menatap tajam Vania.
Vania semakin pusing menghadapi kedua pemuda itu, "a-ku gak tau! Aku pergi." Ucap Vania berlari dari hadapan keduanya.
Keduanya menatap kepergian Vania sedih dan senang? What? Kok senang?
Raiden sangat berharap Vania memilihnya, sedangkan Aiden senang Vania tidak ada yang di pilih, maka dari itu. "Gue tunggu Lo di belakang sekolah." Ujar Aiden melangkah pergi.
,, aku tunggu lanjutannya...
,, btw itu kevin kenapa? suka ya...
,, Aiden pingin aku lempar ke genteng nih, hih